Fred Perry Tarik Kaus Polo Legendaris Gara-gara The Proud Boys

Fred Perry hentikan penjualan kaus polo hitam bercorak kuning di bagian kerah
Sumber :
  • vlix

VIVA – Produsen pakaian Inggris, Fred Perry, menarik kaus polo dari pasar Amerika Serikat (AS). Hal tersebut dilakukan setelah dikaitkan dengan kelompok sayap kanan, The Proud Boys.

Trump Ancam Ambil Alih Terusan Panama Buntut Tarif Tinggi, Presiden Mulino Ngamuk

Dalam sebuah pernyataan, Fred Perry mengatakan, mereka berhenti menjual salah satu produk unggulannya yakni kaus polo hitam bergaris kuning setahun yang lalu di AS.

Keputusan itu ditetapkan lantaran produk kaus tersebut kerap dikenakan para anggota Proud Boys saat turun ke jalan.

Donald Trump Tegaskan AS Hanya Akui 2 Jenis Kelamin, Pria dan Wanita

"Terlepas dari garis keturunannya, kami telah melihat kemeja berwarna hitam dengan garis kuning memiliki arti baru dan sangat berbeda di Amerika Utara karena dihubungkan dengan Proud Boys," jelas pihak Fred Perry dalam pernyataan resminya, Jumat 2 Oktober 2020.

Baca juga: Ketika Hyun Bin Pergi Kondangan, Curi Perhatian Cuma dengan Kaus Polo

Israel Kelabakan Lawan Houthi, AS Murka Bantu Gempur Ibu Kota Yaman

"Penjualan kaus tidak akan dilanjutkan di Amerika Serikat atau Kanada, sampai kami yakin bahwa hubungannya dengan Proud Boys telah berakhir," lanjut pernyataan itu, seperti dilansir CNN International.

Lebih lanjut, Fred Perry mengatakan tidak mendukung sama sekali, apalagi berafiliasi dengan Proud Boys.

"Tidak, kami tidak mendukung cita-cita (Proud Boys). Itu bertentangan dengan keyakinan kami dan orang-orang yang bekerja dengan kami," tegas pernyataan tersebut.

Diketahui, Proud Boys, merupakan sebuah organisasi neo-fasis sayap kanan, yang semua anggotanya adalah laki-laki, yang mempromosikan kekerasan politik. Organisasi itu berbasis di Amerika Serikat, dan memiliki cabang di Kanada, Australia dan Britania Raya. 

Proud Boys juga telah ditetapkan sebagai kelompok pembenci oleh Southern Poverty Law Center. Didirikan pada 2016 oleh Gavin McInnes, kelompok itu dikenal dengan retorika anti-Muslim dan misoginis.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya