Jakmania Vs Bobotoh, Bara yang Tak Kunjung Padam
Senin, 19 Oktober 2015 - 08:43 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
VIVA.co.id
- Minggu 18 Oktober 2015, situasi tak biasa menyelimuti Jakarta. Polisi serta TNI berjaga-jaga di sepanjang jalan Gatot Subroto hingga kawasan Senayan. Tak cuma itu, mereka juga bersiaga di beberapa ruas tol dalam kota. Ada apa gerangan?
Bukan karena ada tamu negara yang datang, bukan juga Jakarta akan mendapat serangan dari pihak luar. Melainkan, Jakarta bakal menjadi venue pertandingan final Piala Presiden yang mempertemukan Persib Bandung versus Sriwijaya FC.
Laga ini memang menyita banyak perhatian. Tak cuma hasilnya yang ditunggu oleh masyarakat, tapi juga bagaimana kondisi di Jakarta jelang, saat, dan setelah pertandingan berlangsung.
Ya, hadirnya Persib di final Piala Presiden memang menghadirkan kekhawatiran untuk masyarakat Jakarta. Mereka takut akan terjadi kerusuhan besar karena kedatangan Persib ke Stadion Utama Gelora Bung Karno diikuti oleh Bobotoh.
Seperti diketahui, selama ini Bobotoh punya hubungan yang tak baik dengan suporter Persija Jakarta, The Jakmania. Bentrokan kerap terjadi jika keduanya bertatap muka secara langsung.
Demi mengamankan situasi di Jakarta, berbagai tindakan diambil oleh pihak keamanan gabungan kepolisian dan TNI. Salah satunya adalah menyisir daerah-daerah yang dianggap rawan kerusuhan.
Dan hasilnya, pihak kepolisian menemukan 5 bom molotov siap pakai dengan sumbunya dan sebungkur paku dengan berat setengah kilogram. Kelima bom ini ditemukan di Tol Bekasi Timur dan dekat pos polisi Jatiwaringin.
"Diperkirakan diletakkannya pas Subuh," kata Kapolres Bekasi Kota Komisaris Besar Polisi, Daniel Bolly. Tifaona.
Tak cuma melakukan penyisiran di beberapa daerah, kepolisian juga mengecek aktivitas di media sosial. Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Polisi Tito Karnavian, mengungkapkan sudah mengerahkan tim cyber crime demi melacak provokator yang mencoba memperkeruh suasana jelang final Piala Presiden.
"Sudah saya perintahkan tim cyber crime untuk menangkap orang provokatif penyebar broadcast, sudah diketahui dua orang dan akan kami ditangkap," ujar Tito kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Minggu 18 Oktober 2015.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Krishna Murti, menyatakan sudah mengantongi identitas keduanya dan akan segera melakukan penangkapan.
"Kami yakini ke publik, kami akan tindak dan tangkap otak dari semua aksi tersebut, kami sudah punya identitasnya, tim sedang mengejar," kata Krishna.
Selanjutnya: Tetap Terjadi Kerusuhan
Tetap Terjadi Kerusuhan
Meski sudah menerapkan SOP pengamanan yang ketat, tetap saja terjadi kerusuhan. Bahkan, kerusuhan terpusat di sekitar kawasan Senayan, Jakarta, yang notabenenya mendapatkan pengawalan sangat ketat.
Kerusuhan justru diawali oleh bentrok antarsuporter Sriwijaya FC. Kelompok suporter Sriwijaya, Singamania dan Ultras Simanis, yang diketahui tak akur saling serang di Hall Basket, Senayan. Bentrokan terjadi selama 20 menit pada Minggu pagi menjelang siang.
Bentrokan dipicu akibat aksi saling ejek lewat yel-yel. Dan saat emosi memuncak, bentrokan tak terhindarkan. Satu orang diamankan dari peristiwa ini.
Selanjutnya, terjadi penyerangan yang dilakukan oleh sejumlah oknum dengan atribut The Jakmania. Sekitar pukul 14.00 WIB, ratusan Jakmania menyambangi kawasan SUGBK. Tanpa basa-basi, kawanan suporter Macan Kemayoran tersebut langsung menyerang sejumlah Bobotoh.
Batu dan botol pun beterbangan di sekitar lokasi. Insiden ini tak berlangsung lama, ribuan petugas gabungan dari kepolisian dan TNI langsung 'memukul mundur' massa Jakmania yang sudah beringas ini. Satu orang pelaku diamankan.
Keributan kembali terjadi beberapa saat kemudian. Kali ini terjadi di Pintu VII, Senayan, Jakarta. Tampak, suporter beratribut Persija mengejar dan melempari bus Bobotoh meski telah dikawal polisi.
Tak ada serangan balasan karena bus melaju dengan kencang dan langsung masuk ke areal SUGBK. "Woi Viking... Viking... kejar, kejar," kata suporter yang juga terlihat membawa kayu dan batu.
Jelang kedatangan Presiden Joko Widodo pun, keributan masih terjadi. Kali ini, petugas keamanan dan Jakmania terlibat bentrok di dekat patung panahan Senayan. Polisi yang menggunakan motor trail melakukan sweeping dan menangkap sejumlah perusuh tersebut.
Meski banyak terjadi insiden perusakan dan pelemparan, Tito menegaskan situasi Jakarta masih berada dalam kondisi yang aman dan terkendali. Ada pun insiden yang terjadi, kadarnya masih bisa dikendalikan.
Tito juga menegaskan, perusuh yang berkeliaran jelang Piala Presiden bukan berasal dari Jakmania. Mereka rata-rata bocah tanggung yang mengatasnamakan Jakmania.
"Kalau kata kang Emil (Walikota Bandung), suporter ada dua macam, ada yang terstruktur dan ada yang cair (belum terstruktur), kalau terstruktur itu mudah diatur dan yang cair yang sulit," ungkap Tito.
"Pelakunya bocah, kalau ditangkap nangis, mereka hanya dengar dari SMS dan broadcast dan gampang terprovokasi," lanjutnya.
Kepolisian sudah menangkap ratusan bocah dan remaja yang dianggap sebagai pelaku anarki jelang Piala Presiden. Orang tua mereka juga sudah mendatangi Polda Metro demi menjemput anaknya.
Selanjutnya: Apa Sebanya?
Apa Sebabnya?
Jika ditarik dari sejarah, sebenarnya tak ada rivalitas yang kuat antara Persija dan Persib. Justru, di era Perserikatan, Persija dan Persib punya persaingan yang sengit dengan PSMS Medan. Maka dari itu, cukup aneh jika melihat kondisi yang terjadi saat ini. Lantas, sejak kapan perseteruan antara Jakmania dan Bobotoh terjadi?
Dihimpun dari berbagai sumber, perseteruan antara Jakmania dan Bobotoh dimulai pada 1999 silam. Saat itu, Persib menjamu Persija di Stadion Siliwangi, Bandung.
Situasi di dalam stadion sangat tak kondusif. Tribun sudah penuh, tapi masih banyak suporter yang tertahan di luar. Kebanyakan adalah Bobotoh.
Tiba-tiba, ada 7 bus yang merangsek masuk ke dalam stadion. Situasi ini memicu amarah dari pendukung Persib yang tak bisa masuk ke dalam stadion. Ditambah, gaya para suporter Persija yang bisa dibilang 'ngocol'.
Kericuhan tak terelakkan. Usai laga, situasi di sekitar Bandung Indah Plaza tak terkendali. Beberapa toko pun hancur.
Bentrokan paling hebat terjadi di 2001. Setelah Kuis Siapa Berani, terjadi kericuhan antara Bobotoh dan Jakmania. Kejadian bermula saat para Bobotoh hendak pulang ke Bandung.
Di tol dalam kota, mereka melaju sejajar dengan rombongan Jakmania. Saat itu, bus Bobotoh masih dipenuhi atribut. Dan ketika keluar dari tol, bus Bobotoh langsung mendapat serangan dari Jakmania.
Itu antarsuporter, Juni 2013, giliran pemain Persib yang jadi korban keganasan oknum mengaku Jakmania. Peristiwa bermula saat Firman Utina dan kawan-kawan keluar dari Hotel Kartika Chandra. Tak seperti biasanya, saat itu mereka diangkut dengan bus.
Pihak panitia tak memberikan barakuda seperti yang sudah biasa disiapkan dalam beberapa tahun terakhir. "Aman, aman. Kami akan kawal," ujar pelatih Persib Bandung, Djadjang Nurdjaman, menggulangi janji panitia lokal ketika itu.
Garansi yang diberikan panitia nyatanya tak terbukti. Bus diserang dari berbagai arah. Situasi ini membuat para pemain serta ofisial panik. Bus akhirnya langsung masuk tol dan memutuskan pulang ke Bandung. Memang, tak ada korban jiwa. Namun, elemen Persib yang ada di bus mengalami luka-luka.
Kabar ini menyebar cepat lewat medsos dan situs lainnya. Ratusan pendukung Pangeran Biru langsung memadati pintu tol Pasteur. Mereka melakukan aksi sweeping terhadap mobil berpelat B.
Mantan pemain Garuda Bandung, Firmansyah, menjadi korban dari aksi ini. Firmansyah sebenarnya adalah orang Bandung. Namun, mobilnya berpelat D.
Dikisahkan olehnya, saat itu dia hendak menjemput istrinya yang merupakan istri dari vokalis SHE, Melly. Saat tiba di persimpangan lampu merah dekat Pintu Tol Pasteur, sejumlah orang langsung mengepung mobilnya.
Insiden ini tak membuat Firmansyah terluka. Tapi, putri sulungnya syok. ”Saking ketakutan putri sulung saya yang baru berumur 4 tahun, Radinka Mikaila sampai trauma dan enggan naik mobil lagi sesaat setelah kejadian," jelas Firmansyah.
Pakta perdamaian pun sempat dibuat oleh kedua belah pihak usai insiden ini. Tapi, kenyataannya tak efektif. Beberapa insiden kecil masih terjadi hingga perhelatan final Piala Presiden.
Selanjutnya: Persib Gondol Piala Presiden
Peluang emas justru didapatkan Laskar Wong Kito terlebih dulu. Sayangnya, sepakan Talaohu Abdul Musafry di menit 4, masih melenceng di samping kiri mistar gawang I Made Wirawan.
Selang 3 menit, gawang Sriwijaya bergetar. Sepakan bebas Ahmad Jufriyanto membentus barisan pagar hidup Sriwijaya. Dan kiper Dian Agus gagal membendungnya.
Unggul cepat, Persib semakin percaya diri. Mereka dengan leluasa memainkan bola di wilayah pertahanan Sriwijaya. Namun, gol tambahan baru tercipta di penghujung laga.
Sepakan Makan Konate awalnya membentur mistar. Kemudian, bola memantul ke arah Dian Agus. Arah bola kembali berubah dan justru masuk ke gawang sendiri. Skor 2-0 bertahan hingga jeda.
Sriwijaya mengubah skema permainan di babak kedua. Mereka lebih berani keluar menyerang. Berbagai peluang diciptakan. Sayangnya, mereka gagal mencetak gol ke gawang Persib hingga peluit akhir berbunyi.
Tak cuma trofi juara, Persib juga meraih dua gelar lainnya. Adalah Zulham Zamrun yang berhasil membantu Persib menyempurnakan prestasinya di Piala Presiden. Zulham sukses dinobatkan sebagai pemain terbaik dan top scorer turnamen ini.
Dilarang Pakai Atribut, Suporter Persija Berontak
The Jakmania akan orenkan Manahan saat lawan Persib.
VIVA.co.id
4 November 2016
Baca Juga :