Melawan Tengkulak Demi Kesejahteraan Petani
- dok. pixabay
DKI Jakarta, VIVA – Keresahan yang timbul dari praktik tengkulak yang membeli hasil panen kelapa dengan harga rendah, padahal kelapa asal Indragiri Hilir memiliki kualitas tinggi dan diminati di pasar internasional, menjadi pendorong utama lahirnya InacomID yang dirintis oleh Muhammad Aria Yusuf dan kawan-kawan.
InacomID merupakan inisiatif dari empat sahabat yang berasal dari berbagai latar belakang keahlian: seorang pengusaha logistik, mantan pegawai bea cukai, penjual hasil tani, dan ahli teknologi informasi (IT). Bersama-sama, mereka menciptakan platform ini untuk meningkatkan kesejahteraan petani lokal dengan menghubungkan mereka langsung dengan pasar lokal dan internasional, serta memotong rantai perantara yang merugikan.
Visi InacomID tidak hanya terbatas sebagai perantara dalam kegiatan jual beli. Mereka terjun langsung ke lapangan, memberikan edukasi kepada para petani terkait teknik bertani yang lebih efektif dan menguntungkan.
Para petani Indragiri Hilir, misalnya, masih mengandalkan metode tradisional dalam bertani, yang berdampak pada ketidakstabilan kualitas produk yang dihasilkan. InacomID berusaha mengubah pola pikir ini dengan mengajarkan praktik pertanian yang modern dan efisien, membantu para petani memahami bagaimana cara meningkatkan mutu panen agar lebih bernilai di pasaran.
Selain memberikan bimbingan teknis, InacomID juga memberikan wawasan kepada petani tentang nilai komoditas yang fluktuatif di pasar. Mereka diajarkan bahwa kelapa yang berkualitas tinggi memiliki potensi nilai jual yang jauh lebih tinggi daripada yang ditawarkan tengkulak.
Dengan pemahaman baru ini, petani tak lagi mudah menerima tawaran murah dari tengkulak, tetapi lebih berani bernegosiasi atau menunggu momen yang tepat untuk menjual hasil panen mereka.
Hasil dari upaya edukasi ini terlihat nyata. Para petani di Tembilahan dan Indragiri Hilir kini memiliki daya tawar yang lebih baik. Jika sebelumnya mereka hanya memperoleh pendapatan Rp400 hingga Rp1.300 per kilogram dari tengkulak, kini harga yang mereka dapatkan ketika menjual melalui InacomID berkisar antara Rp750 hingga Rp 2.100 per kilogram. Dampak ini dirasakan oleh ratusan petani yang kini dapat menjual hasil panen mereka dengan harga yang lebih adil dan menguntungkan.
Kini, InacomID tidak hanya berfokus di Indragiri Hilir, tetapi juga telah memperluas jangkauan operasionalnya ke sembilan titik di lima provinsi berbeda, termasuk Tembilahan, Tanjung Jabung Timur, Lampung Selatan, Surabaya, serta Buton Utara dan Donggala.
Melalui upaya berkelanjutan dalam mengedukasi dan menghubungkan petani dengan pasar, InacomID berharap dapat menciptakan ekosistem yang lebih adil dan memberdayakan bagi petani di seluruh Indonesia. Kiprah InacomID yang didirikan Muhammad Aria Yusuf ini membuatnya mendapat penghargaan Satu Indonesia Awards dari Astra pada 2020 silam.