Kisah 2 Orang yang Hendak Ingin Bunuh Rasulullah, Berujung Mualaf

Ilustrasi berdoa.
Sumber :
  • Pixabay/ Hamsan

Jakarta – Shafwan ibn Umayyah dan Umair ibn Wahab adalah dua sahabat Rasulullah SAW yang memiliki latar belakang sebagai pemuka kafir Quraisy yang awalnya berniat membunuh Rasulullah SAW sebelum kemudian mualaf atau memeluk Islam.

Kisah Mualaf Tergerak Masuk Islam Lewat Al-Quran Usang, Diusir Keluarga Hingga Tidur Kelaparan

Kedua sahabat ini mengalami perubahan besar dalam hidup mereka setelah memeluk agama Islam.

Dalam buku "115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW" karya Fuad Abdurahman, diceritakan bahwa pada masa penyebaran Islam, banyak kalangan yang menentang dan membenci agama tersebut, termasuk kaum kafir Quraisy yang menolak keberadaan Allah SWT dan tidak mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya. Banyak yang bahkan berkeinginan untuk membunuh Nabi.

Masih Makan Babi, Amanda Manopo Tepis Gosip Mualaf

Ilustrasi berdoa.

Photo :
  • Freepik

Suatu hari, Shafwan ibn Umayyah dan Umair ibn Wahab duduk berbincang-bincang di dekat Kakbah. Dengan hati-hati, Shafwan menyampaikan kepada Umair, "Hai Umair, Muhammad telah membunuh ayah, paman, dan saudara kita dalam Perang Badar. Apakah kau bersedia pergi ke Madinah dan membunuhnya?"

Eks Pelatih Timnas Indonesia, Jacksen F Tiago Resmi Jadi Mualaf

"Aku ingin melakukannya, tetapi bagaimana dengan keluargaku jika aku mati atau tertangkap?" tanya Umair bimbang.

"Tenang saja. Demi Latta dan Uzza, akulah yang akan menjaga anak-anak dan keluargamu. Aku akan memenuhi kebutuhan mereka. Aku binasa jika mereka binasa. Darah mereka adalah darahku. Hidup mereka adalah hidupku. Begitu juga mati mereka adalah matiku," beber Shafwan yang meyakini bahwa keluarga Umair akan aman bersamanya.

Umair berkata, "Baiklah kalau begitu, aku siap membunuhnya. Besok aku akan pergi ke Madinah. Aku minta, jangan bocorkan rencana ini kepada siapa pun. Hanya kita berdua yang tahu."

"Ya, aku tidak akan mengatakannya kepada siapa pun," kata Shafwan.

Setelah bersepakat dan berjabat tangan, Umair beranjak pergi meninggalkan Shafwan. la segera mempersiapkan hewan tunggangan dan perbekalan untuk pergi ke Madinah.

Sebagai senjata yang akan digunakan untuk membunuh Rasulullah, Umair tak lupa membaluri pedangnya dengan racun yang mematikan. Saking bahaya racun ini, pedang yang mengilap itu berubah warna menjadi abu-abu kehitaman.

Keesokan harinya, Umair pergi ke Madinah untuk melampiaskan dendamnya yang membara. la akan mencari Muhammad dan menebaskan pedangnya ke tubuh beliau.

Umair sama sekali tidak tahu bahwa saat keduanya merundingkan rencana jahat itu, Allah SWT mewahyukan kepada Rasulullah SAW tentang apa yang mereka rencanakan di samping Kakbah. Ini adalah janji Allah SWT yang akan senantiasa menjaga nabi dan Rasul utusan-Nya.

Ilustrasi Ramadhan/berdoa.

Photo :
  • Freepik/jcomp

Setelah menempuh perjalanan jauh yang melelahkan, Umair tiba di Madinah. Tanpa buang waktu, ia segera mencari-cari Rasulullah SAW, tak sabar untuk segera menebaskan pedang beracunnya pada tubuh beliau.

Namun setelah berkeliling Madinah, ia tidak kunjung menemukan Rasulullah SAW. Maka Umair pun berjalan menuju Masjid Nabawi.

Dalam perjalanan menuju Masjid Nabawi, Umar ibn Khathab melihatnya dan mencurigai gerak-gerik Umair sehingga ia langsung menghunuskan pedangnya dan menghadang Umair.

Umar menanyai maksud kedatangannya ke Madinah. Karena gerak-gerik dan jawabannya mencurigakan, Umar lantas meringkus dan menyeretnya ke hadapan Rasulullah SAW yang tengah berada di masjid.

Rasulullah bertanya, "Hai Umair, apa tujuanmu datang ke sini?"

"Aku datang untuk menebus kerabatku yang tertangkap dalam Perang Badar," jawab Umair seraya berbohong.

"Kamu dusta! Sepuluh hari yang lalu kau dan Shafwan duduk di samping Kakbah merencanakan keburukan terhadapku. Shafwan berkata kepadamu begini dan begini. Kau bilang kepadanya ini dan itu. Aku tahu, saat ini kau datang untuk membunuhku Sungguh, Allah tidak akan menguasakanmu untuk membunuhku," ujar Rasulullah SAW yang sudah tahu semua rencana jahat Umair.

Mendengar ucapan Rasulullah SAW, Umair terkejut, sebab rencana mereka itu sangat rahasia. Hanya ia dan Shafwan yang mengetahuinya.

Umair bertanya, "Dari mana engkau mengetahui kejadian dan rencana yang hanya diketahui di antara aku dan Shafwan?"

"Allah Yang Mahatahu telah mengabarkannya kepadaku," jawab Rasulullah SAW.

Mendengar ucapan Rasulullah SAW ini, Umair kemudian percaya bahwa Rasulullah SAW benar-benar utusan Allah SWT. Maka, tanpa ragu lagi ia mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda bahwa kini ia menjadi orang beriman.

Kelak, beberapa tahun kemudian, Shafwan ibn Umayyah pun ikut memeluk Islam. Kisahnya bermula ketika ia dan Rasulullah SAW melihat-lihat pampasan perang berupa binatang ternak. Shafwan memandangi ternak (ganimah) yang memenuhi celah bukit.

Rasulullah SAW memperhatikannya, lalu bertanya, "Hai Abu Wahab, sepertinya kau sangat takjub melihat hewan ternak yang memenuhi celah bukit itu?"

"Ya," jawab Shafwan singkat.

Maka, Rasulullah SAW berkata, "Seluruh ternak itu untukmu beserta apa yang ada di celah bukit itu."

Mendengar ujaran Rasulullah SAW, Shafwan merasa sangat senang dan hampir tidak percaya. Lalu ia berkata, "Tidak mungkin seseorang memberikan (harta) sebanyak ini, kecuali seorang Nabi. Aku bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya."

Demikian kisah Shafwan dan Umair yang awalnya sangat membenci Rasulullah SAW namun atas kuasa Allah SWT, keduanya justru menjadi muslim yang beriman. Kisah ini menjadi bukti bahwa Allah SWT Maha Membolak-balikkan Hati dan juga melindungi para nabi dan rasul. Masya Allah!

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya