Sejarah Kemeja Flannel, Pakaian Kelas Pekerja - Simbol Musik Grunge
- flannel
VIVA – Media sosial Twitter baru-baru ini ramai dengan unggahan netizen yang mengunggah berbagai foto dengan menggunakan busana flannel. Dalam unggahan fotonya mereka juga menyelipkan kata "flannel day". Bahkan kata flannel menjadi salah satu trending di Twitter Indonesia.
Dalam penelusuran VIVA, National Flannel Day sendiri diperingati setiap 10 Februari setiap tahunnya. Namun, entah apa sebab media sosial hari ini ramai dengan orang-orang yang menggunakan flannel.
Tapi seperti dilansir dari berbagai sumber, flannel lebih dari sekadar kemeja kotak-kotak. Sejarah kemeja ini melintas panjang mulai dari pakaian para penebang kayu hingga menjadi ciri khas bagi musik Grunge. Namun, sejak awal tujuan flannel sendiri memang untuk menghangatkan.
Baca Juga: Setelah "I Warned Myself", Si Ganteng Charlie Puth Siap Rilis "Mother"
Kain flannel pertama kali muncul pada abad ke-17, dibuat oleh orang Wales sebagai pengganti pakaian wol mereka. Terbuat dari benang wol, dan bersumber dari kawanan domba negara yang beraneka ragam, kain tersebut memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap musim dingin di Wales yang terkenal basah dan berangin. Meski demikian tidak jelas siapa yang menamai barang-barang itu, tetapi orang Prancis menyebutnya flanelle, orang Jerman, Flanell.
Karena daya tahan, keterjangkauan dan kehangatannya, flannel dengan cepat menjadi populer di seluruh perbatasan Eropa. Pabrik wol tumbuh di seluruh Inggris dan Prancis; pada abad ke-19, produksinya berkembang berkat proses "carding" mekanik yang lebih efisien, digunakan oleh pabrik di seluruh Inggris selama Revolusi Industri.
Pada tahun 1889 pengusaha Amerika, Hamilton Carhartt, melihat perlunya meningkatkan seragam pekerja di Amerika Serikat, membuka pabriknya di Detroit, dan mulai memproduksi pakaian flannel yang keras.
Pada pergantian abad ke-20, mungkin karena hubungannya dengan konstruksi dan perbatasan, kemeja flannel menjadi simbol bagi pria kuat. Penduduk Amerika terpikat oleh mitos raksasa Paul Bunyan, yang mengenakan kemeja flannel kotak-kotak merah. Kisah-kisahnya yang tinggi dan heroiknya menginspirasi para pekerja - terutama para penebang - dan anak-anak mereka.
Beranjak ke awal 90-an flannel berubah citra sebagai bagian dari scene musik grunge. Kemeja yang menyatukan kelas pekerja Amerika pada 1950-an menjadi simbol zeitgeist anti-konformitas.
Band-band barat laut Pasifik seperti Nirvana, Alice in Chains, dan Pearl Jam mengenakan pakaian kotak-kotak berantakan yang murah dan dibuat khusus untuk kenyamanan. Hari ini flannel saat ini identik dengan pakaian outdoor.