Perawat Ini Sukses Tampilkan 10 Look Khas Minang di IFW 2019
- Viva.co.id/Shali Syartiqa
VIVA – Kemeriahan hari pertama Indonesia Fashion Week (IFW) 2019 ke-8 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Rabu, 27 Maret 2019, terus bergulir hingga 4 hari ke depan.Â
Dari 480 peserta yang ikut berpartisipasi, pada pekan mode kali ini terdapat satu desainer yang memiliki profesi tetap sebagai seorang perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Balaraja.Â
Untuk pertama kalinya, wanita berhijab yang bernama Diksi Hera Berliana tersebut sukses menghentak panggung IFW 2019 pada pagelaran Modest In Style dengan brand Gallery Namia.
Rona bahagia terpancar dari wajah Diksi saat berbincang dengan VIVA usai memamerkan 10 busana rancangannya yang bertema 'Bumi Minang' di hadapan ratusan tamu yang menonton pagelaran busana itu.Â
Walau bekerja sebagai perawat, kecintaan Diksi akan dunia fesyen semakin terlihat sejak tiga tahun lalu. Di IFW 2019 ini, Diksi sengaja memilih kain Songket Pandai Sikek, khas Sumatera Barat yang dirancang khusus menjadi satu pakaian wanita yang cantik, elegan dan anggun.Â
Pemilihan warna hitam dan gold menjadi satu perhatian khusus, karena memiliki perpaduan warna yang mewah. Â
Diksi menyebut, alasannya memilih Songket Pandai Sikek sebagai 'point' koleksinya karena warna yang ditampilkan sangat mencirikan daerah asalnya.
"Asal saya dari Sumatra Barat, saya ingin naikan Songketnya. Warna yang ditampilkan cenderung gold, dan hitam, karena warna-warna inilah yang menjadi salah satu ciri khas dari Sumatra Barat," ujarnya.
Selain kain Songket Pandai Sikek, Diksi juga pandai menyisipkan beberapa material bahan yang mencuri perhatian. "Bahan atau material pastinya songket, kain jaguar, ada embost, dan lainnya yang juga kita padu padankan," katanya.
Khusus untuk IFW 2019, Diksi hanya memerlukan waktu satu bulan untuk bisa menyelesaikan 10 karya terbarunya tersebut.Â
"Prosesnya 1 bulan pengerjaan. Saya mau coba suatu karya khusus untuk IFW 2019 dengan mengangkat Songket Pandai Sikek, khas Sumatra Barat. Karena selama ini Songket Pandai Sikek hanya dibuat sebagai kain tenun, baju kurung. Nah di sini saya ingin membuat dalam bentuk gamis desain dress," katanya.Â
Diungkapkannya, ada beberapa kesulitan membuat gamis dari bahan Songket. "Kalau yang tahu kain Songket itu sebenarnya susah kalau dijadikan baju, apalagi gamis seperti yang saya buat. Mulai dari pemotongan, pembuatan pola, butuh usaha lebih karena tekstur bahannya yang kaku, berserat, butuh ketelitian lebih," katanya.Â
"Kalau Songket asli dari Sumatra Barat ini jarang dibuat untuk membuat gamis, karena banyak yang tidak berani," sambungnya.Â
Walau ini adalah panggung IFW pertamanya di industri fesyen Tanah Air, ke depannya ia ingin membuat karya busana dari seluruh Indonesia.Â
"Ini karya pertama saya menggunakan Songket. Untuk ke depannya saya akan mengangkat budaya Indonesia lagi, tetapi untuk jangka pendeknya saya masih akan angkat budaya Sumatra Barat, karena masih banyak yang belum digali. Saya akan lebih cari kekhasan daerah Indonesia, karena yang saya mau itu mengangkat budaya dan seni Indonesia," katanya. (ase)