Makna Mendalam di Balik Perayaan Hari Raya Nyepi

Ilustrasi perayaan Nyepi
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Hari Raya Nyepi merupakan perayaan sakral yang menjadi Tahun Baru Saka bagi umat Hindu. Perayaan ini menyimpan makna filosofis dan spiritual yang mendalam. Dirayakan setiap tahun sehari setelah tilem kesanga, yakni tanggal 1 sasih Kedasa, Nyepi tidak hanya merayakan pergantian tahun Saka, tetapi juga mengajarkan tentang kesucian, introspeksi, dan hubungan harmonis antara manusia dengan alam semesta.

Makna mendalam Hari Raya Nyepi tercermin dalam prinsip Catur Brata Penyepian, empat aturan suci yang mengarahkan umat Hindu dalam menjalani momen ini. Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Buleleng, berikut aturan yang harus diperhatikan pada saat merayakan Hari Raya Nyepi. Scroll ke bawah untuk simak artikel selengkapnya. 

Ilustrasi lampu

Photo :
  • Pixabay

Brata pertama adalah Amati Geni, yang mengandung larangan menyalakan api, listrik, atau cahaya pada hari itu. Ini bukan sekadar pantangan teknologi, melainkan sebuah simbol kesucian dan usaha untuk meredam sifat amarah.

Ilustrasi Kumpul Keluarga

Photo :
  • ist

Brata kedua adalah Amati Lelanguan, melarang perilaku berfoya-foya atau bersenang-senang secara berlebihan. Dalam momen refleksi ini, umat Hindu diajak untuk fokus pada introspeksi diri dan mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan yang Maha Esa.

Tokoh Hindu Sebut World Water Forum ke-10 Dapat Tingkatkan Perekonomian Warga Bali

3. Amati Lelungan

ilustrasi orang tua prank ke anak

Photo :
  • freepik
Ada Unsur 21+, Netizen Salfok Kue Bridal Shower Mahalini Raharja

Amati Lelungan merupakan brata ketiga, memerintahkan untuk tidak bepergian dan lebih memilih untuk berdiam di dalam rumah. Ini bukan sekadar keterbatasan fisik, melainkan dorongan untuk menemukan ketenangan batin dan keharmonisan dengan diri sendiri.

4. Amati Karya

Mengenal Mepamit, Tradisi Pamitan dalam Prosesi Adat Bali yang Dilakukan Mahalini dan Rizky Febian

Ilustrasi perayaan Nyepi

Photo :
  • Istimewa

Brata terakhir, Amati Karya, menjadikan Hari Raya Nyepi sebagai waktu di mana umat Hindu dilarang melakukan aktivitas atau bekerja selama 24 jam. Ini adalah momen eksklusif untuk kontemplasi, berdoa, dan meresapi makna kehidupan, menjauhkan diri dari hiruk-pikuk rutinitas sehari-hari.

Dalam menjalani Catur Brata Penyepian, umat Hindu membangun suasana sepi yang menyucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta). Kesunyian ini membuka ruang untuk meresapi nilai-nilai spiritual, meningkatkan kualitas hidup, dan menciptakan kedamaian batin.

Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali dengan serangkaian upacara dan ritual seperti Melasti, Tawur Agung Kesanga, Pengerupukan, Nyepi, hingga Ngembak Geni, menjadi bukti kesungguhan dalam menjaga keharmonisan antara manusia dan alam semesta.  

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya