Perlukah Wanita Menjalani Peremajaan Vagina?
- Pexels/Adrianna Calvo
VIVA – Dalam beberapa tahun belakangan kebutuhan vaginoplasty atau peremajaan organ intim bagi wanita semakin diminati di dunia. Baik di Inggris maupun Amerika Serikat, dalam presentasi yang disampaikan oleh dr Ni Komang Yeni Dhanasari, SpOg di seminar Bamed Women's Clinic bertajuk ‘Peremajaan Vagina: Sekadar Tren atau kebutuhan?’ menunjukkan adanya peningkatan dalam peremajaan vagina.
Meski di Indonesia sendiri belum ada data pasti yang merangkum hal tersebut, dalam pengalaman Yeni, kian hari makin banyak wanita yang datang untuk melakukan perawatan vaginoplasty. Tapi menurutnya, banyak dari mereka yang belum teredukasi dengan baik mengenai prosedur ini.
Banyak yang menganggap bahwa peremajaan vagina hanya untuk kembali merapatkan organ intim tersebut. Padahal menurut Yeni, peremajaan vagina lebih dari itu. Lantas, perlukah wanita menjalani peremajaan vagina?
"Dari masa pubertas sampai dengan masa menopause, vagina mengalami beberapa fase yang dapat menurunkan elastisitasnya akibat perubahan hormon, kehamilan serta persalinan," ucap Yeni, saat ditemui di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa 27 November 2018.
Ia menjelaskan, masalah umum yang terjadi pada saat paska melahirkan, beberapa diantaranya jaringan vagina menjadi kendur, menciptakan rasa Ionggar dan berkurangnya kepekaan di daerah vagina, hingga kesulitan untuk mengontrol urin akibat hilangnya kekuatan di uretra karena struktur pendukung pelvis yang lemah.
Di samping itu, pergeseran hormon yang terjadi karena menopause menyebabkan lapisan vagina kering, kurang elastis dan meradang.
"Peremajaan vagina bukan hanya sekadar soal mencari kenikmatan seksual saja, tapi juga bertujuan untuk membantu meraih kematangan fisik sehingga pasien bisa semakin meningkatkan kepercayaan diri dan kualitas hidupnya," kata dia.
Lebih jauh, Yeni mengatakan, peremajaan vagina bukanlah suatu hal yang tabu untuk dibicarakan sehingga perempuan tidak usah malu untuk mengemukakan kebutuhannya.