Mengulik Makna Isra Miraj, Perjalanan Tak Biasa Rasullah SAW
- Pixabay
Jakarta – Peristiwa Isra Miraj menjadi salah satu perjalanan paling signifikan dalam riwayat kehidupan Rasulullah SAW. Seperti yang pernah dikutip oleh Azyumardi Azra, menetapkan Isra' Mi'raj sebagai satu dari tiga perjalanan terkemuka dalam sejarah hidup Rasulullah, bersanding dengan peristiwa hijrah dan Haji Wada.
Dilansir dari laman Kemenag, Senin, 5 Februari 2024, Isra' Miraj mencerminkan sebuah perjalanan penuh kepahlawanan dalam mencapai kesempurnaan spiritual dunia. Isra' Mi'raj bukanlah perjalanan yang biasa. Rasulullah melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu dinaikkan ke langit ketujuh, semua itu terjadi dalam satu malam.
Cerita ini tentu saja terlihat tidak masuk akal jika dilihat dari sudut pandang orang-orang pada masa itu. Oleh karena itu, banyak orang saat itu yang meragukan cerita Isra' Mi'raj. Bahkan, beberapa orang bahkan menuduh Rasulullah sebagai penyebar cerita bohong atau hoaks.
Namun, Abu Bakar mempercayai dan membenarkan cerita Isra' Mi'raj tersebut sebagai yang pertama kali. Oleh karena itu, ia dijuluki Ash-Shiddiq yang berarti orang yang membenarkan atau yang mengatakan yang benar.
Makna Isra Miraj
Isra Mi’raj berasal dari bahasa Arab. Biasanya ditulis sebagai al-isra dan Miraj yang terdiri atas dua kata, yaitu isra’ dan mi’raj. Keduanya memiliki arti yang berbeda.
Kata isra’ berasal dari kata sara yang artinya ‘perjalanan malam’. Sementara, mi’raj dalam bahasa Arab berarti ‘kendaraan’, ‘alat untuk naik’, ataupun ‘tangga’. Bentuk jamaknya adalah ma’arij yang berarti ‘tempat-tempat naik’.
Menurut Abduh (1994) dalam ‘Hikmah Isra’ Mi’raj Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW’, isra’ menurut bahasa Arab diartikan sebagai perjalanan jauh di waktu malam dan selamat pulang kembali ke tempat semula.
Sementara menurut istilah, isra’ diartikan sebagai perjalanan Rasulullah SAW di waktu malam dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina).
Mi’raj menurut bahasa Arab artinya tangga untuk dinaiki, sedangkan menurut istilah, mi’raj adalah perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Aqsa ke langit tujuh sampai ke Arasy Allah.
Isra' Mi'raj tidak sekadar merupakan peristiwa perjalanan biasa. Dalam peristiwa ini, Allah menunjukkan sebagian tanda kebesaran-Nya secara langsung, terutama karena pada saat itu, da'wah Rasulullah berada dalam kondisi sulit dan penuh duka cita.
Sebelum melakukan Isra' Mi'raj, Rasulullah sedang melalui masa sulit yang dikenal sebagai Amul Huzni atau tahun kesedihan. Pada masa tersebut, Rasulullah kehilangan dua orang yang sangat dicintainya, yaitu Abu Thalib dan Siti Khadijah.
Oleh karena itu, dalam peristiwa suci ini, Rasulullah diperlihatkan kepada para nabi sebelumnya, memperoleh inspirasi bahwa mereka juga mengalami masa sulit. Hal ini bertujuan untuk menambah motivasi dan semangat Rasulullah.
Peristiwa ini memberikan pesan kepada umat Islam untuk tidak terpuruk dalam kesedihan dan keterpurukan. Isra' Mi'raj mengajarkan umat Islam untuk bangkit.
Selain itu, peristiwa ini menyampaikan pesan tentang pentingnya menjalankan salat lima waktu. Dalam Isra' Mi'raj, Rasulullah mendapatkan amanat untuk melaksanakan salat lima waktu. Salat dalam ajaran Rasulullah bukan hanya sebagai ibadah untuk mencapai dimensi transendental, tetapi juga sebagai manifestasi nilai-nilai sosial.
Perjalanan Isra' Mi'raj juga memberikan pesan kepada para pemimpin untuk merakyat dan mengambil kebijakan yang pro-rakyat. Rasulullah mencontohkan sikap ini saat kembali ke bumi setelah bertemu dengan Allah, meskipun pertemuan dengan Allah merupakan tujuan utama manusia. Rasulullah rela kembali ke bumi untuk menyelamatkan nasib umat manusia.