Hari Keempat, JFW 2020 Diwarnai Berbagai Kain Indonesia

Batik Chic
Sumber :
  • Ist

VIVA – Pagelaran Jakarta Fashion Week kembali menghadirkan hasil karya dari para desainer lokal dan internasional secara virtual. Mereka membawakan ragam koleksi menyambut tren fashion 2021.  Di hari keempat panggung JFW mengangkat keindahan motif Indonesia.

Melestarikan Batik Tulis Batang, Sebuah Warisan Budaya yang Terancam Punah

1. Kami.

Pada pagelaran hari ini, brand Kami. menampilkan 13 look dari beragam inspirasi motif batik dan anyaman Dayak khas Indonesia. Koleksi yang diberi nama BANDHA ini, terinspirasi dari gagasan tentang bagaimana batik, sebagai salah satu teknik pembuatan tekstil yang dilestarikan secara turun temurun, membuat batik layak disebut sebagai harta nasional. Penamaan BANDHA sendiri diambil dari bahasa Jawa yang berarti harta karun.

Jadi Pelopor Pertama di Dunia, Batik Tulis Berkancing Emas Raih Rekor Muri

“Koleksi ini menonjolkan beberapa motif batik ternama yang dibalut dengan desain yang disederhanakan, diantaranya motif Kawung dan Parang Klitik. Selain itu ada juga motif yang terinspirasi dari anyaman dari Suku Dayak, Kalimantan. Kami menggabungkan kedua motif tersebut menjadi satu koleksi,” ungkap Creative Director dan salah satu founder Kami, Nadya Karina.

Motif kawung memiliki makna yang dalam , yakni mengontrol keinginan diri dan mengingatkan kepada Sang Pencipta. Sementara motif Parang Klitik mengandung makna perilaku yang halus dan bijaksana.

Tren Belanja Online Kuartal IV 2024, Fashion Lokal dan Batik Jadi Sorotan

“Koleksi ini juga membawa Kami. untuk menciptakan desain karya khas Kami. dengan motif yang terinspirasi oleh visual dari batik. BANDHA adalah tentang apresiasi yang sederhana namun besar atas kebanggaan yang kami bawa untuk Indonesia,” ujar Karin.

Koleksi BANDHA dibawakan dalam 13 look yang terdiri dari atasan, celana, rok, luaran serta dress. Dalam koleksi ini, Kami. mengeluarkan looks yang flowy, dendengan siluet lebar dan pemakaian material bahan yang ringan. Koleksi yang memiliki siluet oversized ini, menciptakan look yang bervolume untuk setiap modelnya. Koleksi BANDHA menggunakan bahan premium, dihiasi dengan pleats dan embroidery untuk detailnya.

Kami. mencoba menggabungkan motif yang terinspirasi dari batik dan anyaman khas Indonesia, ke dalam koleksi dengan tampilan yang modern, hal ini memberikan kesan dari koleksi sebagai fashion kontemporer,” jelas Karin.

2. Batik Chic

Pada pagelaran JFW kali ini, Batik Chic mengusung tema BC Peacock. Koleksi ini terinspirasi dari batik lawas yang berasal dari pekalongan. Filosofi dari batik ini adalah lambang eksotis dari burung merak. Selain itu juga melambangkan burung yang ulet dan pantang menyerah, juga tidak ingin dipandang rendah oleh lawannya. Dari burung merak ini kita diajarkan bagaimana menjadi orang yang tangguh tapi tetap elegan.

Motif yang digunakan dalam koleksi BC Peacock yaitu perpaduan antara batik brush stroke dengan embroidery. Materi yang digunakan dalam BC Peacock adalah sutra voile, linen, rayon, katun dan sutra tenun garut.

Warna–warna dalam koleksi ini aka dominan dengan biru tua, biru muda, cream, lime, merah, coklat yang akan diaplikasikan ke dalam 16 Looks yang terdiri dari 4 Koleksi pria dan 12 koleksi wanita. Koleksi wanita yang akan ditampilkan pada BC Peacock diantaranya adalah Cape bernuansa cream dan biru, Dress lipit coklat, dress asimetris, rok klok yang dipadukan dengan bolero bordir, jumpsuit, dan blouse kimono. Sedangkan untuk koleksi Pria, BC Peacock akan menampilkan kimono, jaket, kemeja dan coat.

3. Yosafat Dwi Kurniawan

Yosafat Dwi Kurniawan, menampilkan 21 set koleksi Spring Summer 2020 yang bertajuk TRIBE pada ajang Jakarta Fashion Week 2021.

Yosafat Dwi Kurniawan menarik inspirasi dari kultur dan busana berbagai suku di Afrika, Asia dan Timur Tengah yang diterjemahkan menjadi sebuah koleksi yang menonjolkan kekayaan budaya di dunia, namun tetap bernafas modern dan kontemporer.

Melalui keterangannya dijelaskan, TRIBE merupakan kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas atau perkumpulan, yang memiliki tradisi dan budaya yang sama. Definisi tersebut menarik Yosafat untuk kembali ke kampung halamannya di Pekalongan untuk mengolah kain menggunakan proses batik cap, yang merupakan sebuah tradisi khas Pekalongan.

Dengan berkolaborasi dengan pengrajin batik, Yosafat berinovasi menciptakan sebuah motif baru yang terinspirasi dari motif tribal khas Aztec, yang ditambahkan motif bunga sakura yang terinspirasi dari Jepang. Motif custom ini kemudian diberi nama Sakura Gerjak. Dengan palet warna hitam-putih, kain batik ini tetap nampak kontemporer dan modern.

Detail-detail koleksi ini banyak mengambil inspirasi dari berbagai macam suku di dunia, seperti detail fringe yang banyak digunakan oleh suku Dogon di Mali, detail beading yang kompleks terinspirasi dari suku Hamar di Ethiopia, juga detail scarf dan draperi yang banyak digunakan oleh suku Tuareg di Niger, Mali, dan Burkina Faso.

Detail beading yang digunakan untuk koleksi ini merupakan salah satu elemen yang paling rumit, karena keseluruhannya dikerjakan dengan tangan. Sebuah jaket yang diaplikasikan beading pada bagian depan dan belakang badan, memakan waktu lebih dari 250 jam untuk proses hand beading-nya saja. Namun hasil dari pekerjaan tangan tersebut sangat mewakilkan semangat dari koleksi ini, dan semoga dapat diapresiasi oleh masyarakat luas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya