Busana Unik dari Bahan Daur Ulang di Panggung Mode
- Istimewa
VIVA – Kreativitas tak terbatas, dunia seni selalu menuntut pengikutnya untuk terus berinovasi dan menemukan hal baru yang unik. Salah satunya, memanfaatkan bahan daur ulang.
Bukan hanya bisa menyelamatkan lingkungan, penggunaan bahan daur ulang sebagai produk mode ini ternyata tak kalah dengan produk mode lain yang dibuat dari bahan berkualitas tinggi.
Dengan menggabungkan kreativitas dan lingkungan hidup, mahasiswa Management Development Institute of Singapore (MDIS) School of Fashion and Design yang berkolaborasi dengan Royal Commonwealth Society menampilkan hasil karyanya di Eden Hall (kediaman Komisioner Tinggi Inggris untuk Singapura) dalam fashion show unik yang menggunakan plastik sebagai bahan utama mereka dalam mendesain karyanya.
Acara bertema Avant-Garde yang diselenggarakan Senin, 11 Maret 2019 ini bertujuan untuk menunjukkan kemungkinan penggunaan bahan daur ulang (recyclable materials) menciptakan faesyen berkesinambungan dan layak pakai. Mengingat bahaya dan dampak dari limbah plastik, melakukan daur ulang tentu menjadi keputusan bijak.
“Jika tidak kita ingatkan, ‘kecanduan’ masyarakat dalam menggunakan plastik akan semakin bertambah dan ini jelas memiliki dampak yang sangat berbahaya dan memicu berbagai kerusakan yang dapat mengancam masa depan generasi mendatang,” kata Dr Anthony Yee, Ketua Royal Commonwealth untuk Singapura dan anggota Dewan MDIS, dalam keterangan tertulisnya.
Anthony juga mengatakan bahwa melalui kegiatan tersebut, mereka bisa menjadi contoh bahwa plastik daur ulang ternyata juga bisa digunakan untuk menciptakan event fashion Avant-Garde.
Tampil dengan desain-desain internasional, 12 mahasiswa, empat di antaranya berasal dari Singapura, menghadirkan desain modest-fashion yang akan membuat mata terpukau karena menghasilan karya futuristik dan unik dengan menggabungkan unsur ekologi untuk menghasilkan konsep fesyen berkesinambungan.
Seperti Charis Tan, 24, mahasiwa asal Singapura tampak sangat antusias untuk menunjukkan hasil karyanya yang terinspirasi oleh seni ornamen Islami dan arsitektur masjid.
“Pola geometrikal yang rumit dan detail memiliki makna yang mendalam dan inilah yang menarik minat saya,” kata Tan.
Sedangkan Khvan Mariya. 21, mahasiswa berdarah Kazakhstan dan Korea Selatan mengaku juga terinspirasi oleh seni arsitek, namun dari kebudayaan lain, yaitu Changdeokgung yang merupakan salah satu situs warisan UNESCO Korea.
“Saya tertarik kepada konstruksi atapnya, bentuknya, dan juga kombinasi warnanya. Pintu dan jendelanya terbuat dari kertas bukan kaca,” ujar Khvan. (rna)