Masjid Agung Darussalam Bojonegoro Bergemerlap Bak Permata Berlian
- Dewi Rina (Bojonegoro)
VIVA Lifestyle - Di bulan Ramadan ini, Masjid Agung Darussalam di Bojonegoro, Jawa Timur selalu ramai dikunjungi warga yang tak hanya warga sekitar namun hingga luar kota. Apalagi saat pelaksanaan salat tarawih jemaahnya mencapai 1.500 orang.
Masjid ini memang memliki daya tarik sendiri. Pesona keindahan masjid di dalamnya berhias gemerlap permata berlian menambah kesan arsitekturnya menjadi megah dan bergaya modern.
"Saya belum pernah menemui masjid berkilau bersinar terang dan bersih, atapnya terpancar kerlap-kerlip permata berlian," decak kagum Wahyoeningsih, warga Parengan, Tuban, saat ditemui, Senin (27/3).
Kilauan gemerlap tersebut tidak berasal dari berlian asli namun dari belahan pecahan kaca yang dibentuk segitiga yang disusun selaras menyerupai berlian.
Menurut penjelasan H. Lugito Abdul Kadir sebagai ketua Yayasan Masjid Agung Darussalam saat dikonfirmasi bahwa perubahan arsitektur Masjid Agung Darussalam berarsitektur megah dan modern yang menonjolkan hiasan kaca seperti berlian tersebut direnovasi pada tahun 2014 dengan anggaran dana sebesar Rp40 Millar di era Bupati Suyoto.
"Namun dana yang cair baru 24 Millar, sisanya hingga saat ini belum dianggarkan akhirnya bagian teras belum terselesaikan, jadi dibangun lagi atas iuran mandiri para jamaahnya," ungkap H. Lugito.
"Bangunannya sudah mengalami renovasi 7 kali mulai Bupati Kanjeng Soemantri hingga pada Bupati Suyoto," ujar H.Lugito.
Masjid Agung Darussalam ini terletak di sebelah barat Alun-alun Kota Bojonegoro, tepatnya jalan Hasyim Ashari No. 21 Bojonegoro. Masjid ini termasuk masjid tertua di wilayah Kabupaten Bojonegoro.
Masjid tersebut berdiri tahun 1825 pada saat masih zaman penjajahan Belanda. Hal itu terbukti dengan adanya 4 Sokho Guru istilah jawanya yang bermakna tiang penyangga utama sejak masjid dibangun.
4 Sokho Guru yang terletak belakang imam tersebut adalah tiang kayu jati yang berumur ratusan tahun dan utuh menjadi penghubung dengan laskar Pangeran Diponegoro dalam.perang selama 1825-1930 atau dikenal dengan perang Jawa.
Setiap hari biasa masjid ini juga dipenuhi para jemaah. Apalagi pada bulan puasa seperti ini makin membludak bahkan saat shalat Idul Fitri jemaah meluber hingga ke alun alun. (Dewi Rina/tvOne/Bojonegoro)