Menkes Budi Gunadi: Penyakit Kanker Bisa Diobati dengan Melakukan Skrining Lebih Awal

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin
Sumber :
  • VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)

Bali, VIVA – Kanker merupakan penyebab utama kematian di dunia. Diestimasikan terdapat sekitar 20 juta kasus baru dengan 9,7 juta kematian pada tahun 2022.

Profil Shannen Doherty, Bintang Beverly Hills 90210 Meninggal Dunia Usai Melawan Kanker Payudara

Sedangkan di Indonesia, kanker merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskular dan stroke, dengan 400.000 kasus baru dan 200.000 kematian akibat kanker setiap tahunnya.

Tiga besar penyakit kanker dengan angka kejadian tertinggi di Indonesia yakni, kanker payudara 16,2%, kanker serviks 9%, dan kanker paru-paru 7%, ketiganya memiliki angka kematian yang tinggi.

Angka Kanker Payudara Jadi Perhatian, Sistem Mamografi Pertama Akan Dipasang di Timor Leste

Hal ini disebabkan karena 70% pasien kanker di Indonesia baru terdiagnosis pada stadium lanjut, sehingga sangat mengurangi peluang keberhasilan pengobatan karena memerlukan tatalaksana lebih kompleks dan pembiayaan yang besar.

Ilustrasi kanker

Photo :
  • Pixabay
Peduli Anak Kanker, Para Pelajar SMA Gelar Patterns of Hope

Atas kondisi tersebut, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, di Indonesia, berdasarkan data BPJS Kesehatan tahun 2023, kanker merupakan penyakit katastropik dengan pembiayaan sekitar 5,9 triliun rupiah.

Menkes menjelaskan,  penyakit kanker bisa disembuhkan, akan tetapi dengan melakukan deteksi dini atau skrining awal.

"Dengan melakukan deteksi dini, 90 persen penyakit kanker bisa diobati, bisa dirawat, dan sembuh," jelas Budi Gunadi saat pembukaan Indonesia International Cancer Conference (IICC) 2024 di Bali, Kamis, 3 Oktober 2024.

Dikatakan Budi Gunadi, kebanyakan masyarakat enggan melakukan deteksi dini karena merasa takut jika terdeteksi adanya kanker.

"Skrining lebih awal. Rutin datang ke rumah sakit untuk cek, itu pesan nomor satu agar masyarakat gak gamang, gak takut untuk skrining," ujar Budi Gunadi

Menurutnya jika kanker telat diketahui oleh penderita maka tingkat fatality akan tinggi hingga menyebabkan kematian.

"Paling bagus strategi kanker dengan deteksi dini. Kalau kanker ketahuan sudah telat itu fatalitynya tinggi. Kalau tes kanker ketemu stadium satu 90 persen bisa sembuh.  Ketemu stadium tiga ke atas 90 persen wafat. Jadi waktu itu penting untuk bisa skrining awal. Itu yang harus dilakukan," tegasnya.

IICC 2024 di Bali, diikuti oleh peserta dari berbagai negara yang meliputi ahli onkologi, peneliti, akademisi, pembuat kebijakan, sukarelawan dan masyarakat umum yang terlibat dalam pencegahan, diagnosis, pengobatan, perawatan kanker sampai pengendalian kanker.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI terkait pengendalian kanker di Indonesia antara lain menetapkan Rencana Pencegahan dan Pengendalian Kanker Nasional 2024-2034 atau National Cancer Control Plan (NCCP).

NCCP mencakup 6 strategi utama yakni, promotif dan preventif, deteksi dini dan skrining, peningkatan akses layanan dan tatalaksana kanker, penguatan registry dan penelitian kanker, kemitraan dengan pemangku kepentingan, serta tata kelola dan akuntabilitas pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian kanker.

Selain itu, Kemenkes juga meningkatkan akses dan keterjangkauan obat dan vaksin kanker, alat kesehatan yang digunakan untuk penanganan kanker dan melakukam Program Jejaring Pengampuan Kanker.

Ilustrasi paru-paru.

Skrining Paru-paru, Deteksi Dini untuk Selamatkan Nyawa

Faktor-faktor seperti polusi udara, kebiasaan merokok, dan penularan penyakit memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan paru-paru.

img_title
VIVA.co.id
3 Oktober 2024