Perpustakaan Bumi Desa Sidareja, Persembahan untuk Generasi Muda
- Kie Art.
PURBALINGGA – Membaca sangat penting untuk menambah wawasan. Sayangnya, survei UNESCO mengungkap, jumlah minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,0001 persen. Hal itu setara dengan 1 : 1000, di mana Indonesia menduduki ranking dua terbawah dari total 61 negara pada 2016.
Walaupun jika dibandingkan data dari Perpustakaan nasional di tahun 2022, tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia meningkat 7,4 persen dari 2021. Yuk, scroll untuk informasi selengkapnya.
Nah, dalam rangka meningkatkan minat baca masyarakat, Perpustakaan Bumi dihadirkan di sebuah desa yang sedang bertransformasi menjadi Cartoon Village Sidareja sebagai desa kartun pertama di Indonesia.
"Harapannya dengan hadirnya perpustakaan ini, para generasi muda khususnya di desa Sidareja Purbalingga Jawa Tengah ini meningkatkan kegemarannya membaca, memperluas wawasan dan semakin mematangkan karakter, serta menjadi generasi yang selalu dapat mempertanggungjawabkan opini dan segala hal yang dilakukannya di masa datang," ujar Pegiat Seni Kie Art, Gita Yohanna Thomdean, saat peresmian perpustaan tersebut.
Keberadaan Perpustakaan Bumi di Cartoon Village Sidareja ini, akan semakin mewarnai kegiatan para pemuda Kie Seni yang terdiri dari 8 kelompok seni yang ada di sini. Salah satunya contohnya, ketika Kie Karawitan Alit akan memulai latihan rutinnya akan diminta membaca selama 30 menit dan nantinya akan dicek secara random pembelajaran yang dibaca anak-anak oleh pelatih karawitan.
"Hal ini untuk melatih dan mengasah juga fokus anak desa dan pemahaman terhadap sebuah bacaan," sambung Slamet Santosa, yang juga pegiat Kie Art.
Perpustakaan Bumi yang dipersembahkan untuk generasi muda ini memiliki beragam jenis buku, mulai dari seni budaya Indonesia, perkembangan diri, novel, cerita anak, komik science, kesehatan, lifestyle, biografi tokoh, dan science.
"Buku-buku ini selain milik pribadi dari pegiat, juga berasal dari para donatur yang ingin berkontribusi dalam perkembangan karakter dan knowledge para pemuda," tutur Gita.
Berada dalam acara yang sama, Jurnalis sekaligus Penulis, Wilibrodus Megandika dengan bukunya Di Kali Serayu Aku Merindu, turut menceritakan pengalamannya dalam proses kreatif membuat sebuah buku.
Sementara Gita Thomdean, dengan bukunya Cerita Cerita Corona, menceritakan pengalaman 19 Wanita Indonesia saat menghadapi COVID-19 di 3 bulan pertama wabah ini melanda.
"Pengalaman menulis buku pertama ini cukup memberikan banyak keajaiban bagi saya. Selain dalam kehidupan sosial sebagai pegiat, juga cukup memberikan dampak yang positif dalam karier profesional saya di kantor," ungkap apoteker, penulis sekaligus pegiat seni itu.