Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia Terus Disorot, Disebut Karena Kurangnya Guru Berkualitas

Ilustrasi belajar bahasa Inggris.
Sumber :
  • Pixabay

Jakarta, VIVA – Pendidikan bahasa Inggris di Indonesia terus menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah Indonesia telah berusaha meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris di kalangan pelajar dan masyarakat. Namun, strategi yang diterapkan masih mendapat berbagai kritik. 

Kemenag Paparkan Keberhasilan Program REP MEQR Buat Kualitas Pendidikan Madrasah

Banyak yang merasa bahwa pendekatan yang ada belum cukup efektif untuk menghasilkan siswa yang benar-benar fasih berbahasa Inggris. Lalu, apa tantangannya?

Tantangan utama adalah kurangnya guru berkualitas. Meski ada program pelatihan, banyak guru belum menguasai metode pengajaran yang sesuai. Ini memengaruhi kualitas pengajaran yang diterima siswa. Selain itu, kurangnya sarana dan prasarana menghambat pembelajaran interaktif. 

Guru dan Karyawan Buktikan Frugal Living Bisa Capai Financial Freedom

Pengajaran bahasa Inggris sering fokus pada teori dan tata bahasa, padahal keterampilan berbicara dan mendengarkan lebih dibutuhkan. Sekolah perlu menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dunia nyata. Pembelajaran berbasis konteks sehari-hari akan lebih efektif.

Mendikdasmen Minta Masyarakat Bisa Menerima Penyandang Disabilitas Tanpa Diskriminasi

Meskipun pemerintah telah berupaya mengintegrasikan bahasa Inggris dalam kurikulum sekolah sejak dini, kenyataannya masih ada kesenjangan dalam pemahaman dan penerimaan bahasa Inggris sebagai keterampilan utama. Hal ini tercermin dalam hasil laporan terbaru EF English Proficiency Index (EF EPI) 2024, yang menyoroti tantangan dalam pendidikan bahasa Inggris di Indonesia. 

Hasil laporan menunjukkan bahwa posisi Indonesia dalam indeks global menurun, dengan peringkat ke-80 dari 116 negara dan skor 468, lebih rendah dari tahun sebelumnya. Penurunan ini menggambarkan tantangan serius dalam mempersiapkan generasi muda untuk bersaing secara global di tengah persaingan ketat dengan negara-negara Asia lainnya.

Laporan EF EPI 2024 menunjukkan bahwa kelompok usia 26-30 tahun di Indonesia memiliki skor kemahiran bahasa Inggris tertinggi, yakni 494. Ini menandakan dampak positif dari pendidikan bahasa Inggris yang dimulai lebih awal. Sementara itu, kelompok usia di atas 30 tahun harus terus meningkatkan kemahiran untuk tetap relevan di era digital. 

Secara global, 60 persen negara mengalami penurunan skor, dengan Asia mencatatkan penurunan terbesar dalam lima tahun terakhir. Meski Indonesia tidak setajam negara Asia lainnya, tren ini tetap menjadi peringatan untuk memperbaiki pendidikan bahasa Inggris.

“Laporan ini merupakan inisiatif EF untuk menyediakan tolok ukur yang berguna bagi para pembuat kebijakan, penyelenggara kerja, pendidik, dan pihak-pihak terkait lainnya dalam mendorong pemerataan serta peningkatan kemampuan bahasa Inggris di negara mereka,” ungkap Fanno Hendriawan, Direktur Operasional EF EFEKTA English for Adults, dalam keterangannya, dikutip Selasa 3 Desember 2024.

Stefany Yacop, Direktur Marketing EF EFEKTA, mengatakan, dengan EF EFEKTA dan EF Homestay Abroad, dia berharap semakin banyak orang Indonesia meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka. 

“Program homestay memberi pengalaman belajar imersif, sementara EF EFEKTA menawarkan solusi fleksibel di dalam negeri,” tuturnya.

EF Education First melalui program EF EFEKTA English for Adults dan EF Homestay Abroad menawarkan kelas privat dan grup 24 jam, baik online maupun tatap muka, memberikan fleksibilitas untuk siswa dewasa dan profesional.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya