Memperkenalkan Tanaman Liar sebagai Sumber Nutrisi untuk Masyarakat
- VIVA.co.id/Andrew Tito
VIVA — Di tengah upaya meningkatkan ketahanan pangan dan memperbaiki gizi masyarakat, Hayu Dyah Patria, seorang wanita dari Sidoarjo, Jawa Timur, muncul sebagai pelopor dalam memperkenalkan pemanfaatan tanaman liar sebagai sumber pangan alternatif.
Bagi Hayu, dilansir dari Astra Satu Indonesia, yang berprofesi sebagai ahli teknologi pangan, tanaman liar bukan hanya potensi yang belum tergali tetapi juga solusi yang masuk akal untuk mengatasi masalah gizi. “Tanaman liar bisa tumbuh dengan mudah dan tanpa perawatan khusus, sehingga sangat mungkin dijadikan sumber makanan,” ungkapnya.
Membangun Ketahanan Pangan dan Mengatasi Kekurangan Gizi
Hayu lahir di Gresik pada 27 Januari 1981, dan memiliki latar belakang pendidikan yang membuatnya memahami pentingnya gizi dalam mendukung kesehatan masyarakat. Melalui pengamatannya, ia menyadari bahwa banyak warga yang tidak mampu membeli makanan bergizi tinggi, terutama mereka yang tinggal di pedesaan. Ini mendorongnya untuk memanfaatkan tanaman liar yang banyak tumbuh di sekitar, seperti daun kastuba dan daun krokot.
Daun kastuba, misalnya, mengandung banyak mineral yang baik bagi tubuh. Sementara itu, daun krokot, yang dikenal sebagai makanan favorit jengkerik, ternyata mengandung sejumlah vitamin penting dan senyawa pendukung kecerdasan. “Daun krokot ini kaya akan asam lemak omega-3, yang sangat baik untuk perkembangan sel otak anak,” jelas Hayu. Pengetahuan ini menjadi dasar bagi Hayu untuk memperkenalkan tanaman liar sebagai sumber gizi bagi masyarakat.
Tanggapan Positif dari Warga Galengdowo
Upaya Hayu dalam memanfaatkan tanaman liar diterima dengan baik oleh warga Galengdowo, yang tertarik untuk mencoba alternatif pangan ini. Menurut Hayu, pemanfaatan tanaman liar ini tidak hanya mudah tetapi juga ekonomis. Warga dapat memperoleh tanaman tersebut secara cuma-cuma, cukup dengan memetiknya di alam sekitar. Selain itu, tanaman liar ini memiliki kandungan nutrisi yang tak kalah tinggi dibandingkan tanaman hasil budidaya.
Mengatasi Tantangan Malnutrisi di Indonesia
Masalah kekurangan gizi di Indonesia masih menjadi persoalan serius. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2010, angka kekurangan gizi di Indonesia mencapai 17,9%. Angka ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama kemiskinan yang membuat banyak keluarga kesulitan mendapatkan makanan bergizi. Karena itu, pengenalan tanaman liar sebagai sumber pangan alternatif merupakan langkah strategis dalam mengatasi masalah tersebut.
Makanan yang berasal dari tanaman liar bisa menjadi solusi praktis bagi masyarakat dengan ekonomi terbatas. “Tanaman ini tidak memerlukan biaya, cukup dipetik dari alam, namun kandungan gizinya setara dengan tanaman yang ditanam dan dipelihara,” tambah Hayu.
Dengan pendekatan sederhana dan berbasis pada sumber daya alam yang melimpah, Hayu Dyah Patria berhasil menunjukkan bahwa tanaman liar bukan sekadar tumbuhan biasa. Ia telah mengubah persepsi masyarakat tentang tanaman liar dan membuka peluang untuk mengembangkan pola makan yang lebih sehat dan beragam. Pendekatan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi wilayah lain dalam meningkatkan ketahanan pangan sekaligus memperbaiki status gizi masyarakat.