Mahasiswa UMM Ciptakan Alat Deteksi Dini Rematik Melalui Analisis Kuku, Harapan Baru bagi Penderita

Alat deteksi dini penyakit rematik melalui kuku karya mahasiswa UMM Malang.
Sumber :
  • Antara

Malang, VIVA – Mahasiswa dari berbagai program studi di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) telah berhasil menciptakan alat untuk deteksi dini penyakit rheumatoid arthritis atau rematik melalui analisis kondisi kuku.

Mendikti Saintek Blak-blakan soal 960 Ribu Pelajar dan Mahasiswa Terlibat Judi Online

Rheumatoid arthritis, atau rematik, adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan jangka panjang pada sendi. Meski umumnya ditemukan pada orang lanjut usia, penyakit ini juga dapat menyerang orang dewasa dan remaja.

Salah satu anggota tim pengembang alat ini, Abi Mufid Octavio, menyatakan bahwa jika rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akut, penyakit ini tidak bisa disembuhkan dan dapat menyebabkan kelumpuhan.

Diduga Fitnah Mahasiswa soal Pelecehan Seksual, BEM Unram Polisikan Ketua DPRD NTB

Abi menjelaskan bahwa pentingnya deteksi dini untuk mengidentifikasi risiko seseorang terkena rematik. Alat ini telah diuji coba pada lebih dari 100 sampel dan mendapatkan tanggapan yang positif.

“Sampel kami banyak, mulai dari remaja, dewasa dan lansia. Setelah menggunakan alat kami untuk deteksi dini, kemudian melakukan recheck lebih lanjut, ternyata didapati hasil yang efektif,” ujarnya seperti dilansir dari Antara, Selasa 13 Agustus 2024.

Mahasiswa Salatiga Ajak Masyarakat Berani Lapor Kecurangan Pilgub Jateng 2024

Alat tersebut bekerja dengan menganalisis berbagai aspek kondisi kuku, seperti tekstur, ridging atau lubang, perubahan warna menjadi kuning, kerapuhan, dan pendarahan serpihan. Indikator-indikator ini seringkali tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Ilustrasi bercak putih di kuku

Photo :
  • Freepik/freepik

Jika alat ini mendeteksi tanda-tanda rematik, pasien akan dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan dengan dokter. "Indikasi rematik sangat beragam, dan alat kami membantu memvisualisasikan hasil analisis kuku yang telah difoto untuk identifikasi lebih lanjut," tambahnya.

Abi juga mengakui bahwa pengembangan inovasi ini tidak mudah dan memerlukan waktu lebih dari satu bulan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Rencananya, alat ini akan diproduksi secara massal untuk menambah portofolio inovasi dalam dunia kesehatan.

“Dengan biaya produksi sebesar Rp7 juta, kami nilai itu dana yang kecil untuk inovasi dalam dunia kesehatan. Ke depan kami akan menjalin kerja sama dengan perusahaan yang nantinya dapat dikomersialkan,” ujarnya.

Ia berharap inovasi ini dapat memberikan kontribusi signifikan dalam dunia kesehatan, khususnya dalam membantu masyarakat melakukan deteksi dini gejala rematik, sehingga pasien dapat segera mendapatkan perawatan yang diperlukan.

Abi juga menyampaikan pesan kepada para mahasiswa, khususnya di UMM, untuk terus berpikir kreatif dan menciptakan inovasi. “Dahulu para penemu inovasi terbarukan itu banyak yang masih berusia muda. Anak muda saat ini pasti juga masih bisa melakukan hal yang sama. Jangan bosan dalam berinovasi, karena segala inovasi itu tentu ada manfaatnya,” pesannya.

Mahasiswa yang tergabung dalam tim ini antara lain Nuri Vhirdausia, Frenischa Yincenia W., dan Desta Karina dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan, serta Abi Mufid Octavio dan Muhammad Lutfi dari Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik.

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)

Photo :
  • umm.ac.id
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya