Dua Adab Penting yang Harus Diperhatikan Saat Menjalani Puasa
- Freepik/rawpixel.com
VIVA – Menjalani ibadah puasa tidak hanya sebatas menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu saja. Lebih dari itu, terdapat adab dan tata krama yang perlu diperhatikan selama berpuasa. Tanpa memperhatikan adab, pahala puasa kita bisa menjadi sia-sia.
Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah, ada dua etika penting yang harus diperhatikan agar puasa kita benar-benar sempurna. Berikut ini dua adab tersebut yang dihimpun dari NU Online. Scroll ke bawah untuk simak artikel selengkapnya.
1. Menjaga Tubuh dari yang Dilarang dan Dibenci oleh Syariah
Puasa yang sempurna bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menjaga seluruh anggota tubuh dari perilaku yang tidak disukai Allah. Ini melibatkan pengendalian mata agar tidak menatap hal yang tidak pantas, menjaga lisan dari ucapan yang tidak semestinya, dan melindungi telinga dari mendengar hal-hal yang diharamkan.
Hindarilah menjadi pendengar bagi pembicaraan buruk dan maksiat, karena tanpa kita sadari, kita bisa menjadi penyebab terjadinya perbincangan buruk tersebut. Perhatikan adab dengan sungguh-sungguh, jangan hanya sebatas menahan lapar dan dahaga. Meskipun hal-hal seperti itu tidak membatalkan puasa, namun dapat membatalkan pahala yang seharusnya diperoleh dari berpuasa.
Ketika berpuasa, hindarilah berbohong, menyebarkan berita palsu melalui media sosial, dan mengeluarkan kata-kata kasar. Jauhi ghibah, yaitu membicarakan keburukan sesama muslim meski itu benar. Selain itu, hindari namimah, yaitu mengadu domba antara orang lain. Berpikir sejenak sebelum menyebarkan informasi di media sosial juga sangat penting untuk menghindari konflik dan provokasi.
2. Berbuka dengan Bijaksana
Saat berbuka, hindarilah kelebihan makan. Jangan sampai kita terburu-buru menghabiskan semua makanan seolah ingin menggantikan waktu puasa dengan makan berlebihan. Berbuka dengan penuh kesadaran dan bijaksana adalah kunci utama.
Berbuka berlebihan tidak hanya dapat berdampak buruk pada kesehatan lambung, tetapi juga bertentangan dengan tujuan berpuasa, yaitu untuk menahan hawa nafsu dan memperkuat ketakwaan. Allah tidak menyukai orang yang perutnya terlalu dipenuhi, bahkan oleh makanan halal. Bayangkan apa nasib kita di mata-Nya jika kita memenuhi perut dengan makanan yang haram.
Memahami makna dan hikmah berpuasa seharusnya mendorong kita untuk memperbanyak ibadah yang bermanfaat. Ibadah selama bulan puasa mendapatkan pahala berlipat ganda. Jika kita dapat memaksimalkan puasa dengan memperhatikan etika-etikanya, maka Allah akan memberikan kabar gembira berupa surga yang khusus untuk kita.