5 Desainer Indonesia Pamer Koleksi Busana Muslim ke London
- VIVA.co.id/Ayu Utami Paramitha
VIVA – Indonesia Modest Fashion Designer (IMDF) siap memukau Fashion Scout, London Fashion Week 2018 untuk kali pertama. Dalam pekan mode internasional tersebut, lima desainer Indonesia akan membawa koleksi busana muslim.
Lima desainer Tanah Air itu, yakni Jeny Tjahyawati, Ratu Anita Soviah, Lia Afif, Aisyah Rupindah Chan, dan Tuty Adib. Mereka akan memperkenalkan seni dan budaya Indonesia melalui kain dalam acara yang akan diselenggarakan pada 16 Februari 2018 di Freemasons Hall Great Queen Street, London.
Desainer Jeny Tjahyawati membawa koleksi terinspirasi dari bunga loppo. Rincian koleksinya meliputi bordir, manik-manik, swarovski yang berbentuk siluet A, dan pola 3D.
"Bunga loppo dalam bahasa Bugis, Sulawesi Selatan yang berarti bunga besar, yang biasanya terdapat di sarung sutra. Dari sarung tersebut diubah menjadi busana musim dingin, dengan warna-warna musim dingin seperti ungu kemerahan dan hijau emerald," ucapnya saat konferensi pers di Jakarta, Rabu 14 Februari 2018.
Sementara itu, Ratu Anita Soviah membawa koleksi bertema kembali ke alam. Dia membawakan rancangan yang terbuat dari kain jumputan Palembang. Model dari rancangannya lebih ke arah ready to wear, sehingga baik berhijab atau tidak berhijab dapat mengenakan rancangannya.
"Jika biasanya kain khas Palembang menggunakan warna-warna cerah, kali ini saya menggunakan warna-warna lembut dengan pewarnaan dari bahan-bahan alami, seperti kulit jengkol, mangga, hingga lengkuas. Namun agar warna lebih keluar dan tahan lama saya menggabungkan dengan campuran tawas dan kapur," ucapnya.
Adapun Lia Afif membawa koleksi natural dan elegan. Dia membawa kain batik khas Trenggalek dalam rancangan busana muslim bertemakan Dhandaka Turqa. Dhandaka berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti puisi dan Turqa berasal Turquoise, yang jika digabungkan menjadi puisi yang bercerita mengenai warna turquoise.
"Dalam rancangan kali ini saya ingin memperkenalkan dan menceritakan budaya keaslian dan warisan nenek moyang Indonesia melalui kain Trenggalek yang akan saya bawa," ucapnya.
Selanjutnya, desainer Aisyah Rupindah Chan, mengangkat tema Sikok yang terinspirasi dari kebudayaan kota Jambi. Koleksi busana syar'i miliknya menampilkan gaya elegan dan feminin dengan perpaduan aksen bordir dengan motif batik Jambi.
"Dalam koleksi ini saya ingin menunjukkan indahnya busana muslim, saya ingin menghilangkan Islamophobia yang sempat beredar di luar, saya mau menunjukkan bahwa Islam itu cantik dan indah," ucapnya.
Lewat karyanya, dia ingin menunjukkan bahwa untuk tampil gaya, tak ada kaitannya dengan keyakinan seseorang. Dengan busana muslim atau menutup aurat, orang juga bisa tampil modis, cantik, dan anggun.
Sementara itu, Tuty Adib membawakan tema Basiba yang merupakan busana tradisional dari Minangkabau, Sumatera Utara. Tenun ATBM Payakumbuh ini akan dibawakannya dengan lebih modern dengan perpaduan sifon, satin, organdi, dan taffeta.
"Alasan saya menggunakan tenun ATBM Payakumbuh ini, karena masih banyak yang belum mengetahui tentang kain tenun tersebut. Kain ini bercerita mengenai bangunan, masakan, dan hewan-hewan khas yang ada di Payakumbuh," ucapnya.