Meneropong Daya Jual Kain Tenun di Kancah Internasional
- Dok. Viva/ Bimo
VIVA – Keragaman tenun ikat sebagai salah satu kekayaan industri kreatif Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Kini beberapa daerah seperti Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Sumba hingga Timor mulai mengembangkan tenun ikat secara massal.
Di samping itu, tenun ikat kini juga bukan lagi dianggap sebagai kain yang kuno. Banyak generasi muda yang menerapkan padu padan tenun ikat untuk memperindah penampilan. Meski telah banyak dilirik di Tanah Air, lantas bagaimana pangsa pasar tenun ikat di kancah internasional?
"Sebenarnya kalau melihat dunia internasional sangat menjanjikan, salah satu daerah yang kami beri pelatihan di Kediri, mereka bertahun-tahun sudah jadi pemasok sarung Tenun Goyor, per bulan mereka menghasilkan ribuan (kain tenun) yang dihasilkan untuk daerah di Timur Tengah," ungkap Didiet Maulana, desainer yang menggunakan tenun ikat saat ditemui pada Peluncuran Seragam BCA Bermotif Tenun Ikat di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Senin, 9 Juli 2018.
Didiet menambahkan, Ikat Indonesia, usaha tenun yang dijalankannya kini sering mendapat pesanan mulai dari China, India, hingga Amerika. Menurutnya hal ini tidak lepas dari upayanya untuk selalu mengenalkan tenun ikat lewat beragam saluran.
"Ikat Indonesia yang selalu sharing tentang cara pembuatannya, makna dibalik pattern-nya, ini yang membuat dunia internasional tertarik. Jadi bukan hanya produk akhirnya saja, tapi prosesnya juga menarik buat mereka," kata Didiet.
Meski telah dikenal di dunia internasional, ia mengatakan bahwa butuh riset lebih detail dan mendalam agar tenun bisa makin diterima.
"Potensial market ada banget, tetapi harus ditunjang riset misal mau memasarkan ke Eropa berarti harus ada treatment khusus entah untuk fall winter atau summer, jadi memang edukasi ke kualitas itu yang harus selalu diberikan," ujar Didiet.
Ditegaskan Didiet bahwa untuk pemasaran kain tenun dibutuhkan dukungan dari pemerintah dengan mendorong usaha-usaha tenun di berbagai tempat di Tanah Air.