Vape vs Rokok: Apakah Anak Muda Memilih Alternatif yang Lebih Sehat?

Anak Muda yang Sedang Vaping
Sumber :
  • freerangestock.com

VIVA – Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan vape semakin marak di kalangan anak muda di Indonesia. Mulai dari siswa SMA hingga mahasiswa, vaping atau penggunaan rokok elektrik menjadi gaya hidup baru yang dianggap "lebih aman" dibandingkan rokok konvensional. Kemudahan akses, beragam varian rasa, dan desain perangkat yang modern menjadikan vape semakin menarik bagi generasi muda. Namun, di balik popularitasnya, muncul pertanyaan besar: apakah vape benar-benar alternatif yang lebih sehat dibandingkan rokok?

Prioritaskan Pendidikan, Presiden Prabowo Gelontorkan Rp722,6 Triliun di RAPBN 2025

Kenyataan bahwa banyak anak muda berpindah dari rokok ke vape, karena menganggapnya sebagai opsi, yang lebih sehat adalah hal yang mengkhawatirkan. Padahal, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa meski vape tidak mengandung tar seperti rokok, perangkat ini tetap mengandung zat berbahaya yang berisiko bagi kesehatan. Nikotin, yang terkandung dalam e-liquid, tetap menjadi zat adiktif yang bisa menyebabkan kecanduan dan membahayakan otak remaja yang masih dalam tahap perkembangan.

Studi yang diterbitkan oleh American Heart Association menunjukkan bahwa nikotin dalam vape dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, sehingga berpotensi memicu penyakit jantung di kemudian hari. Bahkan, produk yang mengklaim bebas nikotin tidak selalu aman, karena beberapa penelitian menemukan bahwa beberapa produk vape masih mengandung nikotin dalam kadar tertentu, meskipun pada label tertulis bebas nikotin.

Kadin Dorong Kemenkes Kaji Ulang Aturan soal Kemasan Rokok Polos

Selain nikotin, vape juga menghasilkan uap yang mengandung zat kimia berbahaya lainnya, seperti logam berat dan senyawa organik volatil yang dapat merusak paru-paru. New England Journal of Medicine menyebutkan bahwa zat-zat tersebut dapat menyebabkan peradangan, iritasi, dan meningkatkan risiko penyakit paru-paru kronis seperti bronkitis dan emfisema.

Dengan meningkatnya tren vaping di kalangan anak muda, penting bagi kita untuk tidak hanya mengandalkan persepsi populer tentang vape, tetapi juga memahami risikonya secara menyeluruh. Perlu ada edukasi yang tepat dari berbagai pihak—termasuk pemerintah, sekolah, dan keluarga—untuk membantu generasi muda membuat keputusan yang lebih bijaksana terkait pilihan gaya hidup mereka.

Stres Berlebihan Bisa Picu Penyakit Kronis, Ini Cara Mengatasinya

Apa Itu Vape?

Vape, atau rokok elektrik, adalah perangkat yang bekerja dengan cara memanaskan cairan (e-liquid) yang mengandung nikotin, perasa, dan bahan kimia lainnya hingga menghasilkan uap. Uap ini kemudian dihirup oleh pengguna, yang dalam prosesnya merasa bahwa mereka mendapatkan pengalaman yang mirip dengan merokok tanpa harus membakar tembakau.

Berbeda dengan rokok konvensional yang menghasilkan ribuan zat kimia berbahaya karena proses pembakarannya, vape dianggap sebagai alternatif yang lebih bersih. Inilah alasan mengapa banyak perokok berpindah ke vape dengan harapan mengurangi risiko kesehatan yang terkait dengan merokok tembakau.

Namun, apakah ini berarti vape lebih aman?

Bahaya Tersembunyi di Balik Vape

Meskipun vape tidak mengandung tar seperti rokok biasa, vape tetap mengandung nikotin, yang merupakan zat adiktif yang sangat kuat. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), nikotin dalam vape dapat menyebabkan kecanduan yang serius, terutama bagi remaja yang otaknya masih dalam tahap perkembangan. Nikotin dapat memengaruhi kemampuan kognitif, memori, dan perhatian.

Lebih dari itu, studi menunjukkan bahwa meskipun kandungan nikotin dalam vape bisa dikendalikan, vape tetap dapat mengandung bahan kimia berbahaya lainnya. Sebuah laporan dari National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine menemukan bahwa aerosol yang dihasilkan oleh vape mengandung logam berat seperti timah, nikel, dan kromium. Zat-zat ini, meski dalam jumlah kecil, dapat terakumulasi dalam tubuh dan menimbulkan efek negatif pada kesehatan jangka panjang.

Salah satu studi lain yang dipublikasikan di Journal of the American Medical Association (JAMA) juga menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan vape dan kerusakan paru-paru yang parah. Kasus-kasus penyakit paru-paru terkait vape bahkan menjadi sorotan di berbagai negara, dengan beberapa di antaranya menyebabkan kematian.

Kenapa Anak Muda Lebih Memilih Vape?

Banyak faktor yang mendorong anak muda untuk mencoba vape, di antaranya adalah:

  1. Rasa dan Aroma Menarik: Salah satu daya tarik utama vape adalah ketersediaan e-liquid dengan berbagai macam rasa, mulai dari rasa buah, manis, hingga rasa minuman favorit. Ini menjadikan vape terasa lebih menarik bagi remaja yang tertarik dengan sensasi rasa yang berbeda.
  2. Persepsi “Lebih Aman”: Banyak remaja yang berpikir bahwa vape adalah alternatif yang lebih aman dibandingkan rokok konvensional, karena vape tidak melibatkan pembakaran tembakau yang dikenal menghasilkan zat karsinogenik.
  3. Gaya Hidup dan Pengaruh Teman: Dalam lingkungan sosial, anak muda sering kali terpengaruh oleh tren dan teman sebaya. Vaping sering dianggap sebagai bagian dari gaya hidup modern dan keren, terutama dengan desain perangkat vape yang stylish.
  4. Akses yang Mudah: Di Indonesia, meskipun ada regulasi tentang penjualan vape kepada anak di bawah umur, kenyataannya banyak remaja yang masih bisa mendapatkan produk ini dengan mudah melalui online atau penjual yang tidak terlalu ketat dalam memeriksa usia pembeli.

Dampak Kesehatan Jangka Panjang

Seperti yang telah disebutkan, vape tidak sepenuhnya aman. Selain risiko kecanduan nikotin, ada juga risiko jangka panjang yang harus diwaspadai. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan vape dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan risiko penyakit paru-paru kronis dan penyakit jantung. Bahkan, beberapa zat kimia dalam vape diketahui bersifat karsinogenik.

Remaja yang menggunakan vape juga memiliki risiko lebih tinggi untuk beralih ke rokok konvensional. Studi dari National Institute on Drug Abuse (NIDA) menyebutkan bahwa remaja yang mulai menggunakan vape lebih cenderung merokok dalam beberapa tahun ke depan, terutama jika mereka terbiasa dengan nikotin sejak dini.

Apakah Vape Lebih Baik daripada Rokok?

Jika dibandingkan dengan rokok konvensional, vape memang mengandung lebih sedikit zat berbahaya, karena tidak melibatkan proses pembakaran. Namun, ini tidak berarti bahwa vape adalah alternatif yang aman. Vape tetap membawa risiko kesehatan, terutama jika digunakan dalam jangka panjang.

Menurut ahli kesehatan dari World Health Organization (WHO), penggunaan vape harus dipandang sebagai bagian dari masalah kesehatan masyarakat yang lebih luas. WHO menyatakan bahwa sementara vape mungkin dapat membantu perokok dewasa berhenti merokok, penggunaan vape oleh remaja harus dihindari karena risiko kesehatan yang ditimbulkan sangat tinggi.

Edukasi dan Kesadaran Penting

Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk meningkatkan edukasi tentang bahaya vaping di kalangan anak muda. Orang tua, guru, dan pemerintah harus bekerja sama untuk memberikan pemahaman yang tepat kepada remaja tentang risiko penggunaan vape.

Selain itu, kebijakan yang lebih ketat tentang penjualan produk vape kepada anak di bawah umur juga harus diterapkan. Pengawasan yang lebih ketat di platform penjualan online juga diperlukan untuk membatasi akses anak muda terhadap produk vape.

Vape mungkin menjadi alternatif bagi perokok dewasa yang ingin berhenti merokok, tetapi untuk anak muda, vaping bukanlah pilihan yang aman. Dengan berbagai risiko kesehatan yang terkait dengan nikotin dan bahan kimia dalam vape, penting untuk mengedukasi generasi muda tentang bahaya vape. Jika kamu ingin berhenti merokok, sebaiknya konsultasikan dengan ahli kesehatan untuk mendapatkan cara yang lebih aman dan efektif.

Teh hijau

7 Minuman Penurun Berat Badan yang Ampuh Jika Diminum di Pagi Hari

Beberapa minuman tidak hanya memberikan energi, tetapi juga dapat membantu meningkatkan metabolisme dan membakar lemak.

img_title
VIVA.co.id
25 Oktober 2024