50 Ribu Anak SD Akan Terima Edukasi Perawatan dan Penyembuhan Luka Sejak Dini
- Istimewa
VIVA – Luka akibat terjatuh atau terkena benturan dan goresan benda tajam, sebenarnya tidak sulit untuk melakukan perawatan dan penyembuhannya, jika dilakukan dengan cara yang benar.
Sayangnya, banyak dari masyarakat Indonesia tidak paham dan mengerti bagaimana untuk melakukan tindakan pertama dan merawat luka dengan baik.
Oleh sebab itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), bekerja sama dengan Hansaplast meluncurkan program edukasi bagi siswa Sekolah Dasar (SD), untuk melakukan pertolongan pertama pada luka.
Edukasi tersebut, rencananya akan dilakukan di lima provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur. Dinas pendidikan juga memberikan edukasi di sekolah-sekolah terpilih.
Sekretaris Jenderal PB IDI, Ulil Albab, menekankan bahwa pentingnya edukasi tanggap rawat luka sejak dini.
"Pada dasarnya penting untuk peran guru dan orang tua dalam usaha edukasi perawatan luka, dapat dimulai dengan pengenalan luka yang dapat dirawat sendiri (seperti luka lecet/sayat & luka bakar ringan), lalu dilanjutkan dengan cara rawat luka dan proses penyembuhan luka bila dirawat dengan baik," kata Ulil dalam konferensi pers bersama Hansaplast, Kamis, 11 Juli 2024.
Program Anak Siaga Tanggap Rawat Luka yang dijalankan oleh Hansaplast dan IDI ini bertujuan untuk memberikan kesadaran masyarakat, terutama pada anak-anak, yang merupakan kelompok usia rentan luka.
Diketahui, tingginya aktivitas fisik dan rasa ingin tahu yang besar pada anak-anak sering kali menjadi faktor penyebab utama terjadinya luka.
Data Riskesnas 2021 menunjukan bahwa 3,1 persen anak usia 5-14 tahun mengalami cedera, dengan angka tertinggi terjadi pada anak laki-laki.
"Jutaan cedera ringan terjadi setiap tahunnya, dan pertolongan pertama yang tepat adalah cara terbaik untuk melindungi terhadap kemungkinan infeksi luka," ucap Brand Manager Health Care PT Beiersdorf, Yosephine Caroline.
"Hansaplast memiliki visi global untuk mengedukasi 200 ribu anak di seluruh dunia tentang pertolongan pertama dan perawatan luka sampai dengan akhir tahun 2025. Di Indonesia, komitmen ini diwujudkan melalui (program) Anak Siaga Hansaplast (ASH).
Sampai saat ini, program tersebut berhasil mengedukasi 2.185 guru, 81.470 orang tua, dan 101.028 murid Sekolah Dasar.
Meski demikian, edukasi aktif dan berkelanjutan ini dibutuhkan, mengingat fakta hanya 3 dari 10 orang yang siap memberikan pertolongan pertama.
Program ini juga bertujuan untuk mengajak para guru dan sekolah untuk membantu memberikan pengetahuan P3K kepada masyarakat Indonesia.
Baca artikel VIVA Edukasi menarik lainnya di tautan ini.