Unggan, Nagari Terpencil Penghasil Songket Berkualitas Tinggi
- VIVA/ Andri Mardiansyah/ Padang
VIVA – Siapa sangka, meski merupakan daerah terpencil bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu daerah yang tertinggal, namun ternyata memiliki potensi sumber daya manusia yang luar biasa. Meski dikenal sebagai kawasan pertanian, namun di Nagari (desa) Unggan, Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat ini ternyata juga menghasilkan sebuah mahakarya yang memiliki kualitas dan nilai yang tinggi. Nagari ini, penghasil Songket dengan kualitas terbaik.
Selain menjadi salah satu sumber penghasilan untuk meningkatkan perekonomian, kesibukan warga yang membuat kerajinan Songket di Nagari Unggan ini, juga menjadi penangkal terutama bagi kaum perempuan dari hal-hal atau pengaruh yang negatif.
Tak aneh jika berkunjung ke Unggan, kita akan menjumpai seluruh rumah warga memiliki alat atau mesin untuk merajut Songket. Seluruh perempuan di Nagari ini, dipastikan mampu membuat songket dengan kualitas tinggi.
Meski demikian, pemasaran masih menjadi kendala utama, meski sudah mampu menjual ke berbagai tempat, namun daya jual Songket Unggan ini masih kalah saing jika dibandingkan dengan songket dari daerah lain yang ada di Sumatera Barat, seperti songket dari Silungkang atau Pandai Sikek.
Wali Nagari Unggan, Radial menyebutkan jika di daerahnya itu, terdapat sekitar 700 Kepala Keluarga (KK). Sebanyak 260 perempuan saat ini sudah mahir menenun songket, sisanya masih tahap belajar. “Silahkan cek sendiri, lihat sendiri. Semua rumah, ada alat untuk membuat songket. Semua perempuan di sini sudah pandai songket,” katanya.
Meski saat ini pihaknya sudah membentuk Badan Usaha Milik Nagari, sebagai upaya untuk mendukung pemasaran produk Songket yang dihasilkan, namun Radial berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah dan pihak lain, agar Songket di Nagari Unggan ini dapat berkembang dengan baik. Karena, usaha Songket, juga sangat membantu warga meningkatkan perekonomian warga.
“Jika ibu-ibu di sini gampang menjual songket hasil buatannya, maka dapat menambah ekonomi keluarga, artinya, mereka juga bisa mandiri dan tidak sepenuhnya bergantung kepada suami. Di sini, rata-rata semua petani. Kita juga sudah dibina oleh Komunitas Konservasi Indonesia WARSI. Banyak hal yang kita peroleh dari WARSI,” ujar Radial.
Asnita (41) salah satu penenun Songket di Nagari Unggan menjelaskan, saat ini, Unggan sudah banyak melahirkan motif-motif unggulan yang tak kalah menarik dengan motif songket dari tempat lain. Dari beberapa motif, ada dua yang menjadi andalan yakni motif Lansek Manih, dan Unggan Saribu Bukik. Payakumbuh dan Kota Bukittinggi, meruapakan dua daerah yang menjadi pusat pemasaran.
“Songket motif Lansek Manih dan Unggan Saribu Bukik yang banyak dibeli. Kita jual ke Bukittinggi dan Payakumbuh. Harganya dari Rp300 ribu hingga Rp3,7 juta per songket,” kata Asnita.
Menurut Asnita, kegiatan menenun Songket di Nagari Unggan ini, sudah menjadi alternatif bagi kaum perempuan untuk menambah penghasilan ekonomi keluarga. Karena, mayoritas masyarakat Unggan adalah bertani.
Namun demikian, Asnita berharap adanya pihak ketiga yang mampu membantu sistem pemasaran songket asal Unggan ini. Karena, kendala utama yang dihadapi adalah pasar.
“Kita berharap, songket kita ini dapat dipasarkan dalam jumlah banyak. Dengan demikian, ekonomi masyarakat Unggan akan terbantu. Kalau sekarang, jumlah produksi kita masih sedikit, kita hanya membuat sesuai banyaknya pesanan,” ujar Asnita.