Menyingkap Makna Mendalam Kain Ulos

Pameran Ulos
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rintan Puspitasari

VIVA – Bagi masyarakat Batak, Sumatera Utara, kain Ulos sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Saat acara besar seperti pernikahan, kelahiran, kematian, atau acara penting lainnya, Ulos menjadi kain yang wajib digunakan, atau juga dihadiahkan. Ulos memiliki makna mendalam di setiap helai benangnya. 

Dongkrak Bisnis UMKM Destinasi Pariwisata Super Prioritas, Fasilitas hingga Kualitas SDM Digenjot

Sayang, meski akrab di keseharian masyarakat Batak, Ulos justru terkesan menjadi kain yang biasa saja. Tak banyak lagi, masyarakat yang mau menjadi penenun kain Ulos, karena diidentikkan dengan kemiskinan, sehingga kain Ulos yang dikenal masyarakat sekarang ini adalah kain hasil mesin, bukan karya seorang penenun. 

Berangkat dari keprihatinan tersebut, Yayasan DEL dan Tobatenun menggelar pameran Ulos berjudul Ulos, Hangoluan & Tondi di Museum Tekstil, Jakarta Barat, yang digelar selama 14 hari mulai tanggal 20 September hingga 7 Oktober 2018.

5 Kain Asli Indonesia, Harganya Selangit di Luar Negeri

"Pameran ini bertema Ulos, Hangoluan & Tondi, ingin memberitahu kalau Ulos itu lebih dari sekedar kain, tetapi kehidupan bagi orang Batak. Kalau masuk ke (ruang) pameran ini lebih seperti cerita, tidak seperti pameran pada umumnya," kata perwakilan Tobatenun, Kerri Na Basaria, dalam jumpa pers Ulos, Hangoluan & Tondi, yang digelar di Museum Tekstil, Jakarta Barat, Rabu 19 September 2018. 

Judul Ulos, Hangoluan & Tondi sebenarnya diambil dari kata hangoluan yang berarti kehidupan dan kata tondi yang maknanya sedikit lebih dalam yaitu jiwa yang baik yang ada di masing-masing individu. 

Athan Siahaan dan Ulos Sepanjang 30 Meter di Festival Payung Indonesia

"Kami menaruh perhatian pada kegiatan yang berkaitan dengan budaya Batak yaitu kain Ulos. Dimana keberadaan kain Ulos selalu hadir di setiap tahapan kehidupan masyarakat Batak," ujar penggagas pameran, Devi Pandjaitan. 

Dalam pameran ini pengunjung tidak dipungut biaya masuk, hanya retribusi museum sebesar Rp5 ribu. Karena dikemas dalam bentuk instalasi yang Instagramable berdasar tahapan kehidupan yang dipercaya masyarakat Batak, dari lahir, pernikahan, kematian, suka cita, sayang rasanya melewatkan pameran ini.

Sebab, selain bisa belajar dan mengenal lebih baik ragam kain Ulos, masyarakat umum juga bisa memanjakan mata mereka dengan keindahan instalasi karya Mita Lukardi.

Taspen.

Kembangkan Kampung Wisata Ulos, Taspen Diapresiasi Wapres Ma'ruf

PT Taspen melalui pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa), menggenjot pembangunan dan penataan Kampung Wisata Ulos di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

img_title
VIVA.co.id
7 Mei 2024