Menanamkan Sikap Toleransi Sejak Dini
- Istimewa
Jakarta, VIVA – Selama setahun silam ini kasus intoleransi antar umat beragama beberapa kali terjadi di Indonesia. Salah satu pemicunya adalah semakin memudarnya sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan agama dalam masyarakat, yang berpotensi merusak kerukunan serta mencederai demokrasi.
Berdasarkan laporan lembaga Imparsial: The Indonesian Human Rights Monitor, sepanjang tahun 2024 terdapat sedikitnya 23 kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia. Kondisi ini dipengaruhi oleh minimnya pendidikan serta kurangnya penanaman nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan sejak usia dini.
Menanggapi kondisi yang terjadi di masyarakat, Redea Institute, yang menaungi jaringan Sekolah HighScope Indonesia berkomitmen untuk menanamkan serta menerapkan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan kepada seluruh siswa sejak dini. Toleransi sering kali dianggap hal yang sepele, padahal ketidakhadirannya dapat berdampak negatif.
Banyak permasalahan di era ini berakar dari kurangnya rasa saling menghargai—baik terhadap sesama, terhadap suatu hal, maupun terhadap perbedaan yang ada. Kurangnya pemahaman akan keberagaman dapat memicu konflik, perpecahan, serta menurunnya sikap toleran dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagai upaya menanamkan pemahaman tentang pentingnya menghargai perbedaan dan toleransi, jaringan Sekolah HighScope Indonesia kembali mengadakan kegiatan lintas agama bertajuk PTR (Peace, Tolerance, Respect). Kegiatan tahunan ini bertujuan untuk menumbuhkan sikap saling menghormati, baik terhadap sesama manusia maupun makhluk hidup, guna menciptakan kehidupan yang harmonis dan berkelanjutan.
Tahun ini, PTR mengusung tema “Membangun Sikap Menghormati Sesama Manusia dan Makhluk Hidup untuk Menciptakan Kehidupan yang Damai dan Berkelanjutan.” Tema ini dipilih untuk menginspirasi siswa agar menerapkan sikap saling menghormati dalam kehidupan sehari-hari, serta berkontribusi dalam menciptakan perdamaian yang berkelanjutan.
Dengan demikian, kegiatan ini diharapkan membawa dampak positif bagi seluruh umat beragama dalam masyarakat. Kegiatan ini juga menjadi salah satu cara untuk mempromosikan kehidupan madani dengan menanamkan sikap toleransi antar pemeluk agama serta menghargai berbagai bentuk kontribusi yang dilakukan masing-masing agama bagi kemanusiaan.
PTR diselenggarakan setiap tahun pada bulan Ramadhan sejak 2004. Meskipun berlangsung di bulan Ramadhan, kegiatan ini tidak hanya diikuti oleh siswa beragama Islam, tetapi juga oleh siswa dari agama lain, seperti Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, dan Buddha.
Dalam pelaksanaannya, aktivitas siswa terbagi menjadi dua kategori: aktivitas yang sesuai dengan latar belakang agama masing-masing dan aktivitas gabungan yang melibatkan seluruh siswa tanpa memandang perbedaan keyakinan. Rangkaian kegiatan PTR ini berlangsung di seluruh Sekolah HighScope Indonesia (Alfa Indah, Bali, Bintaro, Bengkulu, Denpasar, Kelapa Gading, Medan, Palembang, Rancamaya, dan TB. Simatupang) dimulai dari program Sekolah Dasar di kelas 4 (empat) sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Atas.
Sekolah mewajibkan siswa sekolah dasar dan menengah untuk mengikuti kegiatan ini selama 2 (dua) hari, 1 (satu) malam di sekolah. Siswa sekolah menengah atas mengikuti PTR selama sehari penuh, dari pagi hingga selesai shalat tarawih. PTR terbagi atas dua sesi: sesi lintas agama dan sesi agama masing-masing. Sesi lintas agama menghadirkan pembicara yang mengangkat nilai-nilai universal dimiliki semua agama, misalnya menunjukkan sikap taqwa kepada Tuhan YME dengan cara menghargai sesama makhluk hidup.
Kemudian siswa akan mengikuti sesi agama masing-masing. Sebagai ilustrasi, saat siswa beragama Islam menjalankan sholat Isya dan Tarawih berjamaah, siswa beragama Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, dan Buddha mengikuti sesi pendalaman iman di ruang terpisah. Dalam sesi ini, mereka mendapatkan bimbingan dari pemuka agama yang diundang sebagai pembicara tamu.
Diskusi yang berlangsung berfokus pada bagaimana nilai-nilai keimanan tercermin dalam tindakan sehari-hari, khususnya dalam membangun semangat toleransi dan solidaritas di tengah era digital saat ini. Di Sekolah HighScope Indonesia TB. Simatupang, kegiatan PTR dibuka dengan sesi Opening, Hopes & Dreams, dan Ice Breaking yang diikuti oleh seluruh siswa. Kemudian dilanjutkan dengan sesi talkshow dengan H. Mukhibullah Ahmad S.H (Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian), Rizkiana Alba M.Ed (Wahid Foundation), dan Miftahul Khoir (Global Peace Foundation Indonesia).
Pembicara tamu lainnya meliputi entertainer dan motivational speaker Abu Marlo (H. Riza Abusofyan) S.E, MBA (Sekolah HighScope Indonesia Kelapa Gading), pendiri dari Ragam Foundation Nicholas Kimaan (Sekolah HighScope Indonesia Bali), perwakilan dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Medan Wulan Dayu, S.E., M.E (Sekolah HighScope Indonesia Medan), perwakilan dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Rahmat Bahtiar, S.Sos, M.Si (Sekolah HighScope Indonesia Palembang), dan Penyuluh Agama Buddha dan Kanwil Kemenag Bengkulu Yulius Adinata, S.Pd.B (Sekolah HighScope Indonesia Bengkulu).
Di Sekolah HighScope Indonesia Bintaro, para siswa memberikan sumbangan kepada warga sekitar sekolah dan Panti Asuhan Pintu Elok. Sedangkan siswa di Sekolah HighScope Indonesia Alfa Indah melakukan kunjungan ke Rawinala Foundation, yayasan yang melayani kebutuhan pendidikan orang Tunanetra Ganda.
Siswa Sekolah HighScope Indonesia Rancamaya melakukan proyek kolaboratif bersama PAUD Tarbiyatul Falah, di mana siswa dibagi kelompok dan merancang aktivitas bertema toleransi yang akan dilakukan bersama anak-anak PAUD. Di Sekolah HighScope Indonesia Denpasar para siswa 4-9 bekerja sama mempersiapkan takjil dan membagikannya ke warga sekitar, sedangkan para siswa SMA melakukan kunjungan ke Panti Asuhan Chloe Orphans.