Fred Perry Tarik Kaus Polo Legendaris Gara-gara The Proud Boys

Fred Perry hentikan penjualan kaus polo hitam bercorak kuning di bagian kerah
Sumber :
  • vlix

VIVA – Produsen pakaian Inggris, Fred Perry, menarik kaus polo dari pasar Amerika Serikat (AS). Hal tersebut dilakukan setelah dikaitkan dengan kelompok sayap kanan, The Proud Boys.

Rosan Ungkap Pesan Prabowo ke Pengusaha AS yang Minat Investasi di Indonesia

Dalam sebuah pernyataan, Fred Perry mengatakan, mereka berhenti menjual salah satu produk unggulannya yakni kaus polo hitam bergaris kuning setahun yang lalu di AS.

Keputusan itu ditetapkan lantaran produk kaus tersebut kerap dikenakan para anggota Proud Boys saat turun ke jalan.

Presiden Prabowo akan Hadiri KTT APEC di Peru

"Terlepas dari garis keturunannya, kami telah melihat kemeja berwarna hitam dengan garis kuning memiliki arti baru dan sangat berbeda di Amerika Utara karena dihubungkan dengan Proud Boys," jelas pihak Fred Perry dalam pernyataan resminya, Jumat 2 Oktober 2020.

Baca juga: Ketika Hyun Bin Pergi Kondangan, Curi Perhatian Cuma dengan Kaus Polo

Bertemu di Washington DC, Prabowo Ajak Pimpinan Perusahaan AS Investasi di Indonesia

"Penjualan kaus tidak akan dilanjutkan di Amerika Serikat atau Kanada, sampai kami yakin bahwa hubungannya dengan Proud Boys telah berakhir," lanjut pernyataan itu, seperti dilansir CNN International.

Lebih lanjut, Fred Perry mengatakan tidak mendukung sama sekali, apalagi berafiliasi dengan Proud Boys.

"Tidak, kami tidak mendukung cita-cita (Proud Boys). Itu bertentangan dengan keyakinan kami dan orang-orang yang bekerja dengan kami," tegas pernyataan tersebut.

Diketahui, Proud Boys, merupakan sebuah organisasi neo-fasis sayap kanan, yang semua anggotanya adalah laki-laki, yang mempromosikan kekerasan politik. Organisasi itu berbasis di Amerika Serikat, dan memiliki cabang di Kanada, Australia dan Britania Raya. 

Proud Boys juga telah ditetapkan sebagai kelompok pembenci oleh Southern Poverty Law Center. Didirikan pada 2016 oleh Gavin McInnes, kelompok itu dikenal dengan retorika anti-Muslim dan misoginis.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya