Nordianto Berhasil Tekan Pernikahan Dini Pada Remaja dengan Berkemah
- Kemenpora RI
Kubu, VIVA – Pernikahan dini masih menjadi isu serius di Indonesia, menghadirkan dampak negatif yang dapat menghambat perkembangan individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Banyak anak muda yang terjebak dalam pernikahan di usia belia, mereka harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kesehatan reproduksi hingga ketidakmandirian ekonomi.
Menyikapi hal ini, Nordianto Hartoyo Sanan, yang akrab disapa Anto, seorang penggerak sosial muda asal Kubu Raya, Kalimantan Barat, berinisiatif untuk mengatasi permasalahan tersebut melalui program "Menekan Pernikahan Dini" dengan salah satu pilar utamanya adalah GenRengers Educamp sejak tahun 2016.
Sejak remaja, Anto telah memiliki kepedulian mendalam terhadap masalah pernikahan dini. Keterlibatannya sebagai peserta dalam PIK Remaja BKKN, pelatihan mengenai kesehatan reproduksi remaja, bahaya seks bebas, serta NAPZA, membuka matanya terhadap isu-isu yang melingkupi anak muda.
Dari sini, Anto menemukan panggilan hidupnya yaitu mengedukasi generasi muda agar tidak terjebak dalam pernikahan usia muda.
Program Menekan Pernikahan Dini bertujuan untuk mengurangi angka pernikahan dini di Indonesia dengan memberikan edukasi kepada remaja melalui kegiatan kemah dan pelatihan di GenRengers Educamp.
Dalam Educamp ini, para peserta diajak memahami kesehatan reproduksi, bahaya seks bebas, dan pentingnya kemandirian ekonomi. Selain itu, program ini juga membantu remaja mempersiapkan masa depan yang lebih baik melalui pengetahuan dan kesadaran yang mereka dapatkan.
Berbekal pengalaman sebagai delegasi Asia-Pasifik di Indigenous People Youth Conference di Rio de Janeiro, Brasil, Anto memiliki latar belakang yang kuat dalam advokasi isu-isu sosial.
GenRengers Educamp telah menjangkau 14 kabupaten/kota di Kalimantan Barat dan direplikasi di lima provinsi lainnya. Kemudian, pada 2018, Anto menerima penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award dari PT Astra International Tbk sebagai pengakuan atas dedikasinya.
Berkat kesungguhannya, Anto telah memiliki sekitar 20 relawan inti yang tergabung dalam tim GenRengers Educamp, mereka memperluas cakupan program ini ke berbagai daerah. Selain itu, ia juga aktif sebagai pengajar Cross Cultural Understanding di Polandia melalui program European Union.
Perjuangan Anto dalam menekan pernikahan dini patut diapresiasi dan didukung. Inisiatif seperti ini tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga menciptakan agen perubahan di kalangan anak muda.