Limbah Fashion Bikin Khawatir, Desainer Coba Bahan Ramah Lingkungan
- istimewa
VIVA – Pencemaran lingkungan menjadi sorotan masyarat, termasuk penggiat dunia mode. Tak heran jika tren fashion ramah lingkungan kerap menjadi pembahasan serius, beberapa tahun belakangan. Sejumlah desainer pun mulai melirik bahan lebih alami, serta tak banyak menghasilkan limbah dalam menghasilkan sebuah karya.
Hal ini menjadi perhatian, karena limbah yang dihasilkan dari dunia fashion mulai mengkhawatirkan. Bahkan, penelitian berjudul 'A New Textiles Economy: Redesigning fashion’s future' menyebut bahwa , industri ini bisa menghasilkan emisi gas lebih merusak, jika dibandingkan dengan gabungan industri pelayaran dan penerbangan.
Maka, saat ini para desainer kini tidak hanya sekadar membuat karya semata, namun mempertimbangkan dengan selektif bahan yang digunakan untuk meminimalisir dampak kerusakan lingkungan. Salah satunya ialah sebuah merek fashion, Shafira yang memilih material berasal dari serat alam, seperti organic silk dan tencel.
"Material ini merupakan serat alami yang terbuat dari kayu bersertifikat khusus dan ramah lingkungan. Produk pakaian yang mengandung serat Tencel memiliki tekstur kain yang lembut, ringan, dan breathable sehingga cocok dengan iklim tropis Indonesia," ungkap Pendiri Shafira, Fenny Mustafa dalam keterangannya, Jumat 22 November 2019.
Baca juga: Baju Harian Dipakai Buat Pesta, Intip Koleksi Terbaru Viena Mutia
Fenny mengatakan, bahan tersebut memiliki daya serapnya yang tinggi sehingga membuat pengguna tetap nyaman dan mencegah munculnya bakteri karena berasal dari bahan alami pula. Jadi, bisa dikatakan bahwa pakaian yang menggunakan serat ini memiliki sifat biodegradable, sehingga dapat sepenuhnya kembali ke alam.
Rangkaian koleksi dengan palet warna bernuansa cream, tan, beige, hijau hingga biru terinspirasi dari komposisi warna tanah, dan juga bumi sebagai representasi unsur alam. Dituangkan dalam berbagai material berserat natural, polesan warna-warna cantik ini juga ditampilkan dalam motif indah, dibuat melalui teknik organic printing.
Dalam rangkaian koleksi ini, Dia juga menyulap material sisa produksi menjadi suguhan karya fesyen dengan patch work sebagai aksen yang menambah point of interest, yang menyiratkan perjalanan menuju industri yang less-waste?.
"Ini untuk menyajikan sebuah suguhan koleksi busana pret-a-porter yang berasal dari material organik baik dari penggunaan bahan maupun pada proses produksinya," tuturnya.