Menanti Aksi Timnas Indonesia di Bawah Arsitek Anyar
- ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
VIVA.co.id – Persepakbolaan Indonesia seolah-olah kembali bangkit usai dicabutnya sanksi FIFA beberapa waktu lalu, dan timnas pun menjadi target awal. PSSI, selaku induk sepakbola tertinggi di Indonesia, langsung menyiapkan skuad Garuda agar bisa mengepakkan sayapnya di kancah Internasional.
Ada tiga kejuaraan resmi yang jadi fokus PSSI untuk segera menyiapkan timnas. Piala AFF 2016, SEA Games 2017, dan Asian Games 2018, adalah ajang yang akan kembali jadi pembuktian kepantasan timnas Indonesia berlaga di level internasional.
Namun, PSSI harus lebih dulu membangun skuad Garuda lebih dahulu untuk bisa mengikuti kejuaraan tersebut. Dimulai dari pelatih kepala, dan kemudian akan mencari beberapa pemain yang layak untuk kembali mengenakkan kostum timnas.
Komite Teknik dan Pengembangan PSSI telah melakukan rapat, untuk menentukan kandidat siapa yang akan menghuni pelatih timnas. Sayangnya, dari hasil rapat tersebut PSSI masih menutup rapat siapa saja yang dinominasikan, untuk mengikut fit and proper test.
Mereka yang mengikuti rapat adalah, Sekretaris Jenderal PSSI, Azwan Karim, lalu anggota Komite Eksekutif PSSI, La Siya dan Reva Deddy Utama, dan dua pelatih, Sutan Harhara, dan Emral Abus.
"Nama-nama tidak bisa kami umumkan hari ini. Tapi kami sudah mengantongi tiga nama untuk nominasi Timnas U-19, dan empat nama untuk Timnas Senior," kata Azwan di Kantor PSSI, Jakarta, Jumat 27 Mei 2016.
Menurut Azwan, setelah ini pihaknya akan memanggil para nominasi tersebut, untuk mengikuti tahapan selanjutnya. Rencananya pemanggilan akan dilakukan pada hari Rabu, 1 Juni 2016.
Proses pemilihan pelatih tersebut akan dilakukan oleh expert yang terdiri dari para pelatih macam, Danurwindo dan Sutan Harhara. Azwan menuturkan, semua kandidat adalah pelatih lokal.
"Semuanya lokal, tapi tidak menutup kemungkinan mengambil pelatih dari luar negeri.Nantinya siapa yang terpilih menjadi pelatih akan ditentukan melalui rapat Komite Eksekutif," jelasnya.
Pelatih Lokal Atau Asing?
***
PSSI memang mengutamakan pelatih lokal untuk menukangi timnas Indonesia nantinya. Namun, opsi penggunaan pelatih asing masih berkembang dan mantan pemain timnas Indonesia, Bambang Nurdiansyah, menilai itu tidak efektif.
Menurut Bambang, Indonesia tak membutuhkan pelatih asing. Pria yang akrab disapa Banur tersebut menyatakan Indonesia lebih memerlukan proses persiapan jelang Piala AFF yang lebih baik.
Uji coba internasional baik kandang dan tandang, disebut Banur, sangat diperlukan oleh Indonesia selama masa persiapan Piala AFF nanti. Menurutnya, pelatih asing belum pasti memberikan dampak yang positif.
"Sebenarnya kekuatan kita, di level ASEAN itu sama. Hanya saja, persiapan timnas kurang bagus. Bukannya saya alergi pelatih asing, belum jadi jaminan juga untuk prestasi. Pilih yang bagus (pelatih asing)," ujar Banur dalam acara Free Kick PSSI Pers, Kamis 19 Mei 2016.
"Latih tanding dengan tim luar negeri diperbanyak. Itu yang penting," lanjutnya.
Sementara itu, salah satu anggota Exco PSSI, Toni Aprilani, menjamin pemilihan pelatih timnas Indonesia akan dilakukan secara objektif. Toni berjanji PSSI bakal memilih pelatih yang tepat untuk memimpin Pasukan Garuda.
"Semua sudah diserahkan ke Komite Teknik. Ini memang jadi kewajiban kami. Urusan pelatih timnas juga jadi agenda yang disebutkan dalam surat FIFA. Jadi, kami harus fokus menyiapkannya," ucap Toni.
Beberapa nama pelatih lokal mulai dikaitkan, seperti Djadjang Nurdjaman, Rahmad Darmawan, hingga Nilmaizar. Untuk nama pertama, merasa bila dia belum pantas untuk melatih timnas walaupun terbilang sukses saat melatih Persib Bandung.
"Saya belum tahu, itu kabar datang dari mana? Menurut saya, belum pantas lah. Masih banyak yang lebih pantas. Akan lebih pas kalau jadi asisten (pelatih) dulu mungkin," kata Djanur lewat pesan singkat kepada VIVA.co.id.
Jika melihat pengalaman dan prestasi, pria yang akrab disapa Coach Djanur, memang cukup memenuhi kualifikasi untuk menjadi arsitek timnas. Tapi ternyata, Coach Djanur belum memenuhi syarat sertifikasi A AFC, untuk bisa menangani timnas.
"Ya, sebetulnya saya juga merasa begitu (punya pengalaman dan prestasi). Tapi, sertifikasi saya belum A AFC," imbuh Djanur, yang sukses menyudahi nirgelar Persib selama 19 tahun pada 2014 lalu.
Sedangkan Rahmad Darmawan, yang kini berkarier di Malaysia bersama T-Team mengaku senang dengan rumor tersebut. Mantan pelatih Persija ini menganggap keputusan tim perumus sebagai sebuah hal yang positif.
Akan tetapi, Rahmad belum bisa memastikan apa akan memilih meninggalkan Negeri Jiran. Sebab, dia masih terikat kontrak untuk satu musim ini bersama T-Team.
"Terima kasih masih dikasih masuk sebagai nominator. Timnas itu sesuatu, tapi lihat seperti apa dan bagaimana nantinya. Karena saya masih punya ikatan kerja dengan klub Malaysia," kata Rahmad saat dihubungi VIVA.co.id, Senin, 30 Mei 2016.
Berbeda dengan Nilmaizar yang sudah dihubungi oleh PSSI, Rahmad mengaku belum menjalin komunikasi. Oleh karena itu, dia tidak bisa memberi jawaban kapan akan kembali ke Tanah Air dan melatih Garuda.
Nilmaizar sendiri sudah mendapatkan undangan dari PSSI untuk melakukan presentasi program kerja pada Rabu 1 Juni 2016. Namun, dia masih menunggu surat resmi yang diajukan kepada manajemen Semen Padang, klub dia bernaung saat ini.
"Sudah ada kontak dari PSSI. Untuk presentasi kandidat pelatih Timnas senior hari Rabu di PSSI. Kalau manajemen Semen Padang menyuruh saya datang, saya siap saja. Semua kan tergantung manajemen, bukan saya," kata Nil saat dihubungi VIVA.co.id, Senin 30 Mei 2016.
Menurut Nil, dari komunikasinya dengan manajemen, sejauh ini sinyal positif didapatnya. Dia menyanggupi untuk datang mempresentasikan program kepada pengurus otoritas tertinggi sepakbola nasional nanti.
Dengan kondisi mepet dan sepakbola nasional yang masih serba tidak menentu, tentu sulit bagi mereka yang terpilih sebagai pelatih menjalankan program. Gejolak di dalam PSSI sendiri saat ini sedang panas-panasnya mengenai pro-kontra Kongres Luar Biasa.
Sedangkan timnas senior sudah ditunggu agenda Piala AFF 2016 yang berlangsung di Myanmar dan Filipina pada 19 November hingga 17 Desember mendatang. Akan tetapi, Nil tak ingin terlalu memusingkan hal tersebut.
"Kalau teknis nanti lah, kita juga belum tahu mau apa dan bagaimana. Tentu setelah ada ketetapan tentu ada arahan A atau B," ucap pria berusia 46 tahun tersebut.
Target Awal Timnas
***
Timnas Indonesia akan disiapkan untuk bisa mengikuti Piala AFF 2016 di Filipina dan Myanmar pada November mendatang. Namun, dengan waktu yang cukup mepet, Timnas diprediksi takkan bisa berbuat banyak di ajang tersebut.
Oleh karena itu, target jadi yang terbaik diusung di SEA Games 2017 mendatang. Tapi, di ajang SEA Games bukanlah tim senior yang tampil melainkan Timnas Indonesia U-23. Hal ini yang mengundang legenda Timnas Indonesia, Bambang Nurdiansyah, angkat bicara.
Menurut Bambang, SEA Games bukanlah target yang seharusnya diusung oleh PSSI. Ia mengatakan, SEA Games seharusnya dijadikan target transisi, menuju jenjang yang lebih tinggi semisal Piala AFF atau Piala Asia.
Alasan pria yang akrab disapa Banur ini, SEA Games yang diikuti oleh tim usia muda, dijadikan batu loncatan untuk meningkatkan kualitas dan jam terbang Garuda Muda. Banur mengambil contoh dari timnas Thailand.
"SEA Games kan yang main Timnas Indonesia U-23, jadi jangan terlalu membebankan juara kepada mereka. Biarkan saja mereka berkembang di situ, untuk diarahkan ke level yang lebih tinggi lagi," jelas Banur saat hadir di acara diskusi Free Kick PSSI Pers, Kamis 19 Mei 2016.
"Kalau melihat Thailand, mereka sudah tidak bicara target di SEA Games lagi, tapi sudah Piala AFF dan Piala Asia. Mereka tidak masalah kalah di SEA Games, tapi mereka mendorong untuk maksimal di Piala AFF dan Piala Asia," sambungnya,
Menanggapi komentar Banur, Gatot S Dewa Broto selaku Deputi IV Kemenpora Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga, ikut setuju. Hanya saja menurut Gatot, SEA Games juga jadi target utama, mengingat ekspektasi seluruh rakyat Indonesia yang begitu rindu prestasi sepakbola.
"Pada prinsipnya kami setuju dengan Mas Bambang (Nurdiansyah). Tapi, mengapa kita perlu menjadikan SEA Games sebagai target, karena masyarakat tentu menginginkan kita jadi yang terbaik, jadi juara," ujar Gatot.
Indonesia hanya memiliki waktu efektif untuk persiapan Piala AFF sekitar lima bulan saja. Dengan waktu yang singkat, PSSI pun enggan memasang target tinggi kepada timnas di Piala AFF.
Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Toni Aprilani, sadar persiapan mepet timnas belum tentu menghadirkan prestasi tinggi di turnamen terbesar antar negara se-Asia Tenggara tersebut. Namun, berharap bisa meraih hasil yang tidak mengecewakan.
"Kami harus mempersiapkan timnas Indoensia dalam waktu yang sedekat ini. Piala AFF digelar bulan November dengan apa adanya. Tapi, tentu kami ingin mempersiapkan sebaik-baiknya agar tidak mengecewakan," kata Toni saat ditemui di sela-sela diskusi PSSI Pers, Kamis 19 Mei 2016.
Grafik prestasi Indonesia di dua edisi Piala AFF tak terlalu memuaskan. Setelah berhasil menembus final pada 2010 lalu, Indonesia hancur lebur di edisi 2012 dan 2014. Mereka gagal lolos ke fase semifinal.