Wanita China-Australia Pemecah Sandi di Perang Dunia II
- abc
Kebijakan White Australia memperlakukan ayahnya sebagai "orang asing dan musuh" mengakibatkan kewarganegaraan ibunya dicabut.
Meskipun demikian, pada usia 18 tahun, Kathleen Quan Mane menjadi pemecah kode di Angkatan Udara Australia pada tahun 1945, tahun terakhir Perang Dunia II.
Quan Mane dan saudarinya, Doreen, anak bungsu dari lima perempuan dalam keluarga mereka, termasuk di antara 21 tentara Tiongkok-Australia pertama yang bergabung dalam perang.
Photo: Kathleen Quan Mane dengan seragam tentara Australia. (Supplied: Chinese ANZACs)
Veteran perang yang kini berusia 91 tahun ini lahir di Sydney dari seorang ibu China kelahiran Australia dan seorang ayah Kanton yang datang ke Australia pada awal 1900-an.
Dia ingat, meskipun orangtuanya sangat bangga dan mendukung dia dan saudara perempuannya bergabung dengan Angkatan Pertahanan, ayahnya tidak pernah diizinkan untuk menjadi warga negara Australia.
"Selama Perang Dunia II, dia digolongkan sebagai orang asing dan musuh," kata Quan Mane.
"Ibu saya lahir di kota kecil Australia. Ketika dia menikah dengan ayah, kewarganegaraan Australianya diambil darinya. Dia digolongkan sebagai orang asing (dan) harus melapor ke kantor polisi begitu sering. Di bawah kebijakan White Australia, siapa pun yang tidak secara substansial keturunan Eropa dilarang menjadi warga negara.”
Photo: Ibu Kathleen Quan Mane lahir di kota kecil Australia, kewarganegaraannya diambil karena ia menikah dengan pendatang dari Kanton. (ABC News: Samuel Yang)
Tetapi meskipun menderita di bawah kebijakan diskriminasi dan rasisme Australia, banyak anggota keluarga Quan Mane masuk militer.
"Masing-masing dari (tiga) saudara perempuan saya yang lain punya putra atau suami di pasukan pertahanan," katanya.
"Kami bisa dibilang keluarga militer. Itu sangat tidak biasa, karena gadis China biasanya tidak meninggalkan rumah sebelum menikah."
Pekerjaan yang sangat rahasia dan ikatan khusus
Baru setelah Perang Dunia II, wanita Australia bisa bergabung dengan Angkatan Pertahanan, dengan lebih dari 66.000 wanita mendaftar.
Didirikan pada tahun 1941, Women’s Auxiliary Australian Air Force (WAAAF) - kemudian diserap ke dalam Royal Australian Air Force (RAAF) - adalah yang terbesar dari kesatuan wanita Perang Dunia II di seluruh dunia.
Ketika dia berusia 18 tahun, Quan Mane mendaftarkan diri dan menjadi pembaca sandi di WAAAF di mana saudara perempuannya telah menjabat sebagai juru tulis jenderal selama lebih dari tiga tahun.
Menjadi pembaca sandi adalah pekerjaan yang sangat rahasia, dan sampai saat ini diklasifikasikan di bawah undang-undang keamanan nasional.
Sebagai pembaca kode, para wanita ini menerjemahkan pesan rahasia dari kode militer ke bahasa Inggris menggunakan buku kode, dan sebaliknya.
"Itu sebabnya sangat rahasia, karena gerakan pasukan, gerakan personil, gerakan jenderal - semua rahasia," kata Quan Mane.
Photo: Veteran Perang Dunia II, Kathleen Quan Mane. (ABC News: Samuel Yang)
Di markas, hambatan dan prasangka runtuh di antara wanita di kesatuan, karena Quan Mane terikat dengan gadis Australia lainnya di Angkatan Udara dalam apa yang ia gambarkan sebagai tahun yang luar biasa.
"Saya berasal dari keluarga China di kedua sisi," katanya.
"Kami berbicara bahasa Mandarin di rumah, Kanton, kami makan makanan China, kami menjalani gaya hidup Tionghoa, dan masuk pasukan adalah perubahan besar bagi kami. Meskipun kami bermain dengan anak-anak di sebelah, mereka Aussie, benar-benar kasar, kami (belajar) cara hidup Australia dari mereka, tetapi itu sangat terbatas.”
"Masuk ke kesatuan, aku agak khawatir dulu, tapi perempuan di sana sangat baik - kakakku maupun aku tidak bertemu rasisme. Itu adalah langkah besar ke depan juga."
Catatan dari Museum Tiongkok di Melbourne menunjukkan lebih dari 600 pria dan wanita China-Australia terdaftar selama Perang Dunia II.
Dari pekerjaan kemanusiaan hingga reuni keluarga
Setelah penyerahan Imperial Jepang, Quan Mane dan saudara perempuannya mengabdikan diri mereka kepada United Nations Relief and Rehabilitation Administration (UNRRA), melakukan pekerjaan kemanusiaan di Tiongkok.
Photo: Kaylene Poon dan bibinya Kathleen Quan Mane melihat foto-foto lama Katheleen semasa di Angkatan Bersenjata Australia. (ABC News: Samuel Yang)
Tiga dekade kemudian, pada tahun 1979, dia kembali ke Australia dan bersatu kembali dengan keluarganya. Dia ditunjuk sebagai sekretaris kehormatan cabang WAAAF WA sampai ditutup tahun 2016.
Keponakannya, Kaylene Poon, sekarang menjadi peneliti sejarah lokal di Perth yang mencoba melestarikan kisah-kisah kecil yang diketahui para veteran China-Australia. Poon mengatakan dia bangga dengan bibinya.
"Kalau bicara Anzac, Anda berpikir tentang orang Australia berambut pirang, Anda tidak melihat mereka yang berwarna atau latar belakang yang berbeda. Senang mengetahui sekarang mereka telah diakui," katanya.
Anzac Day yang diperingati tiap tanggal 25 April setiap tahunnya di Australia dan Selandia Baru adalah untuk memperingati warga dari kedua negara yang pernah terlibat dalam perang, konflik maupun usaha menciptakan perdamaian di seluruh dunia.