Totem of The Earth Crust: Cerita Bumi dalam Galeri
Senin, 19 Oktober 2015 - 16:30 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Mega Dwi Anggraeni
VIVA.co.id
- Galeri
Institut Français d'Indonésie
(IFI) Bandung, di Jalan Purnawarman, terkunci. Dalam ruangan seluas sekitar 10 meter itu terdapat rumput yang menyerupai jalan. Lurus dan berkelok.
Sementara di atasnya menggantung sebuah spanduk untuk mewadahi tanah sebagai medium pohon kamboja yang tumbuh sekitar lima centimeter. Kuncup bunganya yang berwarna pink pun tumbuh.
Dari luar, Banon Gilang (27), memperhatikan seni instalasi karya Wibi Rizki Triadi bertajuk “Totem of The Earth Crust”. Dia mengamati jalur rumput yang dipasang Wibi di tengah galeri. Bunga kamboja yang tumbuh subur di bawah atap kaca Galeri. Mencoba membaca seluruh tulisan terbalik yang memenuhi dinding kaca.
Bagi Banon, karya teranyar rekannya itu merupakan sebuah karya megah. Wibi mampu mengeksplorasi satu karya di dalam ruangan. Padahal, menurutnya ruangan tersebut sebenarnya mampu menampung lebih dari lima karya.
“Saya melihat, ini adalah sebuah simbol penanda eksistensinya Wibi. Terpusat pada tumbuhan yang menggantung di atas itu,” katanya kepada
VIVA.co.id
di IFI Bandung.
Dia menambahkan, jalur rumput yang mengitari pusat bumi itu merupakan perjalanan Wibi sebagai seorang seniman. Terlebih, “Totem of The Earth Crust” bukanlah karya pertama yang dipamerkannya.
Banon merupakan kawan lama Wibi. Dia sudah mengenalnya sejak 2006 silam. Pertemanannya dengan Wibi membuat pria yang berprofesi sebagai guru menggambar dan ilustrasi di IFI itu cukup mengenal sepakterjang seniman kelahiran 27 tahun lalu itu dengan cukup baik.
Baca Juga :
Ini Waktu Terbaru Jam Kiamat
Karya instalasi yang sudah mulai dipamerkan sejak 17 Oktober kemarin itu, bagi Banon merupakan gaya teranyarnya.
“Saya mengenal Wibi adalah sebagai seorang performance art dan produser grafis. Tapi selanjutnya dia banyak bergaul dengan beberapa seniman lainnya. Ada sedikit pengaruhTisna Sanjaya di karya ini, karena setahu saya, Kang Tisna juga selalu memanfaatkan unsur bumi dalam setiap karyanya,” imbuh Banon.
Dalam pameran ini, Wibi menggunakan material seperti rumput, bunga kamboja, seng, kawat baja, monil, melamin, cat besi dan akrilik. Seluruh material tersebut merupakan bendabenda yang merepresentasikan unsur alam, bahan mentah, dan hasil olahannya yang ada di lingkungan tempat dia besar, lingkungan pertambangan.
Wibi menyusun seluruh material tersebut menjadi tiga karya. Konsep dari ketiga karya tersebut didapat dari hasil penelitian dan pengalaman masa kecilnya di Pulau Bangka.
Melalui karyanya, Wibi ingin memperlihatkan pada masyarakat, bahwa masalah pertambangan bukan hanya sekadar eksploitasi mineral. Tetapi juga berkaitan erat dengan masalah yang lebih besar, seperti ekonomi dan kultur sosial yang membetuk pola hidup masyarakat yang ada di sekitarnya.
Pameran instalasi “Totem of The Earth Crust” merupakan bagian dari Pesta Sains yang digelar oleh IFI untuk menyambut KTT Paris Climat 2015 di Paris, Perancis pada akhir November nanti.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
“Saya mengenal Wibi adalah sebagai seorang performance art dan produser grafis. Tapi selanjutnya dia banyak bergaul dengan beberapa seniman lainnya. Ada sedikit pengaruhTisna Sanjaya di karya ini, karena setahu saya, Kang Tisna juga selalu memanfaatkan unsur bumi dalam setiap karyanya,” imbuh Banon.