Waspada! Anak Gemuk Berpotensi Mengidap Penyakit Fatty Liver, Apa Itu?

Adhiramsyah Chosein dan Anak
Sumber :
  • Instagram/@adhrrf

VIVA Lifestyle - Banyak orang tua tak menyadari kebiasaan makan hidangan cepat saji ternyata membawa dampak buruk terhadap kesehatan anak-anaknya.

Dampak Buruk Perubahan Iklim bagi Lingkungan dan Manusia Makin Meningkat, Menurut WMO

Pasalnya, masyarakat Tanah Air masih lekat dengan stigma anak gemuk itu lucu. Sehingga orang tau terus memberikan makanan-makanan yang disukai si kecil tak peduli sehat atau tidak. 

Padahal tak semua gemuk itu lucu dan sehat. Anak yang gemuk identik dengan kondisi kelebihan berat badan atau obesitas. Di mana obesitas merupakan salah satu faktor risiko seseorang mengidap diabetes. 

Kisah Anak Tio Pakusadewo Mencari Ayahnya Selama 18 Tahun

Lain cerita dengan pengalaman Adhiramsyah Choesin, content creator kesehatan, yang juga memiliki tubuh gempal. Kondisi tubuh itu menjadi mimpi buruk bagi Adhi. 

Obesitas anak.

Photo :
WMO Mengungkap Bahaya Polusi Udara dan Perubahan Iklim yang Saling Memperburuk

Di usia 18 tahun Adhiramsyah didiagnosa mengidap mild fatty liver, yaitu sebuah penyakit di mana organ hati diselimuti lemak. Mengutip GoodDoctor, fatty liver merupakan masalah kesehatan karena adanya penumpukan lemak pada organ hati.

Kelebihan lemak berpotensi menyebabkan inflamasi, kerusakan hingga gagal hati. Padahal liver merupakan organ penting yang berperan menyaring nutrisi dan racun dari setiap makanan dan minuman yang masuk ke tubuh. 

Secara umum terdapat dua jenis fatty liver, yaitu nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) dan alcoholic fatty liver disease (AFLD). NAFLD penumpukan lemak di hati yang disebabkan pada seseorang yang tidak punya riwayat konsumsi alkohol. Sementara AFLD, yakni penumpukan lemak yang diakibatkan kebiasaan konsumsi alkohol.

Penyebab fatty liver pun beragam. Mulai dari obesitas, malnutrisi, genetik, usia semakin tua, riwayat penyakit hepatitis C, pengidap kolesterol hingga penderita gangguan tidur (sleep apnea).

Penyakit ini memiliki gejala yang dijadikan sebagai peringatan bagi Ayah dan Bunda. Tanda-tandanya adalah perut membengkak, pelebaran pembuluh darah di bawah permukaan kulit, payudara membesar pada anak laki-laki, telapak tangan kemerahan, serta kulit dan mata terlihat kekuningan.

Beruntungnya penyakit tersebut terdeteksi saat usia Adhi yang masih cukup muda. Sehingga dokter hanya meminta menjaga asupan makanan dan merubah gaya hidup (lifestyle) jadi lebih sehat.

Adhiramsyah Choesin kemudian bertekad merubah gaya hidupnya dengan stop mengonsumsi makanan cepat saji yang jadi kegemarannya. 

"Jadi pas SMA itu sekitar dua sampai tiga tahun gak makan junk food, goreng-gorengan, manis-manis sampai kondisi tubuh aku stabil," jelas pria yang sudah berusia kepala tiga itu. 

Bercermin dari pengalaman buruknya, Adhiramsyah mulai memperhatikan kesehatan anaknya sedini mungkin. Lantaran anaknya baru menginjak usia satu tahun, Adhiramsyah tidak memaksa untuk ini dan itu. 

Ilustrasi anak tak mau makan, anak menangis

Photo :
  • Unsplash

Ia hanya mengikuti panduan tumbuh kembang anak dan rajin berkonsultasi dengan dokter dalam memelihara kesehatan anaknya. 

"Kalau udah agak gedean pasti aku pantau apalagi kalau agak gemukan dikit langsung aku suruh jaga makan supaya dia (anak) tidak mengalami apa yang dirasakan bapaknya," tutup Dirhamsyah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya