Mitos atau Fakta! Milenial Justru Lebih Baik dalam Mengasuh Anak?
- Pixabay
VIVA – Dilansir dari laman forbes.com Generasi Milenial sering kali dianggap sebagai generasi yang "kurang dewasa" atau tidak cukup bertanggung jawab. Banyak orang dari generasi sebelumnya menganggap Milenial tidak siap menjalani peran sebagai orang tua yang penuh tanggung jawab.
Apakah benar demikian? Stereotipe ini tidak hanya berpotensi menurunkan kepercayaan diri Milenial dalam membesarkan anak, tetapi juga menciptakan konflik antara generasi muda dengan generasi tua dalam hal gaya parenting.
Orang tua dari generasi sebelumnya mungkin menganggap metode parenting modern yang diterapkan Milenial terlalu liberal atau tidak disiplin. Pemikiran ini dapat merugikan para Milenial yang justru tengah berusaha menerapkan pendekatan parenting yang lebih humanis dan berpusat pada kebutuhan anak.
Dalam upaya mencari informasi dan mempraktikkan pola asuh berbasis bukti, generasi Milenial kerap mendapat kritik keras dari generasi yang lebih tua yang belum terbiasa dengan metode tersebut. Tak jarang, perbedaan pandangan ini menciptakan ketegangan dalam hubungan keluarga, terutama ketika generasi tua menilai bahwa generasi Milenial "terlalu percaya diri" dengan metode parenting yang mereka lihat di media sosial.
Artikel ini akan menunjukkan mengapa Milenial sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi orang tua yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya. Dengan akses luas terhadap informasi dan kesadaran emosional yang tinggi, generasi ini mampu menggabungkan metode tradisional dengan pendekatan modern dalam parenting. Mari kita jelajahi mengapa Milenial layak disebut sebagai "generasi orang tua super" dalam mendidik anak-anak mereka di era digital ini.
1. Dampak Era Informasi dalam Parenting
Para Milenial tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan akses informasi. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang harus membeli buku khusus parenting atau belajar dari pengalaman langsung, Milenial mendapatkan akses langsung ke sumber informasi terbaru hanya dengan beberapa kali klik.
Dengan adanya media sosial, Milenial dapat memperoleh tips parenting yang lebih sesuai dengan zaman sekarang, mulai dari cara mengatasi tantrum, memilih metode pendidikan anak, hingga cara membuat lingkungan yang aman di rumah.
Selain itu, banyak platform yang menyajikan konten parenting yang beragam, mulai dari artikel hingga video edukasi. Instagram, YouTube, dan TikTok menjadi media utama tempat Milenial menemukan berbagai informasi mengenai parenting, termasuk isu-isu seperti keamanan tidur anak, nutrisi, dan perkembangan emosional.
Akses informasi ini membantu para orang tua Milenial untuk lebih siap dan terinformasi dalam mengasuh anak-anak mereka. Namun, arus informasi ini juga harus disaring dengan baik agar tidak menimbulkan stres karena ekspektasi yang berlebihan.
2. Munculnya Tren Conscious Parenting
Milennial dikenal sebagai generasi yang lebih sadar akan kesehatan mental dan pentingnya hubungan yang harmonis dengan anak. Salah satu tren parenting yang kini marak diadopsi adalah "conscious parenting" atau pola asuh yang lebih sadar, yang berfokus pada kebutuhan emosional dan sosial anak. Dalam pola asuh ini, para orang tua berusaha memahami emosi anak, bukan hanya menuntut kepatuhan dari mereka.
Conscious parenting juga mengajarkan anak untuk menjadi individu yang mandiri dan memiliki kesadaran diri. Milenial mengajarkan anak-anak mereka untuk memiliki kemampuan berpikir kritis serta mengenali dan mengelola emosinya sejak dini. Dengan pendekatan ini, generasi Milenial berharap dapat menciptakan generasi yang lebih empati, berpikir kritis, dan mandiri.
3. Menantang Norma Parenting Tradisional
Milenial tidak segan untuk mempertanyakan metode parenting yang mereka anggap kurang sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satu perubahan besar yang mereka usung adalah interaksi yang lebih egaliter dengan anak. Para Milenial percaya bahwa anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya dan berdiskusi.
Hal ini berbeda dengan pola asuh tradisional yang sering kali bersifat otoriter, di mana anak dianggap sebagai pihak yang harus selalu mematuhi perintah. Pendekatan egaliter ini mendorong anak untuk menjadi pribadi yang lebih terbuka dan berani menyuarakan pendapatnya.
Di sisi lain, generasi Milenial juga memahami bahwa ada nilai-nilai baik yang bisa diambil dari pola asuh tradisional, seperti disiplin dan tanggung jawab. Dengan memadukan elemen tradisional dan modern, mereka mencoba menciptakan pendekatan parenting yang lebih seimbang.
4. Pengaruh Media Sosial dalam Parenting
Salah satu keuntungan utama menjadi orang tua di era modern adalah keberadaan komunitas online yang mendukung. Di platform seperti Instagram atau forum parenting, para Milenial dapat berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan dari orang tua lainnya.
Media sosial telah menjadi tempat di mana para orang tua dapat belajar dari kesalahan dan keberhasilan orang tua lain, serta mencari solusi praktis untuk tantangan dalam mengasuh anak. Namun, ada sisi lain dari penggunaan media sosial dalam parenting.
Karena media sosial menyajikan berbagai informasi dan tren parenting, para Milenial terkadang merasa tertekan untuk menjadi orang tua yang "sempurna." Standar parenting yang ditampilkan di media sosial sering kali terlalu tinggi, sehingga membuat orang tua merasa bersalah atau kurang percaya diri jika tidak bisa mencapainya.
5. Menyeimbangkan Karier dan Keluarga
Banyak orang tua Milenial yang berusaha keras untuk menjaga keseimbangan antara karier dan kehidupan keluarga. Dengan tuntutan kerja yang tinggi dan kebutuhan untuk tetap produktif, generasi ini sering menghadapi tantangan dalam menciptakan keseimbangan tersebut.
Namun, Milenial juga menyadari bahwa keseimbangan ini penting untuk menciptakan lingkungan keluarga yang sehat dan bahagia. Untuk mencapai keseimbangan ini, Milenial sering menggunakan strategi seperti membagi tugas dengan pasangan dan memanfaatkan teknologi untuk memudahkan pekerjaan sehari-hari.’
Misalnya, dengan aplikasi manajemen waktu, mereka dapat merencanakan waktu khusus untuk bermain dengan anak atau menghadiri kegiatan sekolah. Dukungan dari pasangan dan keluarga juga sangat penting dalam membantu mereka menjalankan peran sebagai orang tua yang berkualitas.
Di tengah stereotipe negatif yang sering kali ditujukan kepada generasi Milenial, ada banyak alasan mengapa mereka bisa menjadi orang tua yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka memiliki akses ke informasi, menerapkan pendekatan pengasuhan yang lebih sadar, berani menantang pola asuh tradisional yang dianggap kurang relevan, dan mampu menyeimbangkan karier serta kehidupan keluarga.
Generasi Milenial mungkin belum sempurna dalam peran mereka sebagai orang tua, namun mereka terus berusaha dan belajar. Penting untuk mengapresiasi upaya mereka dalam menciptakan lingkungan pengasuhan yang lebih baik bagi anak-anak mereka. Bukan hanya demi kebaikan generasi ini, tetapi juga demi generasi mendatang. Mari kita hindari perbandingan antar-generasi yang tidak produktif dan lebih fokus pada dukungan yang saling membangun.