Prof Raymond Tjandrawinata Raih Top 3 Peneliti Bidang Farmasi di Indonesia

Prof Raymond Tjandrawinata.
Sumber :
  • Dokumentaai Dexa.

Jakarta – The AD Scientific Index mengumumkan deretan saintis terbaik dunia dalam situsnya dan diperbarui setiap tahun. Tahun ini lebih dari 1,6 juta saintis di 23.242 lembaga pada 220 negara dinilai oleh The AD Scientific Index.

Meskipun Sudah Lulus Ternyata Gelar Doktor Bisa Dicabut Jika…

Farmakolog Klinis dan Molekuler Dexa Group dan Unika Atma Jaya yang juga merupakan pelopor pengembangan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI), Prof Raymond Tjandrawinata meraih peringkat ketiga dalam jajaran saintis bidang farmasi untuk wilayah Indonesia.

Penilaian tersebut berdasarkan sistem pemeringkat dan analisis pada kinerja ilmiah hingga nilai tambah produktivitas ilmiah masing-masing saintis oleh The AD Scientific Index.

Hadirkan Inovasi untuk Indonesia, 4 Peneliti Perempuan Raih Penghargaan L’Oreal - UNESCO For Women in Science 2024

Prof Raymond meraih peringkat 3 untuk bidang farmasi sekaligus peringkat 18 pada bidang kedokteran dan kesehatan di Indonesia. Ini berarti hasil karya ilmiah Prof Raymond banyak dijadikan rujukan para peneliti di bidang kefarmasian, kedokteran, dan kesehatan di Indonesia.

“Terima kasih Tuhan dan juga dukungan para teman dan sahabat sehingga tahun ini saya mendapat peringkat 3 Best Scientist di Indonesia untuk kategori Pharmacy and Pharmaceutical Sciences dan juga mendapat Top 3% di Indonesia untuk kategori Medical and Health Sciences serta sitasi publikasi,” ungkap Prof Raymond yang juga menjabat sebagai Director of Research and Business Development Dexa Group, dikutip dari keterangannya, Selasa, 23 April 2024.

Inspiratif, Nukila Evanty Menjaga Identitas dan Hak Suku Laut di Tengah Arus Modernisasi

Ilustrasi penelitian.

Photo :
  • www.pixabay.com/Prylaler

Artikel Prof. Raymond yang paling banyak menjadi referensi para akademisi berdasarkan The AD Scientific Index berjudul ‘Industri 4.0: Revolusi Industri Abad Ini dan Pengaruhnya pada Bidang Kesehatan dan Bioteknologi’ yang dirilis pada Februari 2016. Hingga kini pun beliau aktif menulis jurnal ilmiah dan juga opini yang dimuat berbagai media nasional.

Prof. Raymond juga banyak melakukan penelitian hingga uji klinik obat baik di dalam negeri maupun di berbagai belahan dunia. Produk-produk hasil riset Prof. Raymond pun tak hanya dipasarkan di Indonesia, tetapi juga ke mancanegara. Selain mengembangkan OMAI bersama Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) sejak tahun 2005, Prof. Raymond Tjandrawinata juga banyak meneliti obat berbahan kimia. Penelitian tersebut telah diakui dan mendapatkan 64 paten di Indonesia dan mancanegara.

Guru besar dan peneliti di Fakultas Bioteknologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya tersebut, telah menjelajahi dunia sains hingga negeri Paman Sam. Rset Prof Raymond bahkan menembus luar angkasa melalui Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Pada tahun 1991, seorang astronot wanita dari  bernama Dr. Millie Hughes-Fulford dari NASA mengajak Prof. Raymond untuk terlibat proyek penelitian Spacelab Life Sciences (SLS 1). Proyek tersebut diterbangkan pesawat ulang alik ke luar angkasa dalam untuk penelitian osteoporosis pada astronot yang berada di gravitasi nol.

Ilustrasi penelitian.

Photo :
  • What Works Centre for Crime Reduction - College of Policing

Prof Raymond kemudian mengembangkan karir dalam penelitian obat dari bahan sintetik organik sejak ia menimba ilmu hingga tingkat Post Doctoral Fellow di Universitas Kalifornia, San Francisco. Ia bisa disebut sebagai salah satu putra Indonesia yang pertama kali mempelajari ilmu rekayasa genetika di era ’80-an, karena pada kurun waktu tersebut, ilmu rekayasa di Amerika Serikat baru berkembang dan di Indonesia belum sepenuhnya didalami.

Akhirnya pada awal 2000-an, Prof. Raymond terpanggil untuk kembali ke Tanah Air dan berkarier di perusahaan farmasi terkemuka, PT Dexa Medica. Ketika itu pendiri PT Dexa Medica, Rudy Soetikno memiliki visi untuk mengembangkan obat-obatan dari kekayaan alam Indonesia. Kemudian di tahun 2005, Prof Raymond dan para saintis di DLBS mengembangkan OMAI hingga saat ini. OMAI merupakan produk farmasi kebanggaan Indonesia karena memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 80 persen dan telah diekspor ke 10 negara di 3 benua.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya