Bambang Pamungkas & Timnas Indonesia
VIVAnews - Pecinta sepakbola nasional pasti sepakat jika tim nasional Indonesia lebih dari satu dekade terakhir identik dengan Bambang Pamungkas. Bepe adalah maskot atau ikon Timnas.
Sejak 1998, pemain kelahiran Salatiga, 10 Juni 1980 ini telah berbaju Timnas meski di tingkat junior. Prestasi serta bakat alami Bepe membawanya ke Timnas senior setahun berikutnya.
Kini, lebih dari 12 tahun, Bepe telah berkostum Merah Putih. Striker 31 tahun ini selalu menyatakan kecintaannya membela Merah Putih. Striker yang hanya memperkuat Persija Jakarta di pentas Liga Indonesia pun akan selalu siap dipanggil Timnas dan belum ingin menanggalkan kostum Merah Putih.
Menurut Bepe, membela Tim Merah Putih jadi suatu kehormatan. Ia menyebut hanya pelatih Timnas yang bisa membuatnya pensiun. Meski itu akan memicu kontroversi.
"Sebenarnya, saya sendiri berpikir tidak pernah ada pemain Tim Nasional untuk selamanya. Sampai pertandingan final AFF melawan Malaysia, itu adalah caps saya ke-80. Dan saya berpikir itu adalah yang terakhir buat saya. Karena, saya berpikir saya tidak tahu kapan akan dipanggil lagi atau tidak," kata Bepe.
Bepe memang membuktikan kualitasnya masih dibuktikan pelatih sekelas Alfred Riedl dan kini Wim Rijsbergen di Timnas. Apalagi, kedua pelatih itu masih memberikan kepercayaan dengan melingkarkan ban kapten di lengan Bepe.
"Selalu saya tekankan pada diri saya, bahwa saya tidak akan pernah mengundurkan diri dari Timnas. Apa pun keadaannya. Karena bagi saya, itu adalah kehormatan. Sebuah profesi yang membuat saya berada di sini, dan membuat saya dikenal banyak orang. Itu bagian dari apresiasi besar saya pada sepakbola," lanjut Bepe.
"Sehingga, saya tidak pernah ingin mengundurkan diri. Yang bisa menghentikan saya bermain adalah pelatih Timnas. Ketika pelatih mengatakan 'Bambang terima kasih atas kerjasamanya, Anda tidak dibutuhkan lagi.' Itu berarti karier saya selesai. Itu bisa terjadi kapan saja," lanjut pemain 31 tahun ini.
Sejauh ini, Bepe memang jadi pemain yang memiliki koleksi caps terbanyak di Tim Merah Putih. Ia juga masih bermain di Pra Piala Dunia 2014 melawan Iran, Selasa 15 November 2011.
"Yang pasti, jika bermain lawan Iran, itu jadi caps ke-92 saya untuk Indonesia. Suatu perjalanan panjang yang penuh suka dan duka, tanpa gelar apa pun, yang sampai sekarang masih saya kejar. Selama 12 tahun membela Timnas, tak satu gelar pun saya berikan. Beberapa gelar pribadi pernah, tapi untuk tim belum pernah."
"Jika ada rekan-rekan yang membaca blog saya, saya pernah mengatakan, ketika saya nanti berhenti bermain untuk timnas dan saya tidak memberikan gelar apa pun, saya sendiri dengan lantang akan mengatakan saya adalah generasi yang gagal. Dan saya konsisten dengan yang saya katakan itu," lanjut Bepe.
Prihatin Timnas
Kegagalan Bepe mempersembahkan gelar bagi Timnas selama 12 tahun menjadi catatan pahit. Semakin pahit karena di ujung karirnya kini BP memperkuat Timnas yang menderita kekalahan beruntun dalam empat laga PPD 2014. Ia pun mengaku malu dengan hasil yang diraih timnya.
"Kami harus akui sedang dalam situasi yang tidak baik. Artinya empat kekalahan berturut-turut adalah hal yang menyedihkan, juga memalukan. Akan tetapi, saya yakin tidak ada siapa pun yang ingin kalah di sepakbola," kata Bepe saat konferensi pers di Hotel Sahid, Jakarta Senin 14 November 2011.
"Kami juga sudah melakukan hal semampu kami untuk memenangi pertandingan. Tapi, memang hasilnya tidak maksimal. Banyak hal yang menurut saya berpengaruh pada kinerja tim ini," ujar bomber Persija Jakarta tersebut.
Bepe mengatakan, untuk menghadapi tim kuat seperti Iran, Bahrain dan Qatar, dibutuhkan sebuah tim yang solid. Namun, hal itu tidak dimiliki Timnas Indonesia. Menurut dia, banyak hal kecil yang mengganggu harmonisasi di skuad Garuda.
"Anda mungkin bisa bayangkan bagaimana kita menghadapi event sebesar Pra-Piala Dunia dengan status pemain yang tidak memiliki jam terbang, main setiap minggu dan tidak punya kompetisi," tuturnya.
"Saya yakin ini kesulitan besar bagi pelatih. Ketika pelatih ingin mengganti materi pemain, tapi dia tidak punya pilihan lain. Karena liga tidak bermain, sehingga tidak ada pemain lain yang siap. Dan itu juga jadi PR besar bagi sepakbola Indonesia," ujarnya.
Bepe justru membela pelatih Wim Rijsbergen yang terus dicerca masyarakat Indonesia. Menurut Bepe, buruknya prestasi Indonesia bukan kesalahan Wim seorang.
"Saya dengar di dunia maya banyak sekali yang menyalahkan Wim. Tapi, saya pribadi berpendapat ini kesalahan kami semua. Artinya, tentu sebagai pelatih ia bertanggung jawab sesuai porsi beliau. Tapi, saya sebagai kapten tim dan rekan-rekan juga harus bertanggungjawab atas hasil ini. Menurut saya, semua komponen tim harus bertanggung jawab, termasuk juga PSSI," tutur Bepe.
Indonesia masih menyisakan dua laga terakhir melawan Iran dan Bahrain di ajang Prakualifikasi Piala Dunia 2014. Menurut asisten pelatih Timnas, Liestiadi, melawan Iran di SUGBK, Selasa 15 November 2011 jadi peluang terbaik bagi Bepe dan kawan-kawan untuk mendapatkan poin pertama. (sj)