Bayar SPP Pakai Sayur? Sekolah Unik Ini Tawarkan Alternatif Belajar yang Menyenangkan

Muhammad Farid, pencetus sekolah alam yang dibayar dengan sayur di Banyuwangi
Sumber :

Banyuwangi, VIVA – Di tengah maraknya sekolah dengan gedung megah dan fasilitas modern, hadir sebuah sekolah dengan konsep yang unik dan inspiratif di Banyuwangi. 

Resmi Dibuka! Lomba Foto Astra & Anugerah Pewarta Astra 2024: Bersama, Berkarya, Berkelanjutan

Sekolah Alam Banyuwangi Islamic School (BIS), yang didirikan oleh Muhammad Farid pada tahun 2005, menawarkan pendidikan berkualitas dengan pendekatan yang berbeda.

Sekolah yang berlokasi di Dusun Jenesari, Desa Genteng Kulon, ini menonjol dengan suasana belajar yang alami dan bebas. 

Sutrisno dan Inovasi Kampung Berseri Astra: Membangkitkan Kreativitas Masyarakat Keban Agung

Tidak ada ruang kelas konvensional, melainkan saung-saung kayu sederhana yang tersebar di area sekolah. Siswa bebas memilih tempat belajar yang mereka sukai, baik di bawah pohon, di saung, atau di aula.

Sekolah Alam Gagasan Muhammad Farid

Photo :
  • dok. Istimewa
Andika Sebut Turunnya Indeks Demokrasi di Jateng Cerminan Masalah Struktural

Kurikulum BIS menggabungkan nilai-nilai Islam dengan ilmu pengetahuan modern. Selain mempelajari mata pelajaran umum, siswa juga diajarkan bahasa Arab, Inggris, Jepang, dan Mandarin. 

Uniknya, bahasa Inggris dijadikan bahasa pengantar di sekolah ini. Untuk menanamkan nilai-nilai kepemimpinan, siswa secara rutin mengikuti kegiatan outbond.

“Untuk membangun karakter kepemimpinan,” ujar Farid, selaku Kepala Sekolah SMP Alam BIS.

Salah satu keunggulan BIS adalah memberikan kesempatan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Sekolah ini menerima pembayaran SPP dalam bentuk uang, maupun hasil panen dari kebun siswa. 

Meskipun telah banyak meraih prestasi, BIS juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan fasilitas dan dana. Namun, semangat para guru dan dukungan masyarakat membuat sekolah ini tetap bertahan dan berkembang.

Sekolah ini juga berada di dekat Gunung Lemongan, sebuah kawasan yang menghadapi masalah lingkungan. Hutan lindung di sana dalam kondisi kritis, dan debit sumber mata air di sembilan danau menurun. 

Hal ini menyebabkan longsor dan banjir bandang di Jember pada tahun 2006. Meskipun tantangan ini cukup besar, Farid berharap sekolahnya bisa menjadi bagian dari solusi untuk menjaga lingkungan sekaligus mencerdaskan anak-anak.

Atas kegigihannya untuk memajukan pendidikan di Indonesia, Muhammad Farid telah meraih penghargaan seperti Apresiasi SATU Indonesia Awards pada tahun 2010 dari Astra.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya