Ingin Geluti Bisnis Fashion? Berikut Taktiknya Agar Tetap Bertahan

Talk show How to Scale up your Fashion Brand in Digital Era
Sumber :
  • VIVA/Aiz Budhi

VIVA Lifestyle – Kemajuan dunia digital yang semakin pesat memberik kontribusi besar-besaran pada dunia mode dan bisnis fashion secara global. Bahkan konsep digital pun diamini sebagai transformasi yang massive dalam industri ritel saat ini dan masa depan.

Ketika Modest Fashion Tak Lagi Terbatas pada Desain Konvensional

Saat pandemi COVID-19 di tahun 2020 sampai hari ini bisa dilihat label mode apa saja yang masih bertahan dan munculnya label-label baru di industri ritel yang mayoritas tumbuh dan berkembang karena peran digital transformasi mulai dari online store, market place hingga e-commerce.

Namun, hal ini juga disertai dengan perubahan gaya hidup offline ke online serta profil customer atau pembeli yang juga berubah cara belanja, memilih barang bahkan mind set nya juga berubah setelah adanya pandemi COVID-19. Yuk scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Bukan Hanya Tren, Ini 7 Alasan Penting Hentikan Over Consumption Baju Sekarang Juga

Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima VIVA, catatan dari Bank Indonesia menyebutkan jumlah transaksi e-commerce per September 2020 mencapai Rp180,74 triliun namun penjualan online hanya mewakili 18 % ritel secara global.

Tapi di tahun 2021 transaksi e-commerce melonjak hingga Rp401 triliun, dan di tahun ini naik menjadi Rp526 triliun. Sebuah pertumbuhan yang signifikan dan menjadi opportunity untuk para pebisnis dalam mengembangkan lagi strategi yang efektif dalam platform digital.

7 Ide Bisnis Online Tanpa Modal, Cuan Besar dari Rumah Aja!

Potensi dan momen inilah yang harus dicermati oleh para pebisnis fashion atau fashionpreneur dalam jeli membaca pasar serta konsep digital apa yang cocok untuk diaplikasikan ke market yang dituju.

Bagaimana bisnis fashion lokal bisa bertahan? Dalam talk show bertajuk How to Scale up your Fashion Brand in Digital Era?

Bertempat di Atrium Senayan City, Jakarta beberapa waktu lalu, dijelaskan oleh Melinda Babyanna selaku pendiri sekaligus CEO The Bespoke Fashion Consultant, bahwa peran dan supporting system secara integrated sangat dibutuhkan apalagi dalam menghadapi sirkular ekonomi digital.

Hal yang akan juga menjadi tren ke depan adalah penggunaan aplikasi digital dalam ranah online yang dimiliki oleh brand. Improvisasi di online store harus terus dilakukan.

“Salah satunya adalah penggunaan 3D design dalam tampilan katalog yang ada di website brand Anda. Hal ini memudahkan para customer atau calon pembeli untuk memahami item koleksi yang ingin dibeli secara detail dan memberikan experience digital yang baru," tutur Melinda Babyanna dalam acara tersebut.

Pengaruh digitalisasi terhadap industri mode tidak hanya terlihat dari lonjakan jumlah fashion brand sebagai pemain pasar baru tetapi juga daya popularitas dan seleksi alam label mode yang telah ada.

Banyak fashion brand baru yang menuai sukses besar dalam waktu yang singkat, atau pemain lama yang dahulu terlihat biasa kini menjadi hebat.

Sebaliknya, ada pula label mode baru dan lama yang terus menurun atau bahkan tutup karena kalah dalam persaingan.

“Jika ditilik secara saksama, desainer mode atau fashion brand yang unggul di masa kini adalah mereka yang dapat melebarkan sayap kreativitasnya pada media digital," ungkap Melinda Babyanna.

"Untuk terjun dalam ranah digital, pemain pasar mode atau fashionpreneur harus presisi dalam pemilihan media juga eksekusinya,” jelasnya.

Talk show yang diselenggarakan oleh The Bespoke Fashion Consultant ini berlangsung penuh antusias karena melibatkan sejumlah figur yang berhasil melancarkan bisnis mode melalui platform digital, mereka adalah Sarah Sofyan, Wisnu Genu dan Athena Thalia yang merupakan content creator dan fashion influencer yang terkenal lewat kepiawaiannya dalam memadukan high-end fashion dengan langgam streetwear.

Tidak hanya itu, acara tersebut juga dihadiri oleh fashion stylist ternama, Carendelano.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya