Ventura Jawab Keraguan, Allardyce Belum Meyakinkan
- Twitter/@England
VIVA.co.id – Tim nasional Italia berhasil menang 3-1 atas Israel dalam lanjutan Grup G kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Eropa, Selasa 6 September 2016 dini hari WIB. Skuat asuhan Giampiero Ventura meraih kemenangan usai sebelumnya tampil melempem melawan Prancis di laga uji coba.
Saat berhadapan dengan Prancis, Gli Azzurri dipaksa tunduk 1-3. Tak ayal, Ventura yang baru memulai debutnya kala itu menuai banyak kritik. Meski menerapkan skema bermain sama dengan pendahulunya, Antonio Conte, namun dia gagal memberi hasil sempurna.
Alhasil, eks juru taktik Torino tersebut dipaksa putar otak. Ventura awalnya tak ingin sesumbar bisa menang di Sammy Ofer Stadium. Apalagi dia sedang dalam sorotan berbagai pihak.
Beruntungnya Gianluigi Buffon dan kawan-kawan tampil impresif. Gol Graziano Pelle, Antonio Candreva, dan Ciro Immobile ke gawang Israel memberi kelegaan tersendiri bagi publik Negeri Pizza.
Bermain dengan 10 orang usai Giorgio Chiellini diusir wasit pada menit ke-55, Italia tetap bisa mempertahankan dominasi. Ventura pun semakin percaya diri dengan kekuatan tim besutannya saat ini.
"Kami yakin bahwa kami adalah sebuah kesatuan, kami harus selalu menunjukkan keberanian. Jelas bermain dengan 10 orang di kualifikasi Piala Dunia itu sulit," kata Ventura seperti dilansir Rai Sport.
Tantangan pria berusia 64 tahun tersebut memang belum pada puncaknya. Dia akan kembali mendapatkan cobaan kala menjamu Spanyol di Juventus Stadium pada 17 Oktober 2016 mendatang. Kemenangan menjadi hal penting, agar bisa meraih puncak klasemen Grup G.
"Semoga melawan Spanyol kami akan lebih baik dalam kondisi fisik dan oleh karena itu bisa bermain lebih baik daripada malam ini," ujarnya seperti dilansir Football Italia.
Inggris Hanya Mampu Menang Tipis
Pelatih timnas Inggris, Sam Allardyce melakoni debutnya saat pertandingan melawan Slovakia, Minggu 4 September 2016. Pada pertandingan tersebut, The Three Lions hanya mampu menang satu gol tanpa balas.
Dengan kekuatan yang berisikan pemain papan atas, hasil tersebut membuat kemampuan meracik strategi juru taktik yang akrab disapa Big Sam tersebut diragukan. Apalagi ketika itu lawan bermain dengan 10 orang.
Namun, dia punya jawaban untuk membantah segala kritik yang datang. Dengan catatan 64 persen penguasaan bola dan 19 kali percobaan ke gawang lawan, Allardyce percaya diri menyebut skuat asuhannya layak memenangkan pertandingan.
"Kami mencatat dominasi yang komplet. Situasi menegangkan pada akhir pertandingan karena skenario 10 pemain lawan membuat kami harus menang. Namun, laga menjadi sulit karena Slowakia lebih bertahan," ujarnya kepada ITV Sport.
Gol tunggal Inggris dicetak oleh Adam Lallana pada menit ke-95 membawa mereka berada di posisi kedua Grup F kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Eropa. Mereka kalah selisih gol dari Skotlandia yang menang 5-1 atas Malta.
Selain kepada Allardyce, kritik juga dialamatkan ke kapten timnas Inggris, Wayne Rooney. Pemain berusia 30 tahun tersebut dinilai bermain tidak sesuai dengan kewajibannya. Akibatnya, Harry Kane yang diplot sebagai ujung tombak tunggal dibuat kesulitan.
"Manajer harus bertindak tegas terhadap sang kapten, dan menyuruhnya untuk bermain lebih ke depan. Sebab, dia membuat peran Kane sebagai penyerang kian tidak menentu," kata eks gelandang Chelsea, Chris Sutton dikutip dari Daily Mail.
Pembuktian Spanyol dan Wales
Di pertandingan lainnya, Spanyol menang telak delapan gol tanpa balas melawan Liechtenstein. Sebagai kandidat juara Piala Dunia 2018, hasil ini memberi sinyal kewaspadaan kepada para pesaingnya.
Apalagi striker andalan mereka Diego Costa menunjukan kebangkitannya. Pemain asal klub Chelsea tersebut sukses mencetak dua gol. Pelatih anyar Spanyol, Julen Lopetegui pun tak segan melayangkan pujian.
"Pada akhirnya, pemain yang menentukan sendiri nasibnya. Kami hanya coba membantu. Namun Costa tampil luar biasa dan dia bisa membuktikan kelasnya hari ini," ujar Lopetegui.
Sinyal positif lainnya ditunjukkan oleh Wales. Skuat asuhan Chris Coleman menang meyakinkan dengan skor 4-0 atas Moldova. Megabintang mereka, Gareth Bale mencetak dua gol pada pertandingan tersebut.
Torehan tersebut membawa pemain asal klub Real Madrid sedikit lagi menuju pemain tersubur sepanjang masa timnas berjuluk The Dragons. Pemain berusia 27 tahun tersebut hanya tertinggal 4 gol dari rekor gol Ian Rush yang totalnya mencapai 28 gol.
Bale menegaskan capaian gemilang kali ini tak lepas dari semangat rekan-rekannya usai tampil di Piala Eropa 2016 lalu. Menciptakan sejarah dengan lolos ke Piala Dunia membuat semua penggawa The Dragons selalu ingin tampil sebagus mungkin.
"Setelah menikmati pengalaman luar biasa itu, sekarang kami ingin menghidupkannya kembali bahkan mencetak sejarah yang lebih gemilang," kata Bale kepada Wales Online.