Pendidikan Anak Sebaiknya Dimulai dari Rumah dan Keluarga
- dok.ist
VIVA.co.id – Revolusi Mental yang telah dikampanyekan sejak Presiden Joko Widodo berkuasa dinilai perlu lebih konkret lagi dijalankan dalam sendi kehidupan keluarga Indonesia. Berbagai pihak menilai keberhasilan revolusi mental sangat dipengaruhi oleh kualitas implementasi pendidikan karakter anak dalam keluarga sesuai nilai-nilai arif kebangsaan.
Pengamat sosial sekaligus pengarang buku "Seri Budi Pekerti - Pendidikan Karakter", Asti Kleinsteuber mengatakan bahwa dasar yang kuat dalam membangun karakter bermula dari rumah. Orang tua dan masyarakat perlu memahami bahwa kehidupan di masa kecil merupakan masa yang tak dapat diulang. Kecepatan dan ketepatan pendidikan karakter anak menjadi kunci keberhasilan membangun generasi baru Indonesia yang bermental kokoh.
"Statistik pelanggaran dan kejahatan atas dan oleh anak Indonesia beberapa tahun terakhir sudah sangat menyeramkan. Presiden Jokowi sudah saatnya mulai mengajak masyarakat mendidik anak mereka dengan baik di keluarga. Terlalu berfokus di regulasi dan komunikasi pencitraan tanpa implementasi pendidikan etika di keluarga akan menyesatkan beberapa generasi masa depan kita," kata Asti, Selasa 28 Juni 2016.
Setidaknya terdapat 18 nilai yang perlu menjadi landasan pendidikan mental anak Indonesia. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai kejujuran, cinta, keterbukaan, respek, tanggung jawab, percaya diri, keberagaman, toleransi, kedamaian, keramahan, konsisten, harga diri, disiplin, perhatian, kekerasan, peduli, budaya, dan teknologi. Asti menilai karakter di atas sebagai nilai dasar yang membangun pribadi anak tersebut di masa depan, baik karena pengaruh sifat keturunan maupun lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya.
Jika negara tidak segera menaruh perhatian terhadap pendidikan nilai dasar, maka akan terjadi degradasi potensi kekuatan, kemajuan, martabat dan ekonominya dalam kualitas seorang manusia dan masyarakat Indonesia.
"Indikasinya adalah besarnya kejahatan yang melibatkan anak sebagai korban maupun pelakunya dalam beberapa tahun terakhir," ucap Asti.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Pusat Data dan Informasi Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia, dalam tahun 2010 hingga 2014 tercatat lebih dari 21,8 juta kasus pelanggaran hak anak.
"Yang sangat menyedihkan, 58 persennya adalah kekerasan seksual terhadap anak," ucap Asti.
Asti pun berharap orangtua lebih peka dan serius memperhatikan pendidikan untuk anaknya.
“Kondisi darurat bagi anak bangsa menjadi alarm bagi kita semua pihak untuk memulai pendidikan di rumah. Kita mesti mulai sekarang juga," ujar Asti.