6 Desainer RI Unjuk Gigi di Pameran Busana Muslim Terbesar Dunia
- VIVA/Shalli Syartiqa
VIVA – Enam desainer Indonesia untuk kali pertama akan memamerkan koleksi busana contemporary di Contemporary Muslim Fashion Exhibitions di De Young Museum, Fine Arts Museum of San Fransisco, Amerika Serikat pada 22 September 2018 hingga 7 Januari 2019.
Keenam disainer itu, yakni Dian Pelangi, Itang Yunasz, Rani Hatta, NurZahra, IKYK dan Khanaan. Dalam jumpa media yang digelar di Harleyqueen, Kemang, Jakarta Selatan, Dian, Itang dan Khanaan hadir dan berbagi cerita.
"Alhamdulillah pencapaian desainer Indonesia sampai bisa tampil di sini (Contemporary Muslim Fashions) sebuah prestasi. Bukan hanya yang berangkat tapi yang punya andil dalam memajukan modest muslim Indonesia," kata Dian, Senin, 17 September 2018.
Pameran busana muslim bergengsi dan terbesar di dunia ini akan menghadirkan 53 desainer dunia. Contemporary Muslim Fashion Exhibitions sudah berapa kali melakukan pameran terkenal.
"Ini next levelnya busana muslim. Levelnya sudah kelas internasional sekali. Setelah kurasi selama dua tahun, prosesnya cukup panjang. Setelah kurasi panjang terpilih enam desainer," kata Dian.
Pameran modest fashion tersebut dikurasi langsung oleh Jill D'Alessandro dan Laura L Camerlengo serta Reina Lewis. Ketiganya adalah Profesor Studi Budaya di London Collage of Fashion, yang bertugas sebagai konsultan kurator. Setelah De Young Museum, pameran Contemporary Muslim Fashions akan kembali digelar di Museum Frankfurt Angewandte Kunst pada 19 Juli 2019 mendatang.
Proses keikutsertaan Dian di pameran tersebut diakuinya melalui perjuangan yang cukup panjang. Dia membawa tiga koleksi barunya. Pertama Krama, dan dua koleksi lainnya adalah karya Haute Couture 'Eredita Srivijaya' untuk Torino Modest Fashion Week, dan koleksi Alurrealist yang telah diperagakan di New York Fashion Week 2017.
Sedangkan Khanaan akan menampilkan koleksi Identity (spring/summer 2016) dan koleksi Ashur (spring/summer 2015). Desain motif pada kedua koleksi tersebut terinspirasi dari motif batik tradisional, yaitu motif kawung yang memiliki makna melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan asal usulnya.
Selain motif kawung pada kedua koleksi tersebut, Khanaan mengembangkan desain dari motif galaran. Galaran yang berarti nama dari alas tempat tidur terbuat dari bambu. Desain Khanaan juga terinspirasi oleh budaya dunia termasuk pola arsitektur Islam, Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, tentunya banyak budaya dan peninggalan sejak Islam yang dapat dijadikan inspirasi dalam berkarya
Dan desainer senior Itang Yunasz akan menampilkan tiga koleksi yang mengusung tema Tribalux Sumba. Lewat desain baju premiumnya, Itang ingin menyampaikan kecintaannya akan pesona Tanah Sumba, Nusa Tenggara Timur dari kecantikan dan keindahan motif kain tenun.
Itang menceritakan, masing-masing kain memiliki motif dengan detail yang mempesona dan dapat bercerita langsung tentang tradisi Indonesia. Dia memilih warna cokelat kopi, indigo dan marun dalam koleksinya.
"Bagi saya, berbusana santun bukanlah sekadar fesyen, tetapi bisa dikatakan sebagai jiwa kami sebagai umat Muslim. Dan pameran ini menjadi sangat penting dalam perkembangan busana muslim karena bisa dapat dianggap sebagai sebuah statement, diterima dan dihormati," tuturnya.