Desainer Copy Cat Jadi 'Racun' di Industri Mode Indonesia
- Viva.co.id/Linda Hasibuan
VIVA – Fesyen busana muslim Indonesia berhasil mencuri perhatian dunia. Kreativitas yang dituangkan ke dalam setiap karya membuat baju muslim dari Indonesia terlihat unik dan berbeda dari busana muslim dari negara lain.
Melalui pagelaran panggung mode seperti Muslim Fashion Festival (Muffest) yang digelar setiap tahun, diharapkan Indonesia tak hanya menjadi barometer fesyen busana muslim dunia, tapi juga bisa mendatangkan para perancang busana dunia ke Tanah Air.
"Kalau menurut saya iya (barometer fesyen busana muslim nomor satu dunia), tapi untuk marketing branding belum. Kita hanya ngirim (keluar negeri), sebaiknya mendatangkan (perancang luar ke Indonesia). Dengan begitu mereka lihat, mengakui," kata desainer Hannie Hananto yang ditemui usai acara jumpa pers Muffest 2018 di Aston Kuningan Suites Hotel, Jakarta Selatan, Kamis malam, 22 Maret 2018.
Menurutnya, saingan terberat desainer pakaian muslim saat ini bukan dari luar Indonesia, melainkan dari dalam negeri sendiri. Keberadaan penjiplak desain dari karya para perancang dalam negerilah yang justru menjadi pesaing terberat mereka yang bekerja di industri mode.
"Enggak ada saingan, saingannya di sini adalah dengan copycat, penjiplak, itu racun, parasit, memakan diri sendiri. Kenapa harus niru. Daripada niru, ayo deh dibayar desainernya pasti lebih bagus daripada copy-copy. Masalahnya di dalam, kalau dengan (desainer) luar (negeri) saya enggak khawatir," ujarnya.
Di sisi lain, perancang busana muslim yang awalnya seorang arsitek ini juga mengutarakan pendapatnya tentang kualitas produk busana muslim Indonesia yang unik dan berwarna. Ini jauh berbeda dengan busana muslim dari negara lain.
"Kan kita punya sendiri, dan busana muslim Indonesia enggak identik dengan bahan Indonesia, jadi beragam, itu kekayaan kita di situ. Sementara negara tetangga bisanya gitu saja, ngelihat ke kita. Kaya ragam sekali busana muslim Indonesia," ujarnya.