Indonesia Didorong Jadi Tujuan Wisata Perawatan Anti-Aging
- Pixabay/AdinaVoicu
VIVA – Dalam beberapa tahun terakhir, makin banyak masyarakat Indonesia yang sadar untuk merawat kecantikan dan memperlambat proses penuaan. Semakin banyak pula klinik kecantikan, yang berkembang di sejumlah daerah di Indonesia.
Hal ini, merupakan potensi tersendiri bagi Indonesia untuk menjadi salah satu tujuan wisata medis khusus untuk anti-aging. Apalagi belum lama ini Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Badan Akreditasi Anti-Aging Dunia (World Council of Preventive Medicine atau WOCPM) juga baru menandatangani perjanjian kerja sama (Memorandum of Understanding), terkait pengembangan pengobatan anti-aging di Indonesia.
Menurut, Prof. Dr. Deby Vinski MSCAA PHD, presiden WOPCM, potensi yang akan didapatkan Indonesia dari penandatangan kerja sama ini sangat besar.
"Ada potensi Rp110 triliun dari pengobatan anti-aging yang selama ini lari ke luar negeri", ucap Debby,” dalam keterangannya, Senin, 12 November 2018.
Debby, yang selama ini dikenal sebagai dokter spesialis pengobatan anti-aging pertama di Indonesia juga mengatakan bahwa Indonesia selama ini selalu kesulitan mengimpor alat untuk perawatan anti-aging. Penandatanganan MoU tadi diharapkan akan membuka akses riset untuk pengembangan perawatan anti-aging.
Salah satu penyebab perawatan anti-aging lambat berkembang di Indonesia ternyata karena masih sulitnya perizinan terkait dengan alat perawatan tersebut. Ini membuat potensi tersebut justru masuk ke negara lain.
"Akhirnya wisata medis jadi ke negara tetangga, jadi ke Singapura," ujar Debby.
Sementara itu, menurut Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Dr Daeng M Faqih, SH, MH, mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo sendiri juga telah mendorong industri kesehatan, untuk mengejar ketertinggalan dalam revolusi industri 4.0.
Salah satunya melalui alih teknologi dan inovasi. Hal itu bisa dilakukan melalui riset yang akan meningkatkan pelayanan kesehatan di Tanah Air.