Chile Vs Argentina: Akan Muncul Sejarah Baru
Sabtu, 4 Juli 2015 - 05:10 WIB
Sumber :
- REUTERS/Andres Stapff
VIVA.co.id
- Copa America 2015 akhirnya memasuki partai final. Chile dan Argentina bakal membuktikan diri siapa yang terbaik di Estadio Nacional Santiago, Sabtu 4 Juli 2015 (Minggu dini hari WIB).
Ada hal yang sama dari Chile dan Argentina. Ya, kedua negara ini sudah lama tak merasakan manisnya gelar juara. Mereka juga mengincar sejarah baru.
Argentina memang pengoleksi trofi America terbanyak setelah Uruguay, dengan 14 trofi. Namun, mereka terakhir kali juara pada 1993. Itu juga menjadi trofi terakhir yang diraih oleh Tim Tango. Penantian selama 22 tahun tentunya bukan waktu yang sebentar untuk tim sebesar Argentina.
Setelah itu, Argentina sebenarnya sanggup dua kali lolos ke final Copa America, pada 2004 dan 2007. Namun, dalam dua kesempatan itu, Albiceleste selalu dikalahkan Brasil.
Kesempatan kembali datang di final Piala Dunia 2014 lalu. Namun, lagi-lagi Argentina masih belum bisa berbuka puasa. Gol tunggal Mario Goetze membuat Argentina kalah 0-1 dan harus memperpanjang masa puasa gelar.
Sejarah Chile
Baca Juga :
Lawan Bolivia, Argentina Bakal Cadangkan Aguero?
Ada hal yang sama dari Chile dan Argentina. Ya, kedua negara ini sudah lama tak merasakan manisnya gelar juara. Mereka juga mengincar sejarah baru.
Argentina memang pengoleksi trofi America terbanyak setelah Uruguay, dengan 14 trofi. Namun, mereka terakhir kali juara pada 1993. Itu juga menjadi trofi terakhir yang diraih oleh Tim Tango. Penantian selama 22 tahun tentunya bukan waktu yang sebentar untuk tim sebesar Argentina.
Setelah itu, Argentina sebenarnya sanggup dua kali lolos ke final Copa America, pada 2004 dan 2007. Namun, dalam dua kesempatan itu, Albiceleste selalu dikalahkan Brasil.
Kesempatan kembali datang di final Piala Dunia 2014 lalu. Namun, lagi-lagi Argentina masih belum bisa berbuka puasa. Gol tunggal Mario Goetze membuat Argentina kalah 0-1 dan harus memperpanjang masa puasa gelar.
Sejarah Chile
Chile bahkan bernasib lebih parah dari Argentina. Dalam sejarah 99 tahun Copa America, pencapaian terbaik La Roja adalah menjadi runner-up.
Chile tercatat empat kali menjadi
runner-up
pada 1955, 1956, 1979, dan 1987. Kini, di hadapan pendukung sendiri, tim besutan Jorge Sampaoli ini tentu tak ingin kembali menjadi yang kedua. Chile ingin menyudahi puasa panjang mereka.
Ingin Bayar Utang
Di final nanti, Argentina ingin membayar utang setelah gagal juara di Piala Dunia 2014. Hal tersebut diutarakan bomber tajam Albiceleste, Sergio Aguero.
Di Brasil, Aguero sebenarnya menjadi tumpuan Albiceleste di lini depan. Namun, dia tak mampu tampil maksimal karena mengalami masalah pada kondisi fisiknya.
Pemain ManCity ini juga tampil buruk saat Argentina dikalahkan oleh Jerman di laga final. Kali ini, Aguero tak akan mengulangi pengalaman pahit tersebut.
"Saya selalu mengatakan apa yang terjadi di Piala Dunia karena saya tak berada dalam kondisi terbaik. Sekarang saya sudah merasa baik. Saya tiba dalam kondisi bagus dan utang itu akan coba saya bayar di Copa America," kata Aguero kepada
La Nacion
.
Semangat untuk membayar utang juga diungkapkan gelandang Argentina, Javier Pastore. Pemain 26 tahun ini punya semangat membara untuk mengantar timnya menjadi yang terbaik di Amerika Selatan.
"Akan sangat memalukan jika generasi ini tidak mampu memenangkan apapun. Tidak meraih juara Piala Dunia jadi kekecewaan luar biasa saya," ujar Pastore dilansir situs resmi Copa America.
"Mari kita berharap mereka bisa mendapatkan semacam balas dendam dan kami dapat mengangkat piala ini. Ini akan menjadi kebahagiaan bagi saya dan keluarga, juga untuk rekan-rekan saya," imbuhnya.
Lionel Messi diprediksi bakal menjadi tumpuan Argentina di final nanti. Meski baru menyumbangkan satu gol di Copa America, striker Barcelona ini tetap berbahaya. Dia sukses menciptakan tiga assist saat Argentina melumat Paraguay 6-1 di semifinal.
Meski demikian, kapten sekaligus kiper Chile, Claudio Bravo, mengaku tidak akan ada pengawal khusus untuk Lionel Messi.
"Tak akan mudah dengan kemampuan Leo (sapaan Messi). Jika Anda melihat apa yang telah dilakukannya dengan kariernya, itu merupakan hal luar biasa. Namun, kami tak akan menugaskan seseorang khusus untuk mengawalnya 90 menit," kata Bravo, dilansir
Reuters
.
"Dia bukan satu-satunya yang kami hadapi. Kami harus mencemaskan Argentina secara keseluruhan, bukan hanya Leo," lanjutnya.
Sementara itu, bek Chile, Eugenio Mena, sangat antusias menyambut partai final. Dia menilai Chile vs Argentina adalah partai final idaman.
"La Roja dan Argentina adalah dua tim terbaik di Copa America 2015 dan layak tampil di final. Kami harus tampil maksimal, ini adalah kesempatan kami untuk itu. Kami tahu Argentina memiliki pemain berbahaya di lini tengah dan depan," ujar Mena seperti dilansir
Soccerway
.
Mena mengaku tak takut dengan nama besar Argentina. Chile akan tampil seperti biasanya, tak peduli siapa yang menjadi lawan.
Perebutan Tempat Ketiga
Sebelum partai puncak, masih ada partai hiburan perebutan tempat ketiga. Paraguay akan menghadapi Peru di Estadio Municipal de Concepción, Jumat 3 Juli 2015 (Sabtu pagi WIB).
Bagi Paraguay, laga ini bisa menjadi penebus dosa usai dipermalukan Argentina 1-6 di semifinal. Meski demikian, pelatih Paraguay, Ramon Diaz, merasa puas dengan performa tim secara keseluruhan.
"Target di Copa America ini adalah membuat tim kembali percaya diri. Mereka sudah melakukannya dan sudah kembali terorganisasi. Jadi saya sangat puas," kata Diaz seperti dilansir Soccerway.
Alih-alih berkomentar mengenai laga perebutan tempat ketiga, Diaz malah memprediksi mengenai partai final. Dia beranggapan Argentina memiliki peluang lebih besar untuk menjadi juara.
"Jika Argentina bermain seperti itu, seperti yang mereka tunjukkan saat melawan kami, Chile tak punya kesempatan. Melihat kualitas pemain mereka dan waktu yang telah mereka habiskan bersama, saya rasa hasilnya akan menguntungkan untuk timnas Argentina," kata Diaz seperti dilansir
Soccerway
.
Diaz beranggapan, Albiceleste merupakan tim terbaik di dunia. Dengan tetap menaruh rasa hormat pada Chile, Argentina adalah tim terbaik di fase knockout.
"Kami akan melihat kenyataannya di hari Sabtu. Namun, timnas Argentina adalah tim terbaik yang pernah saya lihat dalam waktu yang lama," ucapnya.
Sementara itu, sepanjang sejarah, baik Paraguay maupun Peru sama-sama tujuh kali merebut tempat ketiga. Peru merebut peringkat 3 pada 1927, 1935, 1949, 1955, 1979, 1983, dan 2011. Sementara itu, Paraguay menempati peringkat ketiga pada 1923, 1924, 1925, 1939, 1946, 1959 dan, 1983. (one)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Chile bahkan bernasib lebih parah dari Argentina. Dalam sejarah 99 tahun Copa America, pencapaian terbaik La Roja adalah menjadi runner-up.