Mengenal Paus Fransiskus dan Pikiran-pikirannya
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Jakarta, VIVA – Paus Fransiskus, tokoh umat Katolik yang dianggap berpengaruh oleh seluruh dunia. Bukan hanya ajarannya mengenai keagamaan saja, namun pernyataan-pernyataan dan pemikiran Paus membuat semua orang menghormati dirinya.
Pria yang lahir di ibu kota Argentina, Buenos Aires itu tidak hanya melakukan reformasi pada gereja-gereja. Namun juga memberikan perhatian khusus pada perempuan hingga kaum marjinal.
Salah satu pernyataan Paus yang hingga saat ini masih melekat di benak semua orang adalah 'Who Am I to Judge Them?' Ini adalah salah satu pernyataan Paus pada komunitas LGBTQ+.
Menurut penulis buku Francis Pope For The People, Duta Besar RI untuk Takhta Suci Vatikan, Michael Trias Kuncahyono, Paus memiliki sikap lebih berdamai terhadap kelompok LGBTQ+.
"Sejak awal kepausannya, Paus Fransiskus menunjukkan bahwa jalan yang dipilihnya adalah jalan perubahan," kata pria yang disapa Trias saat bedah buku Francis Pope For The People, di Menara Kompas, Kamis, 29 Agustus 2024.
Selain itu, Trias membeberkan dirinya saat pertama kali bertemu dan berbicara dengan Paus Fransiskus. Menurut Trias, sosok Paus adalah orang yang menyenangkan.
"Kesan pertama yang diingat itu senyumnya. Kita banyak bercerita, dan Paus tidak seserius (yang terlihat), tidak seperti (presiden-presiden) di istana mana pun," ucap Trias.
Potret senyuman Paus yang membekas di benak Trias itu ia dapatkan saat menyerahkan surat diplomatik resmi atau Kredensial Diplomatik. Surat itu dikirim dari seorang kepala negara kepada kepala negara lain, yang meminta mereka untuk memberikan kepercayaan terhadap pernyataan duta besar yang berbicara atas nama negara yang mengirimnya.
Dalam buku yang ditulis sendiri oleh Trias, membeberkan bahwa Paus sangat gembira saat dirinya datang untuk memberikan Kredensial Diplomatik. Sikap Paus yang terbilang gampang didekati ini, membuat mereka cepat sekali akrab.
"Dengan kami pun langsung akrab, (Paus) bertanya tentang banyak hal mengenai Indonesia, Pancasila, dan tentunya gereja-gereja di Indonesia," ungkap Trias.
Sepanjang penulisan bukunya, Trias berharap bahwa siapa pun yang membaca buku Francis Pope For The People, dapat memahami ajaran Paus yang berbeda dan lebih memanusiakan manusia.
Paus Fransiskus adalah Paus dari ujung dunia. Dia bukan milik Timur atau Barat. Dia tidak berasal dari jantung sistem internasional, jantung gereja. Maka, tidak aneh kalau pandangan-pandangan, pendapat-pendapat, dan ajaran-ajarannya kadang terasa tidak nyaman bagi sebagian pihak.
"Tapi Paus dari Argentina ini telah mengubah cara pandang kita terhadap gereja dan dunia."