Di Tangan Desainer Ini, Limbah Batik Disulap Jadi Busana Cantik
- Dokumentasi Gregorius Vici
VIVA – Dunia fashion Tanah Air semakin inovatif. Di tangan dingin Gregorius Vici, kain perca hingga limbah batik sekalipun bisa disulap menjadi busana cantik. Seperti diketahui, Greorius Vici mengawali kariernya sebagai desainer fashion sejak tahun 1989 sejak masih Kuliah di FISIP UNDIP & IKIP Tata Busana. Sejak awal berkarya dia sudah fokus merancang private custom, dengan brand “Gregorius Vici”.
Di tahun 2000 mulai memiliki team dan memulai bisnis pembuatan Seragam Perusahaan dan membuka Butik Ready to Wear. Ia menuangkan imajinasinya yang tak terbatas ke dalam adibusana yang bergaya avant garde. Mengikuti berbagai ajang lomba dan Fashion Show secara konsisten sejak tahun 1996, dia hadir dengan karya yang berani tampil beda.
Sebut saja, mulai dari menabrakkan warna, memadukan kain-kain secara eksperimental, menggabungkan dua atau lebih style yang berbeda, hingga mendekonstruksi pola busana.
Baru-baru ini, Gregorius Vici mengeluarkan koleksi terbarunya, "Alluring Heritage". Seperti apa desainnya?
Inspirasi
Lewat rilis yang diterima VIVA, diceritakan bahwa untuk koleksi terbarunya ini, inspirasi yang dia dapat cukup unik. Terinspirasi dari limbah bahan batik dari menjadi object mata pencaharian tambahan oleh salah satu keluarga Pengayuh Becak, dimana bahan tersebut biasa di setorkan ke tengkulak di Pasar untuk dijual.
Gregorius Vici pun punya pandangan istimewa pada batik. Melihat Batik sebagai wastra nusantara yang yang dibuat secara tradisional dengan beragam hias pola batik tertentu. Mulai dari menggunakan teknik celup dan malam atau lilin untuk membatik, pengerjaan batik tulis maupun cap tersebut memerlukan waktu yang sangat panjang yakni mulai dari menggambar kemudian menggunakan lilin sebagai sarana membuat gambar serta pencelupan warna yang dilakukan berulang kali sehingga menghasilkan wastra yang mempesona. Sehingga, sampai kain perca nya pun masih memiliki nilai meskipun hanya merupakan potongan saja.
Untuk proses batik yang sedemikian rupa dan membuatnya tetap berharga dan indah, kain perca tersebut diolah lagi menjadi sehelai kain melalui teknik patchwarok sehingga menghasilkan bentuk kain yang baru untuk membuat busana tanpa membuang sisa-sisa kain tersebut.
Diceritakan pula oleh Gregorius Vici, pengolahan sisa kain tersebut didapat dari para penjaja kain batik bekas yang kehidupannya sehari hari adalah pengayuh becak beserta keluarganya yang memang mengandalkan penghasilan dari kain perca tersebut sebagai kebutuhan hidup mereka sehari hari.
"Dan tujuan kami adalah merangkul pedagang kain perca sebagai kepedulian kita terhadap keberlangsungan hidup ekonomi dan pemberdayaan manusia secara luas," katanya.
Konsep Design yang simpel, elegant, full color & Earth tone terciptalah handmade batik cantik menjadi busana indah dan stylish.