Tech-shirt, Busana Anti Bau dan Anti Air Rancangan Restu Anggraini

Koleksi busana karya Restu Anggraini
Sumber :
  • Instagram Restu Anggraini

VIVA – Bau badan karena keringat hingga terpaan asap kendaraan di jalan, rasanya menjadi masalah yang umum dialami kaum urban. Sementara itu, jadwal padat, sering mengganti pakaian juga bukan menjadi solusi terbaik.

Dukung Kesuksesan UMKM, Putri Otonomi Indonesia Tonjolkan Kearifan Lokal di Tengah Tren Global

Dari pengalaman tak menyenangkan inilah, desainer Restu Anggraini terdorong menciptakan kain yang dapat menahan bau badan dan menangkal bau asap kendaraan yang menempel di baju. Teknologi ini dinamakan Tech-shirt.

Restu mengungkap, bahan dengan teknologi antibau ini ia produksi sendiri dari nol hingga menjadi bahan yang siap diolah menjadi pakaian.

Mimpi Besar dari Kota Kecil, Perjuangan Mantan Kernet Sopir Truk Bangun Bisnis Fesyen Skala Dunia

"Awalnya pakai biji kapas tapi pernah juga membuat dari daur ulang botol plastik," ujar pemilik brand ETU saat ditemui di Panggung Kolaborasi Wardah di Muslim Fashion Festival, JCC, Jakarta, Jumat 3 Mei 2019.

Bahan ini mampu menahan bau badan selama seharian. Teknologi yang dipakai juga bisa mengontrol area yang mengeluarkan aroma tidak sedap.

Mengintip Tren Modest Wear di Tahun 2025, Feminin Hingga Suistainable Bakal Happening

Selain teknologi antibau, Restu juga menciptakan teknologi yang membuat kain tahan terhadap air, minyak, dan kotoran. Teknologi ini diberi nama Bioshields.

Teknologi ini memang masih awam di kalangan pecinta mode. Bahkan, beberapa pelanggan Restu masih tidak percaya dengan keampuhan teknologi yang dipakainya. Saat membeli, sering sekali mereka melakukan tes dengan menyemprotkan air ke produk buatan Restu.

Agar teknologi yang digunakan semakin terlihat jelas, koleksi yang dibuat Restu pun sengaja dipilih berwarna putih. Warna ini, menurut Restu, bisa dengan jelas memperlihatkan efek dari teknologi yang dipakainya.

Ketertarikan Restu menciptakan bahan pakaian dengan teknologi antibau dan antiair ini diawali dari kesenangannya dengan teknologi tekstil. Sebelumnya ia juga pernah berkolaborasi dengan beberapa perusahaan asing untuk transfer teknologi. Selain itu, latar belakang suami di bidang teknik industri semakin memudahkannya untuk menciptakan kain demgan kedua teknologi tersebut.

Meski begitu, bukan berarti proses menciptakan kain dengan teknologi canggih ini diselesaikannya dengan mudah. Butuh waktu satu tahun bagi Restu hingga berhasil mendapatkan teknologi sesuai dengan yang diinginkannya.

"Dari proses memintal benangnya saja bisa sampai tiga bulan," kata Restu.

Ketika teknologi ini sudah siap dan diaplikasikan ke koleksi yang dibuatnya, tantangan selanjutnya yang harus dihadapi Restu adalah membuat pelanggan percaya, karena belum banyak yang bermain dalam teknologi seperti ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya