Desainer Curhat Tantangan 'Bermain' Batik
- VIVA/ Siti Sarifah
VIVA – Desainer lokal yang telah lama berpengalaman, Alfons Lee, curhat panjang lebar mengenai sulitnya menjahit baju batik. Tidak heran jika selama ini dia lebih senang berkutat dengan gaun.
Kendala membuat baju dari batik, kata Alfons, karena cuttingnya cukup rumit, tidak bisa sembarang potong. Apalagi ada filosofi tersembunyi di balik corak dan gambar di batik tersebut.
“Batik biasanya punya filosofi tersendiri di coraknya, jadi ga bisa asal potong. Harus disesuaikan. Udah gitu, bahannya juga ringkih jadi harus hati-hati treatment-nya,” ujar Alfons di butik Teras Indonesia, La Piazza, Kelapa Gading, kemarin.
Proses pembuatannya, kata Alfons, memakan waktu yang beragam. Untuk baju custom made, prosesnya bisa sampai 2 minggu, sedangkan baju biasa bisa lebih cepat. Bahkan bisa menghasilkan 5 sampai 6 baju dalam kurun seminggu.
Alfons sendiri biasanya memilih untuk ‘bermain aman’ dengan batik abstrak modern dari Pekalongan dan Solo. Dia kerap membuat satu model dengan satu ukuran.
Desainer yang mengaku belajar merancang secara otodidak ini memang telah 8 tahun terjun ke industri ini. Awalnya memang dia belajar dari desainer tempatnya bekerja. Dia memulai kariernya sebagai asisten desainer sejak 2008-2009, sampi akhirnya memutuskan untuk menjadi desainer pada 2010 lalu. Langkahnya untuk bermain batik pun baru dilakukan 2017 lalu.
Sekarang koleksi gaun dan batiknya sudah ada di toko retail bernama Teras Indonesia, yang dibuka pertama kali di La Piazza. Kisaran harga baju batik biasa mencapai 500 ribu sampai sejutaan. Sedangkan yang premium mencapai Rp4 jutaan.
Teras Indonesia merupakan butik yang dijadikan wadah untuk eksistensi para desainer lokal. Tak hanya batik, ada juga sepatu dan tas serta asesoris dan produk kecantikan, yang semuanya diproduksi oleh pengusaha lokal. Selain Alfons Lee ada juga Mahadevi, Beautra, Brilliant, Suteki, Tan Li, sampai Twcat dan Citra Gallery.
Dikatakan Nurhayati Hasan, Business Development Teras Indonesia, toko retail ini hadir karena adanya sinyal brand lokal sedang naik daun di tengah ekonomi dan retail yang menurun.
“Di La Piazza ini saja, meski kabarnya akan tutup, tapi kami tetap mendapat omset setiap harinya. Makanya kami targetkan akan ada beberapa butik serupa di hampir semua wilayah di Jakarta,” ujar Aya, panggilannya.
Selain di La Piazza, dalam waktu dekat, merrka menargetkan membuka di FX Plaza dan Taman Anggrek. Sampai akhir tahun diharapkan total 5 butik retail Teras Indonesia akan berdiri.