Kamu Gen Z, tapi Tidak Percaya Diri? Waktunya Kenali dan Atasi Impostor Syndrome!

ilustrasi Impostor Syndrome
Sumber :
  • stock.adobe.com

VIVA – Apakah kamu pernah merasakan Impostor Syndrome? Perasaan tidak layak atas pencapaianmu dan anggapan bahwa kesuksesan yang kamu raih hanyalah kebetulan. Ini bukan sekadar perasaan, fenomena ini sering menghantui banyak generasi muda, terutama Gen Z, yang tumbuh di tengah tekanan sosial media dan ekspektasi tinggi dari lingkungan sekitar. Dengan melihat postingan teman-teman yang seolah sempurna, kamu mungkin merasa tidak cukup baik atau tertinggal. Rasa cemas dan ketakutan akan pengakuan orang lain dapat membuatmu terasing, bahkan saat sudah meraih banyak hal.

Jangan Panik! Begini 5 Cara Mengatasi Nasi Kurang Matang Agar Tetap Enak

Namun, kamu tidak sendirian dalam perjuangan ini. Di balik setiap pencapaian, banyak yang merasakan hal yang sama. Artikel ini akan membantumu mengenali tanda-tanda Impostor Syndrome dan memberikan langkah-langkah konkret untuk mengatasinya. Dengan memahami dan mengelola perasaan ini, kamu bisa mulai merayakan kesuksesanmu sendiri, menghargai usaha yang telah dilakukan, dan membangun kepercayaan diri yang kuat untuk menghadapi tantangan berikutnya.

Kenali Impostor Syndrome, Apakah Kamu Termasuk?

Bagaimana Kebijakan Pro-Growth Menciptakan Peluang Baru? Menavigasi Pemulihan Ekonomi Pasca-Crisis

Impostor Syndrome adalah kondisi psikologis di mana seseorang merasa tidak pantas atau tidak layak atas kesuksesan yang diraihnya, meskipun secara objektif ia memiliki pencapaian yang jelas. Dr. Valerie Young, seorang pakar dalam psikologi Impostor Syndrome, menjelaskan bahwa orang yang mengalami sindrom ini sering merasa seperti "penipu" yang bisa terdeteksi kapan saja. Mereka merasa bahwa kesuksesan yang diraih bukan hasil dari kemampuan mereka, tetapi lebih kepada keberuntungan semata.

Bagi Gen Z, fenomena ini bisa terasa sangat dekat. Kamu mungkin sering merasa bahwa apa yang kamu lakukan belum cukup baik, meskipun sudah bekerja keras. Sosial media pun menambah beban dengan menampilkan kehidupan "sempurna" orang lain, membuatmu semakin merasa tertinggal. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Behavioral Science, lebih dari 70% orang mengalami Impostor Syndrome setidaknya sekali dalam hidup mereka. Kondisi ini sering kali datang tanpa kamu sadari, hingga akhirnya mengganggu kepercayaan diri dan pencapaian karir atau pendidikanmu. Jika tidak diatasi, perasaan ini dapat menghalangi potensi dan mengurangi rasa bahagia dalam hidupmu.

Rekomendasi 7 Makanan Berkuah yang Cocok Dinikmati Saat Musim Hujan

Penyebab Impostor Syndrome pada Gen Z

Impostor Syndrome menjadi masalah yang semakin sering dialami oleh Gen Z. Ada beberapa faktor yang berkontribusi pada munculnya perasaan tidak layak ini:

  1. Tekanan dari Sosial Media

Setiap kali membuka Instagram, TikTok, atau LinkedIn, kamu mungkin melihat teman-teman yang terlihat sukses. Pekerjaan impian, bisnis lancar, atau kehidupan bahagia yang mereka tampilkan bisa membuatmu merasa tertinggal. Padahal, sosial media sering kali hanya menampilkan bagian terbaik, bukan keseluruhan realitas.

  1. Standar Tinggi dalam Pendidikan dan Karier

Dari kecil, banyak Gen Z yang dibesarkan dengan ekspektasi tinggi dari keluarga atau lingkungan. Kamu mungkin merasa harus selalu berhasil, dan ketika tidak sesuai standar, rasa tidak layak pun muncul. Gagal bukanlah pilihan, dan ini membuat tekanan semakin besar.

  1.  Kurangnya Validasi

Meskipun sudah bekerja keras, terkadang apresiasi dari orang lain terasa minim atau tidak ada. Ketika usahamu tidak diakui, baik dari luar maupun diri sendiri, kamu mulai meragukan kemampuanmu dan merasa tidak cukup baik.

  1.  Pengaruh Keluarga dan Teman

Perbandingan dengan teman sebaya atau saudara dari keluarga sering kali menjadi faktor pemicu. Komentar seperti "Lihat si A sudah sukses," bisa membuatmu merasa tidak sebanding, meskipun kamu sudah berusaha maksimal.

Dampak Negatif Impostor Syndrome: Mengapa Harus Diwaspadai?

Impostor Syndrome memang bisa menyerang siapa saja, terutama kita yang sering merasa kurang atau tidak layak atas apa yang sudah diraih. Kalau dibiarkan, sindrom ini bisa berdampak serius pada kesehatan mental dan produktivitas. Berikut beberapa dampak negatif yang harus kamu waspadai:

  1.  Kepercayaan Diri Menurun Drastis

Merasa pencapaianmu hanyalah "kebetulan" atau "sekadar beruntung" bisa menggerogoti kepercayaan diri. Ketika rasa ini muncul, kamu jadi ragu untuk mencoba hal-hal baru atau menerima tanggung jawab yang lebih besar. Akhirnya, karier atau perkembangan dirimu pun terhambat.

  1.  Overworking atau Prokrastinasi Berlebihan

Impostor Syndrome membuat sebagian orang berusaha terlalu keras untuk "membuktikan diri", meskipun sebenarnya mereka sudah cukup kompeten. Sebaliknya, ada yang malah memilih menunda pekerjaan karena takut hasilnya tidak sempurna. Kedua ekstrem ini sama-sama tidak sehat dan bisa menguras energi mentalmu.

  1.  Kesehatan Mental Jadi Taruhannya

Tekanan untuk terus merasa layak atau cemas bahwa "kebohonganmu" akan terbongkar bisa memicu stres dan kecemasan berlebih. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berkembang menjadi depresi, burnout, atau bahkan gangguan kecemasan yang lebih serius. Menjaga kesehatan mental sangat penting agar kamu tetap stabil dan produktif.

  1.  Sulit Menikmati Kesuksesan

Meskipun kamu telah meraih banyak pencapaian, impostor syndrome membuatmu sulit untuk menikmatinya. Ucapan selamat atau pujian dari orang lain terasa semu dan sementara, karena kamu merasa itu bukan hasil dari kemampuanmu sendiri. Akibatnya, kamu terus meragukan diri sendiri dan merasa tidak pernah cukup.

Cara Terhindar dari Impostor Syndrome pada Gen Z

Banyak dari kita, khususnya Gen Z, yang terjebak dalam sindrom ini. Mungkin karena tekanan sosial yang besar atau ekspektasi tinggi dari lingkungan. Tapi tenang, ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk terhindar dari Impostor Syndrome dan mulai menerima kesuksesanmu dengan bangga. Dilansir dari laman resmi Mitra Keluarga, begini cara agar terhindar dari Impostor Syndrome:

  1.  Ubah Mindset dari Perfeksionis Jadi Progresif

Sering kali, kita terjebak dengan pemikiran bahwa semuanya harus sempurna. Padahal, yang lebih penting adalah fokus pada progres, bukan hasil akhir. Kesalahan itu wajar dan merupakan bagian dari proses belajar. Dengan mindset ini, kamu bisa lebih santai dalam menerima hasil yang sudah diraih.

  1.  Self-Reward

Kita sering lupa memberi penghargaan pada diri sendiri. Padahal, setiap usaha dan hasil yang kamu raih layak untuk dirayakan, sekecil apa pun itu. Self-reward bukan berarti harus selalu hal besar, kok. Bisa aja sesederhana makan makanan favorit, istirahat sejenak dengan film yang kamu suka, atau bahkan memberi diri sendiri waktu untuk bersantai tanpa rasa bersalah. Dengan melakukan self-reward, kamu mengingatkan diri bahwa kamu layak mendapatkan apa yang telah kamu capai, dan itu bukan cuma kebetulan.

  1.  Curhat ke Orang Terpercaya: Jangan Pendam Sendiri

Kadang pikiran negatif terasa lebih besar kalau kita simpan sendirian. Inilah kenapa curhat itu penting. Ceritakan perasaanmu ke teman, keluarga, atau mentor yang kamu percaya. Mereka bisa memberikan pandangan objektif yang mungkin selama ini kamu lewatkan.

Curhat ke orang lain akan membuat kamu sadar bahwa apa yang kamu alami itu wajar dan bukan sesuatu yang harus diselesaikan sendirian. Terkadang, sekadar mendengar orang lain bilang, "Kamu hebat kok," bisa membuatmu merasa jauh lebih baik dan percaya diri. Jangan ragu untuk meminta support dari orang terdekat!

  1.  Kelola Pikiran Negatif dengan Positive Self-Talk

Saat perasaan "nggak pantas" itu datang, cobalah lawan dengan positive self-talk. Ingatkan dirimu sendiri bahwa kamu sudah berusaha keras, dan hasil yang kamu dapatkan adalah buah dari kerja keras tersebut, bukan sekadar keberuntungan.

Dengan menulis, kamu akan lebih sadar bahwa kamu sudah melalui banyak hal untuk mencapai posisi sekarang. Mulailah dengan hal sederhana seperti, “Aku sudah bekerja keras untuk ini,” atau “Aku layak mendapatkan ini.” Lama kelamaan, pikiran negatif akan tergantikan dengan pola pikir yang lebih positif.

  1.  Latih Mindfulness, Fokus pada Momen Saat Ini

Sering kali, kita terjebak dalam penyesalan masa lalu atau kekhawatiran akan masa depan. Ini yang bisa memicu perasaan impostor. Mindfulness membantu kamu untuk fokus pada momen saat ini, dan menikmati prosesnya tanpa harus terbebani oleh kesalahan masa lalu atau tekanan masa depan.

  1.  Kenali Kelebihan dan Kekurangan Diri

Salah satu cara untuk membangun kepercayaan diri adalah dengan benar-benar mengenali dirimu sendiri. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Jadi, penting untuk menerima dan memanfaatkan kelebihanmu sembari bekerja mengatasi kekuranganmu.

Dengan memahami siapa dirimu, kamu bisa lebih realistis dalam menilai pencapaianmu. Nggak perlu terlalu keras pada diri sendiri, karena setiap orang punya jalannya masing-masing. Dengan begitu, kamu juga bisa lebih percaya diri dalam menerima dan menikmati kesuksesanmu.

  1. Nikmati Kesuksesanmu dan Jangan Ragu untuk Merayakan

Faktor terlalu sibuk untuk capai target berikutnya, buat kita lupa menikmati hasil yang sudah kita raih. Padahal, menikmati kesuksesan itu penting! Cobalah untuk mengakui dan menikmati kesuksesanmu tanpa perasaan bersalah.

Kesuksesan itu bukan cuma tentang pencapaian besar. Hal kecil pun layak untuk dirayakan. Ketika kamu menikmati momen-momen kesuksesan ini, kamu akan merasa lebih bangga pada diri sendiri dan bisa menghadapi tantangan berikutnya dengan lebih percaya diri.

Impostor Syndrome bukanlah hal yang langka, terutama di kalangan Gen Z yang hidup di era penuh tekanan sosial dan ekspektasi tinggi. Namun, dengan mengenali tanda-tandanya dan mengambil langkah untuk mengatasi perasaan tersebut, kamu bisa membangun kepercayaan diri yang lebih baik dan menikmati setiap pencapaian yang kamu raih. Ingat, kamu pantas meraih sukses, dan tidak ada alasan untuk merasa sebaliknya.

Ilustrasi: Generasi Z memasuki dunia kerja

Gen Z dan Milenial Disebut Siap Resign Massal pada 2025, Ada Apa?

Sebuah laporan mengungkapkan potensi gelombang besar resign pekerja muda seperti Gen Z dan milenial di 2025. Kok bisa?

img_title
VIVA.co.id
17 Desember 2024