Adu Kekuatan 3 Calon Pelatih Timnas Indonesia

Pemain Timnas Indonesia, Zulham Zamrun
Sumber :
  • @affsuzukicup

VIVA.co.id – PSSI langsung bergerak cepat mencari pelatih kepala untuk Timnas Indonesia, mengingat waktu yang sudah tak banyak lagi. Beberapa kandidat arsitek skuad Garuda pun mulai dipanggil, guna mengikuti seleksi.

Ada tiga kejuaraan resmi yang jadi fokus PSSI untuk segera menyiapkan timnas.  Piala AFF 2016, SEA Games 2017, dan Asian Games 2018, adalah ajang yang akan kembali jadi pembuktian kepantasan timnas Indonesia berlaga di level internasional.

PSSI sendiri memang mengutamakan pelatih lokal untuk menukangi timnas Indonesia nantinya. Beberapa nama pun mulai bermunculan dan diundang untuk melakukan fit and proper test oleh induk sepakbola tertinggi di Tanah Air tersebut.

Nama-nama tersebut adalah, Rahmad Darmawan, Indra Sjafri, Nilmaizar, dan Rudy Wiliam Keltjes. Nama terakhir, yang merupakan legenda Persebaya itu dikabarkan mundur karena masih ingin fokus dalam pembinaan pemain muda.

Pelatih T-Team, Rahmad Darmawan menjalani proses seleksi calon juru taktik tim nasional Indonesia senior di kantor PSSI, Senayan, Jakarta pada Rabu 1 Juni 2016.  Mantan pelatih Persija itu menjadi orang pertama yang mempresentasikan program kerja kepada tim panelis bentukan federasi.  

Diakui oleh pria yang akrab disapa RD tersebut, tim panelis lebih fokus menanyakan kesiapannya dalam membesut Timnas.  Sebab, seperti diketahui hingga saat ini dia masih terikat kontrak dengan T-Team sampai akhir November 2016 nanti.

Sedangkan Timnas akan mulai berlaga di ajang Piala AFF 2016 Myanmar-Filipina pada 19 November 2016 mendatang.  Melihat kondisi tersebut, tentu sulit membayangkan bagaimana nantinya proses persiapan tim jika RD terpilih sebagai pelatih, terlebih lagi peluang kontraknya diperpanjang amat besar.

Meski begitu, dikatakan RD masalah itu masih bisa teratasi.  Syaratnya, PSSI selaku federasi mampu berkomunikasi dengan T-Team yang baru akan memulai kompetisi Liga Super Malaysia pada Januari atau Februari 2017 mendatang.

"Memang kebetulan saat itu kompetisi sudah selesai, tapi bagaiamana pun ikatan kerja harus kita hormati. Makanya saya katakan silahkan federasi menghubungi klub seandaianya tak ada masalah, maka saya siap," ujar RD kepada wartawan usai presentasi kepada Tim Panelis PSSI.

"Kalau T-Team memperpanjang sebetulnya tidak masalah, karena kompetisi di sana mulainya Januari atau februari. Sementara ini kan (Piala AFF) event November sampai Desember. Masalahnya hanya tinggal komunikasi," imbuhnya.

Pensiunan perwira TNI Angkatan Laut itu menegaskan jika nanti terpilih siap untuk menjalankan tugas dengan baik. Rahmad bahkan tidak mau memikirkan faktor-faktor non-teknis lainnya, seperti gaji.

"Kalau target silahkan tanya kepada mereka (PSSI). Saya tadi hanya menyampaikan mengenai siap atau tidak melatih Timnas. Saya jawab untuk Timnas saya siap. Bahkan tidak usah bicara yang lain, honor atau apa pun," tegasnya.

Di sisi lain, Rahmad juga mengaku tak mau khawatir mengenai kondisi organisasi PSSI saat ini. Sebagai juru taktik, dia tak ingin memikirkan masalah politik internal PSSI sehingga membuat konsentrasinya dalam menyiapkan tim terpecah.

Seperti diketahui, saat ini kondisi internal PSSI sedang bergejolak. Kepengurusan periode 2015-2019 yang kini dipimpin oleh Hinca Panjaitan mendapat perlawanan dari Kelompok 85 yang diketuai oleh Pangkostrad Letjen TNI Eddy Rahmayadi mendesak segera dilakukannya Kongres Luar Biasa (KLB).

"Salah kalau kemudian kita katakan khawatir dengan organisasi PSSI kemudian takut untuk menangani Timnas. Selama pelatih diberi kebebsasan untuk memilih pemain terbaik yang ada di Indonesia, itu menurut saya lebih dari cukup untuk mengatakan iya," tegasnya.

Namun, ada satu syarat yang ditolak mentah-mentah oleh RD jika nanti dia terpilih, yakni memilih pemain berdasarkan latar belakang klub atau yang lainnya. Apa yang diucapkan olehnya itu pernah terjadi di Tanah Air ketika dualisme kepengurusan PSSI dan KPSI terjadi beberapa tahun silam.

"Kecuali kita tidak boleh mengambil pemain ini dari klub ini, pemain ini dari kompetisi ini. Itu yang saya tidak mau. bagus saya tidak usah," katanya.

Bagaimana dengan Indra Sjafri dan Nilmaizar?

Indra Sjafri menilai pembentukan timnas Indonesia guna mengarungi Piala AFF, November 2016, mendatang tidak dalam kondisi ideal. Berbagai kondisi yang belakangan melanda persepakbolaan Tanah Air menjadi penyebabnya.

Timnas memang bak "mati suri" dalam satu tahun terakhir akibat masalah antara Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan PSSI. Skuad Garuda tak bisa bermain di level internasional karena sanksi FIFA.

Dengan sudah selesainya pembekuan PSSI oleh Kemenpora, dan ditariknya sanksi FIFA, maka sekarang Timnas Indonesia sudah bisa lagi tampil di ajang internasional. Paling dekat adalah Piala AFF di akhir tahun nanti.

Namun, persiapan Timnas dinilai tidak ideal. Pelatih Bali United itu menilai dengan kondisi carut-marut belakangan ini membuat skuat Indonesia tidak akan bisa tampil maksimal di turnamen antarnegara Asia Tenggara tersebut.

Meski sadar kondisi takkan memihak, namun Indra tetap datang memenuhi undangan presentasi program kerja guna mencari pelatih Timnas senior. Dia datang seorang diri ke kantor PSSI, Senayan, Jakarta, pada Rabu 1 Juni 2016 siang WIB.

"Ini kondisi yang belum ideal bagi seorang pelatih. Tahun lalu tak ada kompetisi, dan sekarang ada lagi (permintaan KLB)," tutur Indra saat ditemui wartawan usai presentasi program ke Tim Panelis PSSI.

Saat ini, pria asal Sumatera Barat tersebut tak mau terlalu memikirkan soal kesulitan yang ada ke depan. Sebagai seorang pelatih, tujuannya hanya bisa membuat Timnas bermain sebaik mungkin nantinya.

Selain Piala AFF, pada 2017 nanti skuad Garuda juga memiliki agenda mengikuti SEA Games Malaysia. Dan pada ajang tersebut, jika terpilih, Indra optimistis bisa membawa Timnas U-23 berprestasi.

"SEA Games untuk kelahiran 1995. Itu berarti Evan Dimas dan kawan-kawan. Kalau itu saya optimistis dapat hasil maksimal, karena saya tahu kekuatan Malaysia atau negara-negara lainnya," tegasnya.

Sementara itu, pelatih Semen Padang, Nilmaizar, akhirnya memenuhi undangan PSSI untuk memaparkan programnya di timnas Indonesia. Nil memang diundang oleh PSSI karena namanya masuk nominasi pelatih Timnas yang akan berlaga di Piala AFF 2016.

"Tadi, yang dibahas lebih ke program yang akan saya jalankan. Sebab, persiapannya menuju Piala AFF tergolong mepet," kata Nil saat ditemui usai pertemuan.

Mantan pelatih timnas Indonesia itu mengaku siap untuk menjabat sebagai pelatih Tim Garuda. Namun, pelatih asal Payakumbuh tersebut menyatakan tak bisa sembarangan untuk menerima pinangan dari PSSI.

Restu dari Semen Padang dibutuhkan karena hingga sekarang Nil masih terikat kontrak dengan mereka. "Saya serahkan semuanya ke PSSI. Mereka yang akan berkomunikasi ke Semen Padang. Sampai sekarang, saya masih terikat kontrak dengan mereka," ujar Nil.

Tunggu Keputusan Exco PSSI

Sebanyak tiga kandidat pelatih tim nasional senior dan satu kandidat pelatih Timnas U-19 pada Rabu 1 Juni 2016 menjalani proses representasi program sebagai langkah awal penyaringan. Mereka secara bergantian mempresentasikan apa yang menjadi rencana di hadapan Tim Panelis bentukan PSSI.

Untuk kandidat Timnas senior, Indra Sjafri, Nilmaizar, dan Rahmad Darmawan saling bersaing. Sedangkan untuk Timnas U-19, dari empat nama yang ada, hanya Sutan Harhara yang menghadiri undangan.

Benny Dollo selaku salah satu anggota Tim Panelis menilai, semua kandidat yang menjalani proses presentasi program memiliki keunggulan. Sebaga panelis dia mengaku puas dengan paparan yang diberikan.

Akan tetapi, untuk keputusan siapa yang akan terpilih, Tim Panelis menyerahkan seluruhnya kepada Komite Eksekutif (Exco) PSSI. Menurut Benny, pengumuman siapa yang terpilih dilakukan pada Jumat 3 Juni 2016.

"Untuk presentasi semuanya bagus dan sangat memuaskan. Semuanya memiliki nilai positif bagi saya. Tinggal finalisasinya saja oleh Exco," kata Benny kepada wartawan saat ditemui di kantor PSSI, Senayan, Jakarta.

Persoalan kemudian datang pada kandidat pelatih Timnas U-19. Sutan tidak memiliki pesaing yang dapat dijadikan pembanding. Tetapi Benny mengaku belum tahu bagaimana keputusan PSSI nanti. "Saya belum tahu persis ada tambahan atau tidak. Saya tidak bisa menjawab itu (ada presentasi tambahan)," tuturnya.

Adu Kekuatan 3 Calon

Rahmad Darmawan memang sudah tidak asing dalam menangani skuad Garuda, pelatih asal Metro ini sudah menjadi asisten pelatih sejak 2002. Kala itu, mantan pelatih Persija dan Sriwijaya FC tersebut menjadi asisten Ivan Venkov Kolev.

Pada 2011, pelatih yang akrab disapa RD itu kembali menjadi asisten dari Wim Rijsbergen. Kemudian di tahun yang sama, Rahmad menukangi timnas Indonesia U-23 untuk ajang SEA Games, hasilnya adalah medali perak.

Timnas Indonesia memberhentikan  Luis Manuel Blanco di 2013, dan Rahmad pun menjadi pelatih sementara untuk menggantikan arsitek asal Argentina tersebut. Namun, lagi-lagi prestasinya terjadi di timnas U-23 dengan kembali meraih medali perak di SEA Games 2013.

Sedangkan nama Indra Sjafri, mulai mencuat kala menjadi pelatih timnas Indonesia U-19. Mantan pelatih timnas U-16 itu sukses menghipnotis para pecinta sepakbola Indonesia lewat tim yang asuhannya, Evan Dimas dan kawan-kawan.

Timnas –U-19  menjuarai turnamen Kejuaraan Remaja U-19 AFF 2013 setelah di final mengalahkan tim kuat Vietnam dalam pertandingan dramatis yang berujung adu penalti, di mana tim Indonesia menang dengan skor 7-6 setelah bermain imbang 0-0 hingga perpanjangan waktu.

Kata Erick Thohir Usai Ranking FIFA Timnas Indonesia Naik

Gelar juara ini merupakan gelar pertama Indonesia sejak 22 tahun terakhir dimana Indonesia tak pernah meraih satupun gelar juara baik di level Asia Tenggara maupun level yang lebih tinggi. Sejak itu lah nama Indra Sjafri dikenal banyak orang.

Prestasi tersebut coba dibawa Indra ke kualifikasi kejuaraan AFC U-19. Pada pertandingan terakhir Grup G Kualifikasi Kejuaraan U-19 AFC 2014 di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada tanggal 12 Oktober 2013, anak asuhnya mengalahkan juara 12 kali Piala Asia U-19, Korea Selatan dengan skor akhir 3-2, sehingga meloloskan tim tersebut lolos ke putaran final Kejuaraan U-19 AFC 2014 yang akan digelar di Myanmar pada Oktober 2014.

Pernah Dibantai Bahrain 10-0, Diego Michiels: Malu Sekali Sampai Lama tak Keluar Rumah

Kesuksesan demi kesuksesan yang diraih oleh Timnas U-19 tak lepas dari kontribusi Indra Sjafri, setelah Kejuaraan AFC U-19  Setelah menukangi timnas di beberapa kelompok umur, pada 2 November 2014, Indra Sjafri resmi diberhentikan oleh PSSI.

Itu menyusul kegagalan timnas U-19 yang berada di bawah asuhannya menembus target melaju ke Piala Dunia U-20 FIFA 2015 di New Zealand. Akibat keputusan tersebut, PSSI mendapatkan banyak kritikan dari masyarakat Indonesia.

Bawa Banyak Pemain Muda, Shin Tae-yong Beber Target Timnas Indonesia di Piala AFF 2024

Sementara itu, Nilmaizar mulai dilirik PSSI karena prestasinya bersama Semen Padang.  Kebetulan, posisi pelatih kepala timnas Indonesia masih belum jelas seiring pemecatan Alfred Riedl dan desakan timnas U23 untuk menarik Aji Santoso, caretaker pelatih tim senior, ke tim mereka.

Akhirnya, PSSI lewat koordinator tim nasional Bob Hippy resmi menetapkan Nil sebagai pelatih tim nasional Indonesia pada 13 April 2012.  Ia didampingi oleh Fabio Oliveira, staf pelatih Persija IPL kala itu.

Posisinya sebagai pelatih kepala Semen Padang digantikan oleh direktur teknik Suhatman Imam. Turnamen pertama Nil sebagai pelatih timnas adalah Piala Internasional Palestina 2012 pada Mei 2012.

Indonesia tergabung dalam grup B bersama Mauritania dan Kurdistan, dan PSSI menggelar pemusatan latihan pada akhir April. Nil terpaksa meninggalkan pelatnas di Yogyakarta untuk mengikuti kursus kepelatihan yang digelar oleh Asosiasi Sepak Bola Jerman dari tanggal 23 April sampai 12 Mei di Koeln.

Pelatnas diserahkan kepada asistennya Oliveira, dan Nil sendiri baru bisa menyusul timnas ke Palestina pada 12 Mei.  Hasil yang diraih tim cukup baik, dimana Mauritania berhasil dikalahkan 2-0, tetapi tertahan imbang 1-1 oleh Kurdistan.

Di semifinal, Indonesia dikalahkan tuan rumah Palestina 2-1. Ia memimpin tim nasional langsung di Piala SCTV, meskipun takluk 2-0 dari Korea Utara pada 10 September 2012 di Gelora Bung Tomo, Surabaya.

Beralih ke Piala AFF 2012, saat itu konflik dualisme di internal PSSI semakin meruncing. Namun pelatih berusia 46 tetap bersama timnas,  yang mana digunakan untuk persiapan Piala AFF 2012 di Malaysia

Usahanya untuk memanggil beberapa pemain kunci yang berlaga di Liga Super gagal, karena liga tersebut, yang notabene dibawah kontrol Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia, melarang pemainnya bergabung dengan timnas.

Meskipun begitu, PSSI tetap bersikeras mendaftarkan enam pemain ISL, meskipun keenam nama tersebut tidak pernah berangkat. Meskipun disertai kritik keras publik, alhasil, Nil hanya bisa membawa sederet pemain yang belum dikenal publik ke Malaysia.

Notabene hanya Irfan Bachdim, Andik Vermansyah dan Bambang Pamungkas yang ada di tim tersebut. Sisanya Nil memanggil beberapa pemain yang dinaturalisasi seperti Tony Cussel dan Jhonny van Beukering, serta Arthur Irawan yang bermain di Espanyol.

Indonesia hanya berhasil menduduki peringkat ketiga Grup B, setelah mengantongi empat poin dari tiga laga (menahan imbang Laos, mengalahkan Singapura tetapi ditaklukkan Malaysia), otomatis gagal melaju ke fase berikutnya.

Pada awal Februari 2013, PSSI resmi menggaet pelatih asal Argentina, Luis Manuel Blanco sebagai pelatih kepala tim nasional, lewat mekanisme g-to-g antara kedua negara. Otomatis posisi Nil (dan Aji Santoso selaku pelatih tim U23) tergusur.

Meskipun sempat dianulir Djohar Arifin Husin sendiri selaku ketua PSSI, Nil dan asistennya resmi dipecat pada 27 Februari, bersama sekretaris jenderal Halim Mahfudz. Nil sempat menyatakan memasrahkan urusan tersebut kepada PSSI, meskipun kontraknya masih ada sampai 2016.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya