Indonesia Masih Kekurangan Konservator Lukisan
- U-Report
VIVA.co.id – Seni lukis tidak hanya dikenal di daratan Eropa saja. Nusantara pun juga mengenal seni ini. Banyak pelukis Tanah Air yang namanya sudah mendunia seperti Basoeki Abdullah, Barli Sasmitawinata, I.B Said, Henk Ngantung dan masih banyak lagi. Namun sayang, lukisan-lukisan dari para seniman ini tidak terawat dengan baik. Padahal itu bisa menjadi aset berharga untuk berbagai aspek kehidupan di Tanah Air.
Kepala Museum Basoeki Abdullah, Joko Madsono, melihat lukisan peninggalan seniman hebat Indonesia banyak dalam kondisi memprihatinkan dan tidak sedikit pula yang diduplikasi oleh pihak yang tak bertanggung jawab.
Maka itu, konservator, sebagai instrumen atau orang ahli dalam menjaga ketahanan benda seni seperti lukisan tentu sangat diperlukan di sini. Namun, angka tenaga konservator ini masih belum mampu memenuhi kebutuhan seluruh museum di Tanah Air.
"Saya memang melihat sedikit sekali yang mau menjadi konservator. Permasalahannya sederhana, untuk menjadi orang yang ahli tentu punya kesulitan tinggi, salah satunya mengurus lukisan. Untuk konservasi lukisan kita harus tahu teknik melukis yang dipakai (pelukis), kalau tidak sama itu akan menjadi masalah. Pengetahuan teknik dan bahan itu perlu," kata Joko di Museum Basoeki Abdullah, Jakarta Selatan, Senin 26 September 2016.
Ia juga menambahkan, minat masyarakat untuk menjadi seorang konservator masih sangat minim. Selain membutuhkan pengetahuan yang mendetail tentang seni lukis, di Indonesia sendiri belum ada lembaga pendidikan yang menyediakan pembelajaran khusus untuk menjadi seorang konservator.
"Di museum, kalau orang itu lulusan seni rupa atau lukis enggak ada yang mau jadi konservator. Kalau jadi pelukis mereka merdeka, kalau konservator harus terikat semua harus sama (lukisan yang dikonservasi). Banyak hal yang diketahui oleh seorang konservator. Kita enggak ada lembaga khusus pendidikan konservator. Padahal ini sangat diperlukan," katanya.