Gak Nyangka, Ini Alasan Pakaian Sering Menyusut Usai Dicuci
- Freepik/jcomp
VIVA Lifestyle – Pakaian yang kerap menarik di mata nampak dari keindahan motif, warna, hingga rancangannya. Akan tetapi, banyak pecinta fesyen yang jarang memerhatikan 'kehidupan' dari pakaian itu sendiri yang pada akhirnya justru membuat tampilannya menurun lantaran sering menyusut. Apa alasannya?
Desainer ternama Tanah Air, Firdaus Franklin, menuturkan bahwa setiap kain yang digunakan, khususnya kain tradisional, berasal dari tumbuhan yang ada di sekitar. Hal ini yang membuat cara mengolah kain tradisional berbeda dari kain yang terbuat dari polyester atau plastik.
Lalu, kenapa kain bisa menyusut? Scroll ke bawah untuk mengetahui alasannya.
"Beli baju tiba-tiba menyusut? Percaya nggak percaya, (itu disebabkan) kain yang dipotong, stres. Kain itu makhluk hidup juga, dari tumbuhan. Kita juga tidak pernah pakai polyester. Plastik itu panas, tidak memuai dengan gampang," ujar Direktur Kreatif dan Kepala Desainer, Franksland itu, dalam virtual konferensi pers Campaign program Unity in Diversity, The Apurva Kempinski Bali, Senin 5 September 2022.
Firdaus sendiri mendirikan brand Franklin sejak tahun 2002 di Kalimantan dengan konsep utama mencakup mode dan gaya hidup. Dengan pengalamannya itu, Firdaus Franklin menuturkan agar mengolah kain tidak sembarangan yang membuatnya mudah menyusut. Ketika memotong kain untuk dijahit kembali, terutama kain tradisional, sebaiknya 'ditidurkan' semalaman agar kain tidak stres.
"Ditidurkan dulu semalam setelah dipotong," tegasnya.
Selain itu, agar kain tak banyak terbuang, Firdaus Franklin memaparkan agar menemukan pola kain yang selaras. Artinya, bagian kanan dan kiri diusahakan polanya kembali 'bertemu' agar sisa kain lainnya bisa dipakai kembali.
"Usahakan selaras dan bersinergi. Jadi sisa kain bisa kita budidayakan. Entah jadi masker, disambung, atau jadi kipas. Sisa kain bisa dipakai sejengkal pun untuk ikat tali charger atau jadi gelang kain. Kita usahakan, nggak hanya sustainable, tapi ada etika fesyen. Saya nggak mau itu beauty (cantik) tapi destroy (merusak)," jelasnya.
Untuk mempertahankan keindahan kain tradisional Indonesia, Firdaus Franklin berkolaborasi dengan The Apurva Kempinski Bali dalam kampanye program Unity in Diversity di tahun 2022 dengan tema Kalimantan: World of Many Facets by Firdaus Franklin.
Setelah sebelumnya mengangkat keindahan dari Pulau Sumatera, pengalaman berbeda akan dirasakan setiap tamu mulai dari penerima tamu dari The Apurva Kempinski Bali menyambut para tamu dengan salah satu pakaian tradisional Kalimantan.Â
Para tamu juga akan disambut dengan welcome drink yang dibuat dengan bunga telang atau bunga elang yang terkenal dengan warna birunya dan dapat dengan mudah ditemukan di seluruh Kalimantan. Sebagai bagian dari kampanye Unity in Diversity, The Apurva Kempinski Bali bersama Franklin telah mengadakan fashion show pada 3 September 2022 lalu untuk menampilkan keindahan Pulau Kalimantan melalui kain tradisional dan pola yang unik.
Franklin Firdaus yang dikenal atas karyanya melalui label busana Franksland menampilkan berbagai koleksi yang terinspirasi dari warna dan budaya Kalimantan. Ada pun penampilan ragam busana yang bertajuk Mystery of Borneo ini diadakan di lobi Pendopo yang megah, dan menyajikan berbagai busana yang menyampaikan cerita pola yang berasal dari Kalimantan.Â
Warna-warna khas pulau tersebut, serta pesan tersembunyi yang terkandung dalam setiap desain. Sebagai seorang perancang busana, Franklin Firdaus yang mempelajari fesyen secara otodidak ini ingin menyampaikan budaya, tradisi, serta misteri dari tempat beliau lahir dan besar. Melalui panggung ini, Franklin Firdaus berusaha untuk menampilkan keunikan dari Nusantara melalui kreasinya.